Thursday, March 04, 2010

Pelatihan Bisnis MINYAK ATSIRI Gel. 10 (25-26 Juli 2010)

Dear rekan-rekan..
Bersama ini kami informasikan bahwa "Pelatihan Budidaya dan Penyulingan Minyak Atsiri, Gel. 10" akan kami selenggarakan pada tanggal 25-26 Juli 2010 bertempat di Bandung (hari-1) dan Subang (hari-2).

Adapun materi yg akan disampaikan mencakup:
1. Pengetahuan/wawasan umum minyak atsiri
2. Kendala pengembangan bisnis minyak atsiri
3. Teknik pemasaran minyak atsiri
4. Teknik produksi minyak atsiri dgn proses penyulingan
5. Studi kelayakan bisnis minyak atsiri
6. Teknik pembibitan dan budidaya nilam dan sereh wangi
7. Teknik pembuatan pupuk organik padat dan cair serta pestisida nabati
8. Praktek penyulingan

Biaya Pelatihan : Rp 1.300.000,- (termasuk training kit, makan siang 2x, snack, transportasi bandung-subang PP, bundel artikel minyak atsiri, 5 sampel aneka jenis minyak atsiri)

Informasi lebih lanjut, hub. Rijal (085624931119) atau email: training_atsiri@yahoo.com

Kemana Wangimu Hendak Kaulabuhkan??

Banyak rekan-rekan yang tertarik pada bisnis yang berkaitan dengan minyak atsiri. Tentu dengan motivasi yang berbeda-beda. Namun yang namanya bisnis, yah tidak usah ditutup-tutupi UUD juga…hehe. Pemahaman sebagian besar rekan yang baru mengenal minyak atsiri, tentunya adalah menjadi seorang penyuling yang melakukan aktivitas produksi. Tetapi apa usaha itu yang menjadi satu-satunya pintu untuk masuk ke bisnis di bidang minyak atsiri? Menurut saya pribadi bisnis ini sangat unik dan menantang serta ada beberapa pintu yang saya pahami berdasarkan pengalaman untuk bisa dimasuki sesuai dengan sumber daya masing-masing calon pengusaha atsiri.

Pada tulisan ini saya ingin berbagi perihal pintu-pintu yang mungkin bisa dimasuki oleh para pebisnis yang ingin mencicipi wanginya aroma minyak atsiri.

1. Petani murni
Saya batasi dulu bahwa poin ini komoditas atsiri yang dimaksud bukan jenis tanaman keras. Syarat utama sebagai petani minyak atsiri adalah lahan tempat menanam yang bisa diperoleh dengan cara membelinya (memiliki) atau menyewa dari pihak ketiga. Kedua, menguasai karakter tanaman atsiri yang ingin ditanam dan kondisi lahan penanaman sehingga mampu membudidayakannya dengan hasil optimal. Ketiga, pemasaran hasil panennya. Biasanya di sentra-sentra perkebunan atsiri terdapat juga penyulingan sehingga hasil panen bisa langsung dijual pada penyuling. Kalau budidayanya bukan di daerah sentra atsiri, pastikan bahwa nantinya anda tidak terkendala masalah pemasaran hasil panen dengan mensurvei daerah-daerah terdekat dimana ada penyulingan. Saya juga beberapa kali lihat publikasi ada para penampung daun nilam kering yang dikhususkan untuk ekspor yang biasa dijadikan alternatif pemasaran. Luasan lahan yang digarap biasanya tidak terlalu besar. Bahkan pintu ini sering dijadikan ajang pembelajaran dan ujicoba dari aspek budidaya bagi teman-teman yang akan memulai bisnis minyak atsiri sebelum mengebunkan pada skala yang lebih luas dan memiliki pabrik penyulingan sendiri. Istilahnya learning by doing. Resiko hanya terletak pada aspek agribisnisnya, misalnya: hasil panen yang sedikit, gagal panen karena cuaca yang tidak berpihak dan terserang hama, atau tanaman mati di tengah jalan (tidak produktif) sebelum investasi yang anda keluarkan kembali.

