Sunday, November 07, 2010

Sereh Wangi : Sebuah Sinergi antara LSM, Perum Perhutani, dan masyarakat desa hutan

Pada hari Kamis, 4 November 2010 lalu saya berkesempatan mengunjungi sebuah desa hutan di Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang menjadi desa binaan dari Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa berkaitan dengan program “Pengembangan IRT (Industri Rumah Tangga) Minyak Atsiri Berbahan Sereh Wangi Berbasis Komunitas Petani Lahan Kering”. Kami hadir di sana dalam rangka memenuhi undangan pada peresmian pabrik penyulingan minyak sereh wangi sekaligus panen perdana sereh wangi di desa tersebut. Mengapa saya (dan tim dari Subang) harus hadir? Kebetulan CV Pavettia Kurnia Atsiri – Subang dipercaya untuk mengerjakan pembuatan ketel penyulingan daun sereh wangi kapasitas 600 kg bahan baku/batch yang saat ini berdiri pada sebuah lokasi di desa tersebut.



Tujuan dari program pemberdayaan masyarakat yang dirilis oleh MM-Dompet Dhuafa ini cukup mulia, yaitu meningkatkan pendapatan komunitas Petani Lahan Kering (PLK) yang tinggal di daerah perbukitan dan berlahan kering dari usaha alternatif program kemitraan sereh wangi yang memberikan keuntungan secara finansial maupun bagi kelestarian lahan. Dengan aktivitas pendampingan dan pembinaan berkelanjutan dari MM-Dompet Dhuafa ini diharapkan dapat memberikan secercah cahaya bagi masyarakat di sana.

Tahap awal dari program ini adalah penanaman sereh wangi pada lahan kering milik Perum Perhutani seluas sekitar 10 ha. Sereh wangi ditanam sebagai tumpang sari dari pohon jati yang sudah lebih dahulu ditanam oleh perusahaan tersebut. Sebelum adanya program sinergi ini, lahan kering kurang subur di bawah pohon jati masih dibiarkan tanpa tanaman budidaya. Sebelum pohon jati menjadi rimbun yang tentunya membutuhkan waktu yang sangat lama, maka lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk penanaman sereh wangi yang diharapkan dapat memberikan kemanfaatan ekonomi bagi masyarakat desa hutan yang menjadi binaan MM-Dompet Dhuafa.

Sejauh pengamatan kami, sereh wangi tumbuh dengan baik di bawah pohon jati yang belum rimbun sehingga tanaman sereh wangi masih mendapatkan cahaya matahari yang cukup untuk membantu proses pertumbuhannya. Saya mencoba-coba berhitung berapa pendapatan yang akan dihasilkan oleh petani penggarap peserta program ini dari penjualan hasil panen daun sereh wangi. Apabila setiap penggarap diberikan lahan garapan 0.25 ha dengan populasi tanaman sereh sekitar 3000 pohon, maka dengan asumsi bahwa hasil panen sereh sekitar 1 kg/pohon, maka sekali panen akan dihasilkan 3000 kg daun sereh wangi siap suling. Harga daun sereh wangi saat ini berada pada kisaran Rp 350-400/kg sehingga akan diperoleh hasil sebesar Rp 1.050.000,- s/d Rp 1.200.000,-. Sereh wangi dapat dipanen pertama kali setelah usia 6 bulan dan selanjutnya dapat dipanen kembali setiap 2.5-3 bulan sekali selama sekitar 5 tahun (atau bahkan lebih). Dari data-data tersebut dapat dihitung-hitung bahwa setiap bulan petani penggarap akan memperoleh pendapatan tambahan sekitar Rp 400.000,-. Penghasilan ini dapat bertambah apabila seluruh petani penggarap bernaung pada suatu wadah seperti koperasi yang melakukan aktivitas penyulingannya (baca=produksi minyak atsiri) sendiri. Pendirian koperasi inipun dapat menjadi nilai tambah tersendiri bagi masyarakat petani penggarap dalam bentuk Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dibagikan selaku anggota.

Budidaya sereh wangi cukuplah mudah dan tidak memerlukan perhatian yang cukup serius serta dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lahan-lahan kering kurang subur. Pemupukan organik menggunakan pupuk kandang atau kompos cukup dilakukan pada saat penanaman awal, selanjutnya apabila kondisi lahan masih lembab maka tidak perlu dilakukan penyiraman. Bibit sereh wangi yang telah ditanam dapat ditinggal dan ditengok sesekali untuk melihat kondisi pertumbuhannya atau dilakukan penyulaman bibit jika diketahui ada yang tak mampu bertahan hidup. Pemupukan selanjutnya dapat dilakukan setiap tahun sekali. Oleh sebab itu, kegiatan budidaya sereh wangi ini tidaklah menyita waktu petani penggarap lahan, sehingga yang bersangkutan masih bisa melakukan kegiatan utamanya atau kegiatan yang menjadi penunjang ekonomi utama. Artinya, budidaya sereh wangi dengan pemanfaatan lahan Perum Perhutani ini hanyalah bersifat sampingan untuk menambah pendapatan mereka.

Perum Perhutani memiliki ribuan ha lahan dengan tipikal seperti di atas, yaitu lahan yang baru ditanam oleh jenis tanaman keras (kayu-kayuan) sehingga masih dapat terjangkau oleh cahaya matahari dengan cukup. Perum Perhutani juga memiliki ribuan ha tanaman kayu putih dimana tanaman ini memang sengaja tidak dibuat rimbun dan sering dipangkas untuk keperluan kemudahan panen daun kayu putih. Lahan-lahan kosong di sela-sela tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk budidaya sereh wangi oleh petani penggarap yang notabene adalah masyarakat desa hutan di sekitarnya. Tentunya kegiatan pemberdayaan masyarakat desa hutan ini membutuhkan sinergitas antara Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang konsen pada kegiatan pemberdayaan masyarakat desa, Perum Perhutani sebagai pemilik lahan, serta anggota masyarakat maupun perangkat desa hutan. Dengan potensi-potensi yang ada, maka kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti ini bukanlah hal mustahil untuk dilakukan.

CV Pavettia Kurnia Atsiri sebagai perusahaan berbasis pada spesialisasi minyak atsiri siap membantu dan mendukung kegiatan ini sesuai dengan pengalaman dan kompetensi yang dimiliki. Kami siap mendukung mulai dari pengadaan bibit unggul sereh wangi, pelatihan/training budidaya sereh wangi dengan sistem magang, perlengkapan/infrastruktur produksi minyak sereh dengan teknik penyulingan, hingga siap bekerjasama dalam hal pemasaran produk minyak sereh wangi yang dihasilkan.