Sunday, December 21, 2008

HARGA MINYAK NILAM TURUN. KAPAN NAIK LAGI??

Akhir-akhir ini saya sering mendapatkan pertanyaan seperti di atas, baik via sms, telp, ataupun email. Dan tentunya saya tidak bisa menjawabnya dan tidak punya kompetensi berlebih untuk menjawab masalah ini. Karena menurut saya kondisi perdagangan minyak atsiri ini bukanlah sesuatu yang eksak ataupun bisa didekati dengan simulasi atau pemodelan matematis manapun. Cukup banyak variabel yang berpengaruh (jika tidak ingin dikatakan kompleks) untuk disederhanakan dalam suatu bentuk persamaan atau pemodelan matematis sederhana.

Saya hanya melihat dari sisi hukum ekonomi yang umum-umum saja, jika harga minyak nilam turun itu artinya pasokan (supply) sedang berlebih. Jika harga minyak nilam naik seperti beberapa waktu lalu, artinya pasokan berkurang. Sementara itu, demand minyak nilam dunia mestinya ya cuma segitu-segitu saja sekitar 1500-1600 ton/tahun. Kalau pun naik juga cuma 5% per tahun. Dan kondisi nyata di lapangan saat ini maupun beberapa waktu lalu cukup mendukung apa yang termaktub dalam pernyataan hukum ekonomi tersebut.

Waktu pertama kali saya terjun di bidang minyak atsiri, harga minyak nilam saat itu tidak jauh-jauh dari Rp 200an ribu per kg (tahun 2003). Dan memang sempat terjun bebas hingga di level Rp 130-150rb/kg. Ini sekitar pertengahan tahun 2006. Kemudian harga lambat laun naik sedikit demi sedikit dan sempat bertahan agak lama di sekitaran Rp 250rb/kg. Naik sedikit demi sedikit Rp 300rb, Rp 310rb, Rp 320rb............... Rp 400rb, Rp 450rb........................................... dan akhirnya mencapai level di atas Rp 1jt/kg akhir tahun 2007 dan awal 2008 lalu. Di situlah mulai bermunculan sentra-sentra nilam baru di Indonesia. Daerah-daerah yang sebelumnya tidak ada sejarah nilam berlomba-lomba mengikuti trend untuk memproduksi minyak nilam. Bukankah kondisi ini sama seperti komoditas hasil bumi lainnya secara umum? Masih ingat kasus melambungnya harga vanili sekitar 2-3 tahun yang lalu?

Jadi kapan harga minyak nilam naik lagi, Fer?? Yah..... saya harus jawab apa. Pendapat pribadi mungkin ada tapi bukan untuk dipublish di sini. Salah-salah nanti dijadikan acuan yang eksak...hehe. Sekedar berbagi dari hasil Konferensi Nasional Minyak Atsiri 2008 lalu dikatakan oleh beberapa eksportir bahwa permintaan akan minyak nilam dunia saat ini agak turun terkena dampak krisis global. Aplikasi minyak nilam sebagian besar untuk parfumery yang merupakan kebutuhan tertier dimana tingkat resapan pasarnya sangat tergantung pada daya beli masyarakat. Dengan adanya krisis ini, daya beli masyarakat terutama terhadap barang-barang kebutuhan tersier tentu saja akan melemah. Harapannya tentu saja adalah harga yang stabil dan menguntungkan bagi setiap pemain di bisnis ini, baik petani, penyuling, pengumpul, maupun eksportir.

Kalau saya sendiri saat ini tidak bergerak terlalu banyak di bidang minyak nilam. Saya hanya mengikuti perkembangan dan kebetulan punya banyak rekan atau kolega yang menjadi petani, penyuling, maupun pedagang minyak nilam. Core utama kami adalah produsen minyak pala dan bengkel pembuatan alat-alat produksi minyak atsiri. Dan mohon doa restunya saja mudah2an tahun depan sudah berkembang ke beberapa produk minyak atsiri jenis lainnya (tetapi bukan minyak nilam, lho...hehe).

Sangat wajar apabila banyak pemula di bisnis ini (yang kebetulan membuka lahan nilam) merasa khawatir dengan pergerakan harga minyak nilam akhir-akhir ini. Meskipun sebenarnya jika bertanam sendiri dengan sistem pertanian organik dan dikelola secara efisien, harga minyak turun sampai Rp 200rb/kg pun masih menghasilkan margin yang “cukup-cukup” lah.