2. Penyuling murni
Sebagai penyuling, anda membutuhkan investasi untuk pembuatan pabrik secara keseluruhan hingga siap beroperasi yang besarnya tergantung pada kapasitas pabriknya. Juga modal kerja awal untuk pembelian bahan baku dan operasional, yang setidaknya cukup untuk tiga periode kerja tertentu yang ditetapkan. Bicara tentang kapasitas produksi, ini sangat tergantung pada komoditas apa yang akan anda kerjakan dan kemampuan anda dalam menyediakan bahan baku. Kalau anda ingin menyuling daun/gagang cengkeh tentu kapasitas 100-200 kg per batch bukanlah sesuatu baik untuk dikerjakan apabila ditinjau dari sisi ekonomi. Biasanya para penyuling komoditas tanaman keras masuk pada kategori ini. 1-2 tahun belakangan ini saya sering mendengar istilah “skala rumah tangga’. Jujur saja, saya belum bisa memahami sepenuhnya apa arti terminologi tersebut. Apakah dilihat dari besar/kecilnya investasi/modal? Apakah dilihat dari besar/kecilnya alat suling? Apakah dilihat dari besar/kecilnya jumlah minyak yang diproduksi. Contoh ilustrasi, menyuling 1000 kg daun cengkeh dibutuhkan modal kerja utk pembelian bahan baku sekitar Rp 500rb – 600rb per batch, membutuhkan volume ketel suling lebih dari 5000 liter, dan akan menghasilkan minyak daun cengkeh sebanyak 20-25 kg yang setara dengan nominal Rp 1.100.000 – Rp 1.300.000,-. Sedangkan menyuling biji pala 100 kg/batch saja membutuhkan modal kerja pembelian bahan baku sekitar Rp 4jt – Rp 6jt dengan volume ketel suling cukup 400 liter saja dan akan menghasilkan minyak sebanyak 8 – 12 kg yang setara Rp 5.000.000 – Rp 7.000.000,-. Jadi, acuan mana yang dipakai untuk mendefinisikan apa arti penyulingan “skala rumah tangga” itu.

Pertama kali yang harus dilakukan adalah survei keberadaan bahan baku untuk menjamin kontinyuitas pasokan bahan baku. Kedua, memahami karakter bahan baku yang akan anda suling karena hal ini sangat berpengaruh pada tingkat rendemen yang anda hasilkan dan saat menegosiasikan harga beli bahan baku tersebut dari para petani/supplier (atau pengepul/bandar). Ketiga, memahami karakter supplier/mitra anda yang tentunya hal ini membutuhkan jam terbang serta seleksi alam. Pada tahap awal, dibodohi, ditipu, ‘dikerjai’ oleh supplier adalah hal biasa. Apalagi untuk mendapatkan bahan baku, penyuling sering diminta membayar uang muka terlebih dahulu padahal barangnya belum dipastikan ada. Tinggal bagaimana kita mengevaluasi supaya tidak ‘kejeblos’ untuk yang kedua kali, ketiga, keempat, dan kali seterusnya. Keempat, menguasai teknik penyulingan komoditas atsiri yang dimaksud mengingat masing-masing jenis minyak atsiri punya keunikan tersendiri sehingga meskipun alat sulingnya sama tapi teknis penyulingannya bisa jadi berbeda. Begitu pula dengan pemahaman akan standar kualitas minyak yang dihasilkan. Berikutnya pemasaran hasil minyak atsirinya.
Resiko menjadi penyuling murni adalah tidak mandapatkan pasokan bahan baku yang cukup sehingga alat suling sering nganggur, harga pembelian bahan baku yang tinggi sehingga hasil minyaknya tidak sanggup menutupi biaya operasional, uang muka yang telah anda setorkan pada supplier hilang, atau mendapatkan bahan baku dengan kualitas rendah sehingga rendemen tidak sesuai yang dikehendaki.

3. Petani + penyuling
Untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku karena ketiadaan supplai dari luar, maka seorang penyuling biasanya mengembangkan komoditas atsirinya sendiri sebagai lahan inti. Sisanya baru memberdayakan petani setempat untuk turut menanam dan bersedia untuk menampung hasil panennya. Apabila anda berani untuk menjamin pemasaran dengan harga yang menurut petani masih wajar, mereka masih bisa diarahkan untuk menanam komoditas yang ingin anda kembangkan. Apalagi juga sudah anda buktikan dengan pendirikan pabrik penyulingan di lokasi setempat. Tetapi jangan coba-coba kecewakan mereka dengan meninggalkan mereka kala panen tiba. Anda tidak akan dipercaya selamanya dan bukannya memberdayakan tapi malah semakin menyengsarakan mereka.
Anda mungkin dapat membantu dari sisi penyediaan bibit. Sedangkan untuk memberikan uang garap kepada petani sebaiknya dihindari karena selain tidak mendidik juga akan membuat rendahnya sense of belonging terhadap kebun mereka sendiri. Malah sering terjadi kasus bahwasannya uang garap yang anda berikan tidak digunakan untuk mengurus kebun tapi digunakan untuk keperluan-keperluan pribadi mereka sendiri yang tidak ada hubungannya dengan komoditas anda. Silakan bina mereka untuk dapat berkembang secara mandiri.

