Wednesday, September 24, 2008

Pertanyaan Paling Sering Diajukan Seputar NILAM

Jenis tanaman nilam apa yang bagus untuk disuling?

Jenis nilam yang sering ditanam orang dan kualitasnya baik adalah jenis Tapak Tuan, Sidikalang, dan Lhokseumawe. Masing-masing jenis tersebut juga punya varietas-varietas tersendiri yang sudah dikembangkan oleh balai-balai penelitian Departemen Pertanian RI.

Bagaimana cara mendapatkan bibit nilam?

Bibit nilam dapat diperoleh di sentra-sentra perkebunan nilam. Banyak petani nilam yang juga berperan sebagai penangkar bibit. Baik sudah dalam bentuk polybag berumur 1 – 2 bulan dan bisa langsung ditanam di lapangan. Atau dalam bentuk stek-stek batang yang perlu dilakukan penyemaian terlebih dahulu dalam polybag sebelum ditanam di lapangan. Jika pembelian bibit dilakukan antar pulau, maka sebaiknya membeli bibit dalam bentuk stek batang untuk menghemat biaya transportasi dan kemungkinan bibit mati karena stress dalam lamanya perjalanan ke lokasi. Baru setelah tiba di lokasi, dilakukan penyemaian sendiri. Pastikan bahwa bibit stek batang tersebut sudah diberi hormon agar kesegaran stek batang tersebut bisa dipertahankan paling tidak selama 1 minggu dan memiliki 2-3 buku-buku sebagai calon percabangan.

Berapa harga bibit nilam?

Harga bibit nilam bervariasi tergantung penjualnya. Untuk bibit dalam polybag berumur 1-2 bulan, rentangnya Rp 400,- s/d Rp 700,- per polybag. Sedangkan bibit stek batang, rentangnya Rp 100,- s/d Rp 200,- per batang,

Umur berapa tanaman nilam dapat dipanen?

Nilam dapat dipanen setelah 6 bulan sejak masa tanam, termasuk umur bibit dalam polybag saat dipindahkan ke lapangan. Setelah itu, jika sistem budidaya paska panen baik maka tanaman nilam dapat dipanen 3 bulan kemudian dan begitu seterusnya hingga 7 – 9 kali panen. Setelah itu tanaman nilam perlu diremajakan kembali. Tetapi jika dipelihara seadanya, maka baru 3 kali panen produktivitas tanamannya akan jauh merosot.

Berapa banyak hasil panen tanaman nilam per hektar?

Variasi jumlah ini tergantung pada banyak faktor diantaranya adalah populasi tanaman per hektar, teknik budidaya, asal bibit, kondisi agroklimat lokasi perkebunan. Dengan sistem budidaya yang baik, maka per tanaman dapat menghasilkan rata-rata sekitar 1 – 3 kg terna basah. Bahkan terkadang ada pula yang mencapai 5 kg ternah basah/pohon. Populasi tanaman antara 15000 – 20000 pohon per hektar.

Berapa kg bahan basah yang dibutuhkan untuk mendapatkan 1 kg bahan kering?

Rata-rata adalah 5 kg. Tetapi ini juga tergantung rasio antara batang dan daun serta besar kecilnya batang. Jika jumlah batang banyak dan besar maka penyusutan bisa sekitar 4 kali, sedangkan jika batangnya sedikit dan kecil maka penyusutan bisa mencapai 6 kali. Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari selama 1 hari yang dilanjutnya dengan pelayuan (kering angin) sekitar 3-4 hari.

Berapa harga bahan baku nilam jika membeli dari luar?

Harga bahan baku bervariasi tergantung lokasi dan negosiasi dengan penjual. Bahkan terkadang juga melibatkan perantara atau makelar bahan baku. Harga saat ini (di Jawa Barat) untuk bahan basah sekitar Rp 1000,- s/d Rp 1500,-. Sedangkan bahan kering antara Rp 5.500,- s/d Rp 7.500,-. Di daerah Jawa Tengah, harga bahan baku ini lebih mahal daripada di Jawa Barat mengingat tingkat persaingan untuk mendapatkan bahan baku juga cukup ketat.