Kembali kita bicara masalah idealisme ya. Dalam menjalankan usaha apapun, naik turunnya harga adalah sesuatu yang lumrah. Tinggal bagaimana kita sanggup bertahan pada saat harga rendah dengan mengerahkan aneka kreativitas dan potensi yang ada di diri kita (baca = melakukan aneka efisiensi yang masih mungkin dilakukan). Sementara kalau harga melambung tinggi, anggaplah itu sebagai sebuah anugrah dari Sang Pemberi Kuasa yang layak disyukuri dan dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis. Poin pentingnya adalah kita konsisten dengan bisnis yang dijalani dan mempelajari betul sampai ke akar-akarnya, mudah-mudahan semua masalah bisa ter-cover. Betapapun buruknya kondisi yang sedang berlangsung. Sukses selalu dan tetap semangat bagi rekan-rekan yang sedang bergulat dengan dunia minyak atsiri.

Wednesday, December 17, 2008

SURAT CINTA ALA PENYULING MINYAK ATSIRI

Bogor, Des 2008
Begitu sepi tanpa wangi dirimu

Kepada sayangku…
Rosa Damascena

Malam honey....... lagi ngapain?
Tak terasa yah sudah hampir tiga tahun hatiku mem-fiksasi hatimu, begitupun sebaliknya. Meskipun tanpa base note seperti minyak nilam, percayalah aroma cintaku ini tak akan pernah pudar se-volatil apapun dia. Sebab ia telah terikat di setiap sisi dinding hati. Malam ini ditemani deru burner boiler yang panasnya mungkin bisa mendidihkan bahkan men-dekomposisi patchouly alkohol sekalipun, akupun ingat kamu yang kurelakan pergi untuk sementara waktu demi tujuan hidup dan cita-citamu. Yah.... aku rela, sayang. Kepergianmu tidaklah selama meng-enfleurasi bunga melati, tapi hanya sekejap waktu laksana menyuling sereh wangi.

Dingin banget, honey....... Peluk aku, dong..:) Aku yakin pelukanmu akan jauh lebih hangat daripada air hangat yang keluar dari kondensor itu.

Ada satu hal yang ingin kukatakan padamu dalam dinginnya malam ini. Meskipun kita jauh, kuyakinkan padamu bahwa minyak-minyak kasihku takkan pernah bisa ter-fraksi menjadi bagian-bagian yang bisa kubagikan untuk wanita-wanita lain. Sesepi atau sesunyi apapun keadaanku saat ini. Begitu kuat dan stabilnya ikatan molekul di dalamnya, hingga konsep distilasi molekuler dengan tekanan sangat vakum pun akan buyar sebab tak akan pula bisa membagi-baginya. Minyak atsiri boleh saja terbagi-bagi menurut fraksinya dengan teknik fraksionasi lalu diberikan kepada masing-masing konsumen yang membutuhkannya, tapi tidak demikian halnya dengan kasihku padamu. Bahkan kalau bisa aku akan minta bantuan seorang insinyur untuk merancang alat yang bisa me-refinery kasihku hingga benar-benar absolute murni bebas pengotor yang bisa mencederai aroma sayangku padamu. Kain monel saja tidaklah cukup untuk menyaring pengotor-pengotor itu. Aku tak pedulikan betapapun mahalnya alat itu. Bukanlah cinta takkan pernah bisa dihargai dengan uang?