Usaha ini merupakan gabungan dari poin 1 dan 2 di atas. Tetapi resiko tidak mendapatkan bahan baku dapat ditekan semaksimal mungkin. Tetapi resiko kegagalan budidayanya juga tetap akan membayangi anda.
Untuk model usaha ini dibutuhkan investasi yang cukup tinggi karena selain harus mendirikan penyulingan sendiri, anda juga harus menyisihkan dana untuk proyek budidayanya. Untuk tahap awal sebaiknya anda mulai dari berkebun beberapa hektar saja (misalnya 2 atau 3 ha) untuk memastikan bahwa anda sendiri mampu untuk meng-cover segala permasalahan budidaya. Kalau sudah memahami dengan baik, dapat diperluas hingga 5 ha. Lalu diperluas lagi hingga 10 ha, dst. Permasalahan budidaya untuk lahan 2 ha berbeda dengan 5 ha dan berbeda lagi untuk luasan 10 ha, apalagi untuk skala kebun yang lebih luas lagi. Bukankah mengurus 1-2 orang anak mungkin lebih mudah daripada 5 atau 10 orang anak. (Entahlah… karena saya sendiri masih single dan belum punya anak….hehe).

4. Penampung
Di sini anda bertindak sebagai perantara penjualan dari penyuling ke level pemasaran yang lebih tinggi misalnya eksportir atau end-user domestik. Ada yang disebut penampung besar dengan kemampuan beli yang tinggi serta jenis minyak atsiri yang dibelipun beragam. Cakupan wilayah kerjanya sangat luas, misalnya satu propinsi atau bahkan satu Indonesia. Ada pula yang disebut penampung lokal/kecil yang membeli hanya minyak-minyak atsiri tertentu saja dengan cakupan kerja yang lebih sempit misalnya satu kabupaten. Anda membutuhkan modal yang cukup untuk membeli minyak-minyak dari para penyuling untuk dikumpulkan sebelum dijual kembali ke buyer anda. Pengetahuan tentang aneka kualitas minyak atsiri juga penting untuk menghindari “salah beli’ minyak. Dan lebih penting kagi adalah menjaga hubungan baik dengan para penyuling sehingga mereka akan loyal dan terus menyetorkan hasil sulingannya ke anda. Kadang-kadang untuk mendapatkan minyak atsiri dari penyuling, anda harus memberikan jaminan uang muka terlebih dahulu. Oleh sebab itu harus berhati-hati agar uang anda tersebut tidak hilang atau digunakan untuk kepentingan lain oleh para penyuling.
Untuk menjadi penampung yang berhasil, tentunya anda harus dinamis baik dalam mencari dan mendapatkan penyuling baru yang mau menyetorkan minyaknya maupun memperluas jaringan pemasarannya.

5. Eksportir
Eksportir ini saya bagi menjadi 2 kategori, yaitu eksportir skala bulk (ruah/besar) dan eksportir skala retail. Eksportir skala besar yang sekali pengirimannya dalam satuan ton untuk jenis minyak atsiri berharga murah – menengah, atau dalam ratusan kg untuk minyak atsiri berharga tinggi, dan dalam puluhan kg untuk minyak atsiri yang berharga sangat tinggi. Masuk melalui pintu eksportir skala besar membutuhkan modal yang besar juga. Selain untuk pembelian minyak atsiri dari para pengumpul atau penyuling, juga sebagai cadangan untuk melakukan stok minyak karena sebagai eksportir anda agak sulit untuk melakukan sistem pembayan cash and carry. Meskipun anda bisa saja membujuk calon buyer untuk memberikan Down Payment. Itu pinta-pintar anda sendiri saja. Anda juga diharapkan memiliki kekuatan jaringan pasar internasional serta melakukan pemetaan kompetitor skala global. Anda perlu memahami tentang manajemen ekspor, regulasi ekspor, regulasi-regulasi lainnya berkaitan dengan komoditas minyak atsiri di negara tujuan ekspor anda, aneka sertifikasi produk minyak atsiri anda (CAS number, MSDS, Certificate of Origin, Certificate of Analysis,FDA Reg, FEMA, dll). Keinginan buyer anda juga perlu dipertimbangkan mengingat setiap buyer luar negeri memiliki standar spesifikasi yang berbeda-beda untuk satu jenis minyak atsiri tertentu sesuai keinginan mereka. Oleh sebab itu, anda perlu pengetahuan untuk meramu minyak atsiri dari berbagai supplier anda (yang tentu kualitasnya juga berbeda-beda) untuk menyesuaikan dengan keinginan buyer anda.
Anda harus yakin pada kepastian dan kontinyuitas supplainya serta keseragaman kualitas, apalagi jika sudah tandatangan kontrak dengan pihak pembeli untuk sejumlah volume pengiriman tertentu. Jika tidak, tentunya anda bisa kena pinalti dan tidak dipercaya lagi oleh buyer. Dampaknya secara nasional adalah menurunkan tingkat kepercayaan buyer luar negeri terhadap eksportir-eksportir Indonesia.
Jangan lupa, sebagai eksportir murni anda akan membeli minyak atsiri dari supplier baik pengumpul maupun penyuling langsung. Pengetahuan tentang kualitas minyak atsiri yang dibeli sangat penting, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Jangan sampai nanti minyak yang sudah dibeli ratusan kg dari supplier ternyata ditolak oleh buyer kita di luar negeri dengan alasan kualitas yang buruk.
Ingat!! Sebagai eksportir, anda juga tidak sendiri. Ada puluhan eksportir minyak atsiri di negara kita yang sudah berjibaku dengan dunia ini selama puluhan tahun dan merasakan manis-getirnya menjadi eksportir. Jadi, siap-siapa saja berkompetisi dengan mereka baik kompetisi dari sisi pasar internasional maupun dari supplai minyak atsirinya itu sendiri.