Berapa jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk memperoleh 1 kg minyak nilam?

Ini juga bervariasi dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Untuk di Jawa Barat memang tidak setinggi nilam di Sumatra, khususnya Sumatra Utara atau Aceh. Rentangnya sekitar 40 kg s/d 80 kg bahan kering untuk menghasilkan 1 kg minyak nilam. Atau setara dengan rendemen 1,2% s.d 2,5%. Jika bahan baku berasal dari dataran tinggi, maka rendemen minyak nilam bisa sangat kecil. Dengan teknik berkebun yang baik serta kondisi agroklimat mendukung, maka rendemen 2% - 2,5% di Jawa Barat sudah cukup baik.

Bagaimana cara mengolah daun nilam menjadi minyak nilam?

Menggunakan teknik penyulingan atau distilasi. Untuk minyak nilam bisa digunakan penyulingan sistem kukus (tanpa boiler) atau penyulingan sistem uap (dengan boiler). Untuk sistem pertama, investasinya lebih rendah karena tidak membutuhkan boiler, tetapi masih bisa menghasilkan minyak nilam dengan kualitas yang diterima oleh pasar. Alat penyulingan dapat terbuat dari besi biasa atau stainless steel. Jika disuling dengan ketel stainless steel, minyaknya berwarna cokelat kehitaman samapi hitam pekat. Tetapi hal ini juga tidak terlalu berpengaruh terhadap pasar dan harga jual.

Minyak nilam yang bagaimana yang masuk standar kualitas perdagangan?

Jika menyesuaikan dengan SNI, maka ada berbagai parameter yang ditetapkan sebagai standar kualitas seperti specific gravity (berat jenis), indeks bias, kelarutan dalam alkohol 90%, bilangan asam, bilangan ester, kadar minyak keruing/balsam gurjun oil, kadar minyak pelikan, kadar minyak terpentin. Hal ini memerlukan teknik analisis yang kompleks dan mahal. Tetapi jika perdagangan di level penyuling rakyat, biasanya digunakan teknik-teknik yang lebih sederhana. Kadar PA (Patchouly Alcohol) adalah faktor penting dalam kualitas minyak nilam. Adakalanya faktor aroma untuk cukup menentukan. Secara sederhana, nilai meterlak di bawah 40 (setara dengan kadar PA sekitar 29%) masih dapat diterima pasar dengan baik. Semakin rendah nilai meterlak, kadar PA nya makin tinggi.

Bagaimana cara menentukan kualitas minyak nilam?

Teknik sederhana yang digunakan sebagai pendekatan kualitas di tingkat level perdagangan bawah menggunakan meterlak/alkoholmeter dan kelarutan dalam alkohol 90%. Harga alat ini 1 paket cukup murah antara Rp 150.000,- s/d Rp 250.000,-. Dapat diperoleh di toko-toko kimia atau toko-toko yang menjual alat laboratorium terdekat. Katakan saja, beli alkoholmeter dengan 2 skala R dan T (skalanya 0 – 100). Baca kembali ulasan saya mengenai meterlak/alkoholmeter dalam blog ini.

Berapa harga minyak nilam per kg?

Harga minyak nilam juga bervariasi meskipun antara pembeli satu dengan yang lainnya tidak terlalu mencolok perbedaannya dari sisi harga. Di Sumatra, khususnya Sumatra bagian utara harganya lebih mahal daripada di Jawa. Saat ini harga minyak nilam di tingkat pengumpul antara Rp 550.000,- s/d Rp 610.000,- per kg (di Jawa). Harga minyak nilam biasanya tidak bertahan lama di satu titik. Meskipun pada satu siklus tertentu, harga cenderung konstan untuk beberapa bulan.

Apa fungsi dan aplikasi dari minyak nilam?