Hehehe..... Honey, aku kok jadi ingat ya kejadian waktu ulang tahunmu kemarin. Lucu banget dan membuatku selalu tersenyum kala mengingatnya seperti seorang flavorist yang baru saja menghirup aroma-aroma menawan. Ingat nggak …… waktu itu aku memberikan 25 buah kalung terbuat dari untaian bunga melati putih varietas Grand Duke of Tuscany. Honey tahu nggak, kalau dibuat minyak lewat proses ekstraksi dengan pelarut heksan paling cuma aku dapatkan 1 ml saja. Kecil sekali yah rendemennya meskipun harganya juga mahal. Tapi jangan khawatir, lho sebab rendemen cintaku padamu makin lama makin besar seiring dengan perjalanan sang waktu tanpa harus menaikkan tekanan atau bahkan menghancurkannya seperti rimpang jahe emprit. Pokoknya fuli pala pun akan tetap terlibas rendemennya.
Oh ya, aku lupa. Tadi kan aku mau cerita kejadian ulang tahunmu. Kok malah ngelantur...hehe. Iya, waktu itu kamu dengan yakinnya berkata padaku kalau 25 kalung itu menandakan ulang tahunmu yang ke-25. Tetapi ternyata jauh meleset, dengan polos pula kukatakan padamu bahwa 25 kalung itu menandakan bahwa telah ada 25 gadis yang menerima kalung melati dariku sebagai hadiah ulang tahunnya. Supaya mudah mengingatnya, sengaja aku urutkan melalui jumlah untaian yang kuberikan. Waktu itu kamu langsung terdiam, romanmu berubah, terus berlari masuk ke kamar. Aku ikuti kamu ke dalam kamar dan kujelaskan maksud ucapanku seraya halus memanjakan dirimu dengan ucapan dan belaian. Kamu tersenyum dan menciumku. Setelah itu kita saling meng-ekstraksi diri dalam keremangan ruangan bertabur aroma ester benzyl asetat. Dan….. peluh kita pun saling berdifusi merasuk ke dalam debur samudra sukma. Ahh…… kan kuingat selalu nuansa-nuansa itu.

Honey, aku barusan digigitin nyamuk. Gatal banget. Padahal di dekat kolam sirkulasi air pendingin sebelah sana (kamu ingat kan lokasinya, honey) sudah aku tanam sereh wangi dan bunga lavender supaya bisa mengusir nyamuk. Katanya khasiatnya seperti itu, tapi kok nyamuknya masih ada aja ya. Jangan-jangan aku dibohongi nih seperti para pengumpul minyak nakal yang membohongi informasi harga kepada penyuling nilam kecil. Lama-lama aku suling juga nyamuk-nyamuk itu. Menyebalkan!!

Sebelum kuakhiri suratku ini bolehlah aku berucap, “Aku memang cinta minyak pala yang eksotis, citronellal yang harum, musk yang menggairahkan, distiller-distiler yang cantik menawan, Ernest Guenter atau Pak Ketaren yang menginspirasi, ylang-ylang yang menggoda, akar wangi yang menggelora, seksinya rimpang lajagowa, meterlak yang unik imut-imut, pedasnya oleoresin lada, dan nikmatnya pijat aromaterapi. Tapi dari ketel-ketel jiwaku yang paling dalam, aku lebih cinta pada dirimu dan apapun yang melekat pada jiwamu”.

Hati-hati dan jaga dirimu baik-baik di sana ya, sayang……
Kasihku selalu menyertaimu seperti miristisin yang selalu setia pada minyak pala.

Love,
A.D.A. Feryanto

Wednesday, December 10, 2008

TRAINING PENGEMBANGAN BISNIS PERKEBUNAN DAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI (Gel. II)

TRAINING PENGEMBANGAN BISNIS PERKEBUNAN
DAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI
(GELOMBANG II)

(STUDI KASUS LAPANGAN : budidaya nilam – organik,
Penyulingan minyak nilam,
penyulingan minyak pala, bengkel pembuatan alat penyulingan)


BROSUR TRAINING LENGKAP: KLIK DISINI lalu klik icon FREE USER dan klik icon DOWNLOAD.

SASARAN TRAINING
1. Calon pensiunan pegawai yang ingin terjun ke bisnis minyak atsiri.
2. Sarjana yang ingin berwirausaha di bidang minyak atsiri.
3. Staf divisi pengembangan masyarakat (community development) suatu perusahaan untuk menambah wawasan pengembangan potensi daerah dan pemberdayaan masyarakat di lingkungan perusahaannya
4. PNS Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Pertanian/Perkebunan dan Perindustrian yang memiliki program pengembangan minyak atsiri di daerahnya
5. Pebisnis agroindustri yang ingin terjun ke bisnis penyulingan minyak atsiri

6. Pegawai swasta yang ingin mengembangkan potensi minyak atsiri daerahnya menjadi bisnis yang menguntungkan
7. Staf LSM yang konsen pada bidang pemberdayaan masyarakat pedesaan
8. Masyarakat umum yang berminat mengembangkan bisnis minyak atsiri

TUJUAN TRAINING
Setelah mengikuti kursus ini, peserta diharapkan untuk :

* Tujuan Umum
1. Memahami langkah-langkah yang harus ditempuh untuk membangun bisnis penyulingan minyak atsiri.
2. Memahami kendala-kendala yang sering terjadi dalam bisnis penyulingan minyak atsiri.
3. Siap secara teknis untuk menekuni bisnis perkebunan dan penyulingan minyak atsiri.

