Sunday, December 21, 2008

HARGA MINYAK NILAM TURUN. KAPAN NAIK LAGI??

Akhir-akhir ini saya sering mendapatkan pertanyaan seperti di atas, baik via sms, telp, ataupun email. Dan tentunya saya tidak bisa menjawabnya dan tidak punya kompetensi berlebih untuk menjawab masalah ini. Karena menurut saya kondisi perdagangan minyak atsiri ini bukanlah sesuatu yang eksak ataupun bisa didekati dengan simulasi atau pemodelan matematis manapun. Cukup banyak variabel yang berpengaruh (jika tidak ingin dikatakan kompleks) untuk disederhanakan dalam suatu bentuk persamaan atau pemodelan matematis sederhana.

Saya hanya melihat dari sisi hukum ekonomi yang umum-umum saja, jika harga minyak nilam turun itu artinya pasokan (supply) sedang berlebih. Jika harga minyak nilam naik seperti beberapa waktu lalu, artinya pasokan berkurang. Sementara itu, demand minyak nilam dunia mestinya ya cuma segitu-segitu saja sekitar 1500-1600 ton/tahun. Kalau pun naik juga cuma 5% per tahun. Dan kondisi nyata di lapangan saat ini maupun beberapa waktu lalu cukup mendukung apa yang termaktub dalam pernyataan hukum ekonomi tersebut.

Waktu pertama kali saya terjun di bidang minyak atsiri, harga minyak nilam saat itu tidak jauh-jauh dari Rp 200an ribu per kg (tahun 2003). Dan memang sempat terjun bebas hingga di level Rp 130-150rb/kg. Ini sekitar pertengahan tahun 2006. Kemudian harga lambat laun naik sedikit demi sedikit dan sempat bertahan agak lama di sekitaran Rp 250rb/kg. Naik sedikit demi sedikit Rp 300rb, Rp 310rb, Rp 320rb............... Rp 400rb, Rp 450rb........................................... dan akhirnya mencapai level di atas Rp 1jt/kg akhir tahun 2007 dan awal 2008 lalu. Di situlah mulai bermunculan sentra-sentra nilam baru di Indonesia. Daerah-daerah yang sebelumnya tidak ada sejarah nilam berlomba-lomba mengikuti trend untuk memproduksi minyak nilam. Bukankah kondisi ini sama seperti komoditas hasil bumi lainnya secara umum? Masih ingat kasus melambungnya harga vanili sekitar 2-3 tahun yang lalu?

Jadi kapan harga minyak nilam naik lagi, Fer?? Yah..... saya harus jawab apa. Pendapat pribadi mungkin ada tapi bukan untuk dipublish di sini. Salah-salah nanti dijadikan acuan yang eksak...hehe. Sekedar berbagi dari hasil Konferensi Nasional Minyak Atsiri 2008 lalu dikatakan oleh beberapa eksportir bahwa permintaan akan minyak nilam dunia saat ini agak turun terkena dampak krisis global. Aplikasi minyak nilam sebagian besar untuk parfumery yang merupakan kebutuhan tertier dimana tingkat resapan pasarnya sangat tergantung pada daya beli masyarakat. Dengan adanya krisis ini, daya beli masyarakat terutama terhadap barang-barang kebutuhan tersier tentu saja akan melemah. Harapannya tentu saja adalah harga yang stabil dan menguntungkan bagi setiap pemain di bisnis ini, baik petani, penyuling, pengumpul, maupun eksportir.

Kalau saya sendiri saat ini tidak bergerak terlalu banyak di bidang minyak nilam. Saya hanya mengikuti perkembangan dan kebetulan punya banyak rekan atau kolega yang menjadi petani, penyuling, maupun pedagang minyak nilam. Core utama kami adalah produsen minyak pala dan bengkel pembuatan alat-alat produksi minyak atsiri. Dan mohon doa restunya saja mudah2an tahun depan sudah berkembang ke beberapa produk minyak atsiri jenis lainnya (tetapi bukan minyak nilam, lho...hehe).

Sangat wajar apabila banyak pemula di bisnis ini (yang kebetulan membuka lahan nilam) merasa khawatir dengan pergerakan harga minyak nilam akhir-akhir ini. Meskipun sebenarnya jika bertanam sendiri dengan sistem pertanian organik dan dikelola secara efisien, harga minyak turun sampai Rp 200rb/kg pun masih menghasilkan margin yang “cukup-cukup” lah.