Berikutnya adalah eksportir retailer. Tipe ini hanya bermain di skala kecil, misalnya hanya melayani permintaan minyak atsiri di bawah 10 kg untuk aneka jenis minyak atsiri. Biasanya dijual pada re-seller di luar negeri untuk dikemas kembali menjadi untuk spa, aromaterapi, dan pengrajin parfum kecil-kecilan. Bisa juga dijual pada end-user skala kecil-menengah sebagai bahan baku penunjang produk-produk yang mereka hasilnya. Anda bisa promosi melalui situs-situs pedagangan global yang marak di internet atau bisa juga melalui website. Meskipun volumenya kecil, anda bisa memperoleh margin yang lebih besar daripada eksportir skala besar.

6. Retailer
Pengertian retailer di sini adalah anda membeli sejumlah minyak atsiri baik satu jenis ataupun beraneka jenis dari para penyuling atau pengumpul lalu anda kemas semenarik mungkin menjadi satuan kecil-kecil dan dipasarkan untuk produk-produk spa, aromaterapi, flavor, bahkan kepentingan pengobatan. Misalnya anda mengemas minyak sereh wangi (citronella oil) lalu didaftarkan ke BP POM dan anda pasarkan melalui apotik-apotik. Untuk menjadi retailer, kemampuan anda di bidang pemasaran sangat menentukan keberhasilan usaha ini. Pada tahap awal, anda harus melakukan serangkain survey untuk mengetahui supplier-supplier minyak atsiri dan memastikan bahwa minyak yang mereka jual benar-benar murni minyak atsiri. Keuntungan dari usaha ini anda bisa menentukan harga jual sendiri berdasarkan margin yang anda harapkan tetapi tetap harus mempertimbangkan harga jual yang ditawarkan oleh kompetitor anda. Secara volume penjualan memang kecil, tetapi margin dapat jauh lebih besar daripada menjadi seorang penyuling konvensional.

7. User
Melalui pintu ini, anda selayaknya memiliki kemampuan baik secara konsep maupun teknis untuk membuat produk-produk kreatif (biasanya produk-produk formulasi) dengan aneka jenis minyak atsiri sebagai bahan baku utama atau pendukung. Misalnya membuat sabun, obat gosok/balsem, minyak gosok, pewangi ruangan, aditif bahan bakar, produk-produk kosmetika, produk-produk spa, parfum, saus tembakau, flavor makanan/minuman, dll. Kemampuan pemasaran anda juga diuji untuk menjamin keberhasilan usaha ini. Jangan lupa juga untuk memahami langkah-langkah yang berkaitan dengan regulasi sebelum anda me-release produk ini ke pasaran. Terutama untuk produk-produk yang akan digunakan pada tubuh baik dikonsumsi maupun hanya berkontakkan saja, seperti sabun, komsmetika, obat gosok, flavor makanan/minuman.

OK, setalah mendapatkan pintu mana yang ingin dimasuki silakan melongok sehelaan nafas ke sana. Setelah itu, jika ternyata menjadi penasaran silakan menelusuri ke kedalamannya yang penuh romantika.

Salam atsiri!!