* Tujuan Khusus
1. Mengetahui jenis-jenis minyak atsiri dan potensinya di Indonesia
2. Mengetahui sistem penyediaan bahan baku minyak atsiri
3. Mengetahui cara memproduksi minyak atsiri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
4. Mengetahui standar kualitas produk minyak atsiri yang diterima pasar dan cara analisisnya
5. Mengetahui cara mendapatkan fasilitas produksi minyak atsiri
6. Mengetahui bagaimana cara memasarkan minyak atsiri skala kecil dan besar
7. Mengetahui teknik budidaya tanaman nilam organik dengan baik, mulai dari pengolahan lahan hingga pemanenan dan perawatan pasca panen
8. Mengetahui cara membuat studi kelayakan ekonomi dan proposal bisnis pengembangan minyak atsiri

KEGIATAN PESERTA
Hari 1 : Peserta menyimak materi di kelas & diskusi interaktif

Hari 2 : Peserta melakukan kunjungan ke pabrik penyulingan minyak nilam(dan pala) dan lokasi budidaya tanaman nilam di Kab. Subang – Jawa Barat. Melihat dengan nyata proses produksi minyak atsiri di lapangan. Selain dipandu oleh instruktur juga dipandu oleh pemilik penyulingan.


WAKTU DAN TEMPAT
Sabtu-Minggu (20-21 Desember 2008)
Pukul : 08.30 – 16.00
Hari 1 : Grand Hotel Lembang – Lembang, Kab. Bandung Barat, Jawa Barat
Jl. Raya Lembang 272, Lembang
Hari 2 : Perkebunan dan Penyulingan Nilam di Desa Cipancar, Kec. Serangpanjang, Kab. Subang, Jawa Barat

BIAYA TRAINING
Rp 1.300.000,-
Termasuk : makan siang 2 hari, coffee break 2 hari, materi pelatihan, transportasi menuju lokasi perkebunan/penyulingan, kaos training, buku "Minyak Atsiri Vol. 1" karangan Ernest Guenther (terjemahan), dan kumpulan artikel untuk minyak nilam.
Tidak termasuk : akomodasi selama training dan transportasi ke Lembang

SILABUS TRAINING

INFORMASI DAN REGISTRASI
Informasi dan registrasi, hubungi :
Rijal (0856-24931119) atau (o22-92187803)
email : training_atsiri@yahoo.com



ORGANIZER
PT. Pavettia Atsiri Indonesia dan
CV. Cipta Selaras

KAIN MONEL (MONYL), SI PENYARING MINYAK

Sebagai seorang pemula yang hendak menjalankan bisnis minyak atsiri, biasanya mereka terfokus pada pengadaan alat penyulingan dan bagaimana cara mendapatkan bahan baku. Padahal di luar hal-hal besar tadi, ada hal-hal kecil yang sangat penting dan berguna yang juga perlu dipersiapkan. Salah satu benda kecil dan penting dalam praktek penyulingan yang terkadang luput (atau disadari belakangan) adalah kain MONYL (biasanya penyuling menyebut kain MONEL). Kain ini diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dari air yang masih terikut di dalamnya. Karakter kain ini memang sangat menakjubkan. Minyak atsiri dapat lolos melalui pori-pori kain sedangkan airnya tertahan di atas kain (tidak tembus oleh air). Dari sisi ilmiah (penjelasan rasional) aku masih penasaran dengan “mengapa hal ini bisa terjadi”. Memang ada beberapa dugaan di benakku, tapi masih belum yakin benar. Ada yang bisa bantu memberikan penjelasan kepadaku??

Minyak atsiri yang keluar bersama kondensat masih mengandung air yang teremulsi di dalam minyak. Hal itu ditandai dengan minyak masih berwarna keruh berkabut. Atau ketika memisahkan minyak dari air kondensat (baik dengan cara diciduk sedikit demi sedikit, maupun dialirkan secara otomatis), sedikit air kadang masih terikut ke dalam minyak. Nah, untuk mendapatkan minyak yang bebas dengan air (tidak benar-benar bebas 100%, lho) dilakukan penyaringan dengan kain MONEL ini. Caranya mudah, cukup letakkan kain MONEL di atas corong dan jepit menggunakan penjepit jemuran di sisi-sisi corong (lihat gambar di bawah). Penyaring MONELpun siap digunakan.