Kembali kita bicara masalah idealisme ya. Dalam menjalankan usaha apapun, naik turunnya harga adalah sesuatu yang lumrah. Tinggal bagaimana kita sanggup bertahan pada saat harga rendah dengan mengerahkan aneka kreativitas dan potensi yang ada di diri kita (baca = melakukan aneka efisiensi yang masih mungkin dilakukan). Sementara kalau harga melambung tinggi, anggaplah itu sebagai sebuah anugrah dari Sang Pemberi Kuasa yang layak disyukuri dan dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis. Poin pentingnya adalah kita konsisten dengan bisnis yang dijalani dan mempelajari betul sampai ke akar-akarnya, mudah-mudahan semua masalah bisa ter-cover. Betapapun buruknya kondisi yang sedang berlangsung. Sukses selalu dan tetap semangat bagi rekan-rekan yang sedang bergulat dengan dunia minyak atsiri.

Wednesday, December 17, 2008

SURAT CINTA ALA PENYULING MINYAK ATSIRI

Bogor, Des 2008
Begitu sepi tanpa wangi dirimu

Kepada sayangku…
Rosa Damascena

Malam honey....... lagi ngapain?
Tak terasa yah sudah hampir tiga tahun hatiku mem-fiksasi hatimu, begitupun sebaliknya. Meskipun tanpa base note seperti minyak nilam, percayalah aroma cintaku ini tak akan pernah pudar se-volatil apapun dia. Sebab ia telah terikat di setiap sisi dinding hati. Malam ini ditemani deru burner boiler yang panasnya mungkin bisa mendidihkan bahkan men-dekomposisi patchouly alkohol sekalipun, akupun ingat kamu yang kurelakan pergi untuk sementara waktu demi tujuan hidup dan cita-citamu. Yah.... aku rela, sayang. Kepergianmu tidaklah selama meng-enfleurasi bunga melati, tapi hanya sekejap waktu laksana menyuling sereh wangi.

Dingin banget, honey....... Peluk aku, dong..:) Aku yakin pelukanmu akan jauh lebih hangat daripada air hangat yang keluar dari kondensor itu.

Ada satu hal yang ingin kukatakan padamu dalam dinginnya malam ini. Meskipun kita jauh, kuyakinkan padamu bahwa minyak-minyak kasihku takkan pernah bisa ter-fraksi menjadi bagian-bagian yang bisa kubagikan untuk wanita-wanita lain. Sesepi atau sesunyi apapun keadaanku saat ini. Begitu kuat dan stabilnya ikatan molekul di dalamnya, hingga konsep distilasi molekuler dengan tekanan sangat vakum pun akan buyar sebab tak akan pula bisa membagi-baginya. Minyak atsiri boleh saja terbagi-bagi menurut fraksinya dengan teknik fraksionasi lalu diberikan kepada masing-masing konsumen yang membutuhkannya, tapi tidak demikian halnya dengan kasihku padamu. Bahkan kalau bisa aku akan minta bantuan seorang insinyur untuk merancang alat yang bisa me-refinery kasihku hingga benar-benar absolute murni bebas pengotor yang bisa mencederai aroma sayangku padamu. Kain monel saja tidaklah cukup untuk menyaring pengotor-pengotor itu. Aku tak pedulikan betapapun mahalnya alat itu. Bukanlah cinta takkan pernah bisa dihargai dengan uang?

Hehehe..... Honey, aku kok jadi ingat ya kejadian waktu ulang tahunmu kemarin. Lucu banget dan membuatku selalu tersenyum kala mengingatnya seperti seorang flavorist yang baru saja menghirup aroma-aroma menawan. Ingat nggak …… waktu itu aku memberikan 25 buah kalung terbuat dari untaian bunga melati putih varietas Grand Duke of Tuscany. Honey tahu nggak, kalau dibuat minyak lewat proses ekstraksi dengan pelarut heksan paling cuma aku dapatkan 1 ml saja. Kecil sekali yah rendemennya meskipun harganya juga mahal. Tapi jangan khawatir, lho sebab rendemen cintaku padamu makin lama makin besar seiring dengan perjalanan sang waktu tanpa harus menaikkan tekanan atau bahkan menghancurkannya seperti rimpang jahe emprit. Pokoknya fuli pala pun akan tetap terlibas rendemennya.
Oh ya, aku lupa. Tadi kan aku mau cerita kejadian ulang tahunmu. Kok malah ngelantur...hehe. Iya, waktu itu kamu dengan yakinnya berkata padaku kalau 25 kalung itu menandakan ulang tahunmu yang ke-25. Tetapi ternyata jauh meleset, dengan polos pula kukatakan padamu bahwa 25 kalung itu menandakan bahwa telah ada 25 gadis yang menerima kalung melati dariku sebagai hadiah ulang tahunnya. Supaya mudah mengingatnya, sengaja aku urutkan melalui jumlah untaian yang kuberikan. Waktu itu kamu langsung terdiam, romanmu berubah, terus berlari masuk ke kamar. Aku ikuti kamu ke dalam kamar dan kujelaskan maksud ucapanku seraya halus memanjakan dirimu dengan ucapan dan belaian. Kamu tersenyum dan menciumku. Setelah itu kita saling meng-ekstraksi diri dalam keremangan ruangan bertabur aroma ester benzyl asetat. Dan….. peluh kita pun saling berdifusi merasuk ke dalam debur samudra sukma. Ahh…… kan kuingat selalu nuansa-nuansa itu.