Pada komposisi parfum dikenal 3 komposisi utama, yaitu base note, middle note, dan top note. Minyak nilam banyak digunakan di bidang parfumery, yaitu sebagai base note. Dengan kata lain, base note berfungsi untuk mempertahankan wewangian utama yang mudah menguap (top note) sehingga bau parfum menjadi tahan lama. Istilah, minyak nilam berfungsi sebagai zat fiksatif atau zat pengikat komponen-komponen lain yang mudah menguap. Parfum-parfum yang mahal biasanya memiliki aroma yang tahan lama karena kehadiran minyak nilam ini (minyak nilam yang tentu saja sudah diproses lanjut (refinery) menjadi siap pakai).

Bagaimana cara memasarkan minyak nilam?

Untuk skala penjualan kecil, misalnya di bawah 50 kg, bisa dijual ke pengumpul-pengumpul lokal yang “berkeliaran” di sentra-sentra penyulingan nilam. Bisa juga dijual ke agen-agen eksportir (pengumpul besar) di daerah-daerah tertentu. Jika skala penjualan besar, misalnya di atas 200 kg, maka bisa saja langsung dipasarkan melalui eksportir-eksportir yang ada kota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya, Surabaya, Medan, Semarang, Padang, dll. Skala penjualan lebih besar lagi, silakan untuk melakukan ekspor sendiri jika sudah memiliki pasar sendiri di luar negeri.

Bagaimana cara mengemas minyak nilam?

Pengemasan yang paling baik menggunakan botol kaca gelap dan tertutup atau menggunakan tangki stainless tertutup. Tetapi jika akan dijual secepatnya ke pengumpul-pengumpul, cukup dikemas menggunakan derigen HDPE tertutup, toh nanti oleh pengumpul akan dipindahkan juga ke tangki-tangki kemasan mereka.

Mengapa sering terjadi fluktuasi harga minyak nilam?

Yang jelas, inilah mekanisme pasar yang biasa terjadi untuk jenis produk-produk komoditas seperti minyak nilam. Hukum supply and demand berlaku di sini. Secara pribadi, saya selalu berfikir positif dan tidak ada tendensi untuk menganggap bahwa ini adalah permainan harga dari eksportir atau pedagang-pedagang besar. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa ada 1 – 2 oknum pedagang atau pengumpul yang memanfaatkan ketidaktahuan penyuling akan perkembangan harga untuk kepentingan memperoleh laba sebesar-besarnya. Setiap mata rantai pada bisnis minyak atsiri di Indonesia ini, mulai dari petani hingga eksportir semuanya memiliki kontribusi, peranan, dan kemanfaatannya masing-masing untuk membuat dunia minyak atsiri Indonesia menjadi lebih dinamis. Jika sorang produsen minyak nilam merasa bisa untuk melakukan penjualan langsung sendiri ke luar negeri (eskpor) atau ke end user dengan segala macam bentuk konsekuensinya, ya silakan saja melakukan hal itu. Tetapi jika kita belum memiliki kemampuan dan infrastruktur untuk itu, pastinya kita membutuhkan jasa-jasa pedagang perantara bukan? Dan atas jasa dan perannya itu, tentu saja mereka juga layak mendapat porsi tertentu. Saya berharap, semua pihak bisa merasa “SAMA-SAMA SENANG” atau “LO HAPPY, GW JUGA HAPPY” dengan mengedepankan etika dan nurani dalam berbisnis (waduh, udah kayak Pak Udztad aja...hehe) serta kurangi kecurigaan dari masing-masing mata rantai.

Tetap semangat!! Pikiran-pikiran yang negatif, misalnya “GW YANG SUSAH-SUSAH, TAPI KOK LO YANG LEBIH BANYAK NIKMATI HASILNYA” atau “DASAR PEDAGANG! MAUNYA UNTUNG GEDE MELULU”, justru akan melemahkan motivasi kita. Tetaplah berkarya dengan pikiran-pikiran positif sambil tak henti-hentinya berupaya mencari jalan dan strategi jitu untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dan berkembang.