Apa itu kain MONEL? Kain ini biasanya digunakan untuk proses penyablonan kualitas tinggi. Terbuat dari bahan sejenis nilon yang disebut sebagai polyester (serat polyester) - sejenis polimer.

Di mana membelinya? Kain MONEL tersedia di toko-toko spesialis alat sablon yang besar. Katakan saja “Beli kain MONEL tipe 180 yang biasa dipakai untuk menyaring”. Harganya memang lumayan mahal untuk ukuran sebuah kain. Kain MONEL yang palsu atau yang lebih murah, harganya sekitar Rp 150.000,-/m. Sedangkan yang asli (biasanya buatan Swiss), harganya Rp 350.000,-/m. Satu meter kain tentu saja tidak dipakai seluruhnya. Dipakai saja secukupnya, misalnya dipotong ukuran 30 cm x 30 cm. Sisanya bisa disimpan untuk sewaktu-waktu dipergunakan jika yang lama sudah jelek.

Yah..... selamat menyaring!!

Tuesday, December 09, 2008

ACEH, The Land Of Patchouly (Nilam)

Serangkaian perjalanan membawa misi “minyak atsiri” membawa ragaku menuju Aceh. Sekitar 1 bulan yang lalu aku (dan partnerku, Mr. Syauqi) mewajibkan diri pergi ke Aceh selama satu minggu untuk menginstal, melatih operator, dan mengujicoba alat penyulingan nilam yang dipesan oleh salah satu customerku di sana. ACEH..... bukan barang langka dalam dunia minyak atsiri. Apalagi komoditas minyak nilam selalu dikait-kaitan dengan nama “Aceh” yang mengikuti kata “Nilam”. Bahkan dengan berbangga hati para penyuling/produsen minyak nilam atau penjual bibit nilam berteriak –teriak “Ini minyak nilam ACEH” atau “Bibit ini adalah nilam ACEH”. Meskipun ntah dimana bibit itu berasal atau darimana bahan baku nilam yang disuling menjadi minyak.

Makanya, tidaklah berlebihan jika judul tulisanku seperti tersebut di atas. Sama dengan ketika aku menulis catatan kunjunganku ke penyulingan minyak akar wangi di Garut tahun lalu (Baca= Garut, The Land of Vetiver).


Ada banyak hal yang kupelajari selama keberadaanku di sana. Salah satunya bahwa minyak nilam yang “benar-benar” ditanam di Aceh - bukan sekedar mengaku-ngaku nilam Aceh - memang memiliki kualitas yang sangat baik terutama dari kadar PA-nya. Kalau masalah rendemen, ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang kurasa bisa menyaingi nilam Aceh. Pada saat ujicoba penyulingan nilam di sana saya sempat agak panik, sebab setelah sekitar 4 jam sudah tidak ada penambahan minyak atas (minyak ringan) yang terlihat dari gelas pengamat level minyak pada oil separator kami. Pengalamanku di Jawa, sebagian besar minyak nilam berat jenisnya lebih ringan dari air sehingga dia akan muncul sebagai lapisan atas. Kalaupun ada, minyak beratnya (minyak yang ada di bawah air) jumlahnya kecil. Oleh sebab itu, desain separatornya disesuaikan dengan kondisi itu sehingga tidak ada gelas pengamat untuk minyak berat seperti halnya pada separator kami untuk minyak pala.