Honey, aku barusan digigitin nyamuk. Gatal banget. Padahal di dekat kolam sirkulasi air pendingin sebelah sana (kamu ingat kan lokasinya, honey) sudah aku tanam sereh wangi dan bunga lavender supaya bisa mengusir nyamuk. Katanya khasiatnya seperti itu, tapi kok nyamuknya masih ada aja ya. Jangan-jangan aku dibohongi nih seperti para pengumpul minyak nakal yang membohongi informasi harga kepada penyuling nilam kecil. Lama-lama aku suling juga nyamuk-nyamuk itu. Menyebalkan!!

Sebelum kuakhiri suratku ini bolehlah aku berucap, “Aku memang cinta minyak pala yang eksotis, citronellal yang harum, musk yang menggairahkan, distiller-distiler yang cantik menawan, Ernest Guenter atau Pak Ketaren yang menginspirasi, ylang-ylang yang menggoda, akar wangi yang menggelora, seksinya rimpang lajagowa, meterlak yang unik imut-imut, pedasnya oleoresin lada, dan nikmatnya pijat aromaterapi. Tapi dari ketel-ketel jiwaku yang paling dalam, aku lebih cinta pada dirimu dan apapun yang melekat pada jiwamu”.

Hati-hati dan jaga dirimu baik-baik di sana ya, sayang……
Kasihku selalu menyertaimu seperti miristisin yang selalu setia pada minyak pala.

Love,
A.D.A. Feryanto

Wednesday, December 10, 2008

TRAINING PENGEMBANGAN BISNIS PERKEBUNAN DAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI (Gel. II)

TRAINING PENGEMBANGAN BISNIS PERKEBUNAN
DAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI
(GELOMBANG II)

(STUDI KASUS LAPANGAN : budidaya nilam – organik,
Penyulingan minyak nilam,
penyulingan minyak pala, bengkel pembuatan alat penyulingan)


BROSUR TRAINING LENGKAP: KLIK DISINI lalu klik icon FREE USER dan klik icon DOWNLOAD.

SASARAN TRAINING
1. Calon pensiunan pegawai yang ingin terjun ke bisnis minyak atsiri.
2. Sarjana yang ingin berwirausaha di bidang minyak atsiri.
3. Staf divisi pengembangan masyarakat (community development) suatu perusahaan untuk menambah wawasan pengembangan potensi daerah dan pemberdayaan masyarakat di lingkungan perusahaannya
4. PNS Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Pertanian/Perkebunan dan Perindustrian yang memiliki program pengembangan minyak atsiri di daerahnya
5. Pebisnis agroindustri yang ingin terjun ke bisnis penyulingan minyak atsiri

6. Pegawai swasta yang ingin mengembangkan potensi minyak atsiri daerahnya menjadi bisnis yang menguntungkan
7. Staf LSM yang konsen pada bidang pemberdayaan masyarakat pedesaan
8. Masyarakat umum yang berminat mengembangkan bisnis minyak atsiri

TUJUAN TRAINING
Setelah mengikuti kursus ini, peserta diharapkan untuk :

* Tujuan Umum
1. Memahami langkah-langkah yang harus ditempuh untuk membangun bisnis penyulingan minyak atsiri.
2. Memahami kendala-kendala yang sering terjadi dalam bisnis penyulingan minyak atsiri.
3. Siap secara teknis untuk menekuni bisnis perkebunan dan penyulingan minyak atsiri.