Setelah sekian lama menunggu dan ternyata minyak atasnya tak bertambah-tambah, aku penasaran akan apa yang terjadi. Iseng aku buka saja kran air di bawah separator. Dan ternyata...... mengalir cukup deras minyak berwarna kuning kecokelatan dari bagian bawah separator (minyak atas berwarna kuning jernih karena alat suling yang kami buat ini full stainless steel, termasuk boilernya). Dari pengalaman yang sudah-sudah untuk jenis minyak atsiri lainnya, minyak berat ini sangat kaya akan kadar PA (PA dalam bentuk komponen murni densitasnya lebih besar dari 1 kg/ml). Jumlah minyak berat ini aku perkirakan 1/3 – 1/2 dari jumlah total minyak nilam yang dihasilkan dalam satu sesi penyulingan. Subverb!! Para penyuling tradisional di wilayah Sumatra Bagian Utara (Sumatra Utara dan Aceh) biasa menyebut minyak nilam jenis ini dengan nama “minyak nol” yang artinya - jika diukur menggunakan meterlak/alkoholmeter permukaan minyak nilam akan menunjuk angka “nol” pada skala meterlak. Yah.... sama seperti halnya dengan minyak berat pada kasus minyak pala. Sekedar untuk mereview apa itu meterlak dan kaitan skalanya dengan kualitas minyak nilam, silakan baca kembali tulisanku yang berjudul “Meterlak/alkoholmeter”.

Yah.... itu sekilas mengenai salah satu wawasan yang kuperoleh di Aceh dari beberapa hal penting lainnya yang “tercium” di sana. Beberapa waktu lagi aku sudah merencanakan untuk berkunjung ke beberapa lokasi di luar Jawa baik untuk memasang dan menginstal alat penyulingan atau sekedar bersilaturahmi dengan rekan-rekan pelaku atsiri. Entah ilmu dan wawasan apalagi yang akan kudapatkan dalam selaksa perjalanan atsiri yang penuh “cinta” ini. Tunggu saja khabar selanjutnya.

Friday, December 05, 2008

Konferensi Nasional Minyak Atsiri 2008

Pada tanggal 2-4 Des 2004 di Hotel Singgasana-Surabaya telah terselenggara dengan baik “KONFERENSI NASIONAL MINYAK ATSIRI 2008” dengan tema “Industri Minyak Atsiri yang Berkelanjutan: Peluang dan Tantangan”.

Konferensi yang diselenggarakan oleh Dept. Perindustrian RI dan Dewan Atsiri Indonesia (DAI) tersebut dihadiri oleh para eksportir minyak atsiri nasional, pemerintah (Dept. Perindustrian, Dept. Pertanian, Dinas Perindustrian/Perkebunan dari Kabupaten sentra atsiri), pelaku bisnis atsiri (petani, penyuling, dan pedagang), akademisi dan peneliti atsiri, dan masyarakat umum yang berminat terhadap atsiri.

Sesi Pleno I Konferensi ini disampaikan pemaparan mengenai Trend Bisnis Minyak Atsiri Global” dengan makalah:
1. Dampak Krisis Ekonomi Global Thd Bisnis Minyak Atsiri (Suwandi - PT. Djasula Wangi)
2. Tantangan dan Persiapan Menghadapi Regulasi REACH untuk Pasar Minyak Atsiri Indonesia di Eropa (Dr. Heri Haerudin – LIPI Kimia)
3. Sistem Global Supply Chain, Tantangan bagi Industri Minyak Atsiri Indonesia (Robby Gunawan – PT Indesso Aroma)

Sesi Pleno II disampaikan pemaparan-pemaparan mengenai “Sistem Bisnis Minyak Atsiri yang Berkelanjutan” sebagai berikut:
1. Reorientasi Kebijakan Pemerintah dalam Mengembangkan Industri Minyak Atsiri (Prof. Eriyanto – IPB dan Ir. Mindo Sianipar – DPR RI)
2. Paradigma Keseimbangan dan Keadilan Harga Produk Minyak Atsiri (Dr. Meika S. Rusli – DAI)
3. Capacity Building SDM Industri Minyak Atsiri (Iwan Setiawan – Microfin Indonesia)

Sesi pararel menghadirkan presentasi 24 makalah hasil penelitian minyak atsiri dari para peneliti dan akademisi yang berkecimpung dalam bidang penelitian minyak atsiri.

Sedangkan sesi WORKSHOP bertema “Memulai dan Mengembangkan Bisnis Minyak Atsiri” menghadirkan 4 pembicara, yaitu:
1.Mengenal pasar produk minyak atsiri (Arianto Mulyadi – PT. Indesso Aroma)
2.Perkiraan minyak atsiri yang masih berpotensi di dalam krisis global (Suwandi – PT. Djasula Wangi)
3.Hal-hal penting dalam proses produksi minyak atsiri (A.D.A. Feryanto – PT. Pavettia Atsiri)
4.Membuat business plan minyak atsiri (Feri A. Soleh – PT. Indarro Aromatik)