* Tujuan Khusus
1. Mengetahui jenis-jenis minyak atsiri dan potensinya di Indonesia
2. Mengetahui sistem penyediaan bahan baku minyak atsiri
3. Mengetahui cara memproduksi minyak atsiri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
4. Mengetahui standar kualitas produk minyak atsiri yang diterima pasar dan cara analisisnya
5. Mengetahui cara mendapatkan fasilitas produksi minyak atsiri
6. Mengetahui bagaimana cara memasarkan minyak atsiri skala kecil dan besar
7. Mengetahui teknik budidaya tanaman nilam organik dengan baik, mulai dari pengolahan lahan hingga pemanenan dan perawatan pasca panen
8. Mengetahui cara membuat studi kelayakan ekonomi dan proposal bisnis pengembangan minyak atsiri

KEGIATAN PESERTA
Hari 1 : Peserta menyimak materi di kelas & diskusi interaktif

Hari 2 : Peserta melakukan kunjungan ke pabrik penyulingan minyak nilam(dan pala) dan lokasi budidaya tanaman nilam di Kab. Subang – Jawa Barat. Melihat dengan nyata proses produksi minyak atsiri di lapangan. Selain dipandu oleh instruktur juga dipandu oleh pemilik penyulingan.


WAKTU DAN TEMPAT
Sabtu-Minggu (20-21 Desember 2008)
Pukul : 08.30 – 16.00
Hari 1 : Grand Hotel Lembang – Lembang, Kab. Bandung Barat, Jawa Barat
Jl. Raya Lembang 272, Lembang
Hari 2 : Perkebunan dan Penyulingan Nilam di Desa Cipancar, Kec. Serangpanjang, Kab. Subang, Jawa Barat

BIAYA TRAINING
Rp 1.300.000,-
Termasuk : makan siang 2 hari, coffee break 2 hari, materi pelatihan, transportasi menuju lokasi perkebunan/penyulingan, kaos training, buku "Minyak Atsiri Vol. 1" karangan Ernest Guenther (terjemahan), dan kumpulan artikel untuk minyak nilam.
Tidak termasuk : akomodasi selama training dan transportasi ke Lembang

SILABUS TRAINING

INFORMASI DAN REGISTRASI
Informasi dan registrasi, hubungi :
Rijal (0856-24931119) atau (o22-92187803)
email : training_atsiri@yahoo.com



ORGANIZER
PT. Pavettia Atsiri Indonesia dan
CV. Cipta Selaras

KAIN MONEL (MONYL), SI PENYARING MINYAK

Sebagai seorang pemula yang hendak menjalankan bisnis minyak atsiri, biasanya mereka terfokus pada pengadaan alat penyulingan dan bagaimana cara mendapatkan bahan baku. Padahal di luar hal-hal besar tadi, ada hal-hal kecil yang sangat penting dan berguna yang juga perlu dipersiapkan. Salah satu benda kecil dan penting dalam praktek penyulingan yang terkadang luput (atau disadari belakangan) adalah kain MONYL (biasanya penyuling menyebut kain MONEL). Kain ini diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dari air yang masih terikut di dalamnya. Karakter kain ini memang sangat menakjubkan. Minyak atsiri dapat lolos melalui pori-pori kain sedangkan airnya tertahan di atas kain (tidak tembus oleh air). Dari sisi ilmiah (penjelasan rasional) aku masih penasaran dengan “mengapa hal ini bisa terjadi”. Memang ada beberapa dugaan di benakku, tapi masih belum yakin benar. Ada yang bisa bantu memberikan penjelasan kepadaku??

Minyak atsiri yang keluar bersama kondensat masih mengandung air yang teremulsi di dalam minyak. Hal itu ditandai dengan minyak masih berwarna keruh berkabut. Atau ketika memisahkan minyak dari air kondensat (baik dengan cara diciduk sedikit demi sedikit, maupun dialirkan secara otomatis), sedikit air kadang masih terikut ke dalam minyak. Nah, untuk mendapatkan minyak yang bebas dengan air (tidak benar-benar bebas 100%, lho) dilakukan penyaringan dengan kain MONEL ini. Caranya mudah, cukup letakkan kain MONEL di atas corong dan jepit menggunakan penjepit jemuran di sisi-sisi corong (lihat gambar di bawah). Penyaring MONELpun siap digunakan.

Apa itu kain MONEL? Kain ini biasanya digunakan untuk proses penyablonan kualitas tinggi. Terbuat dari bahan sejenis nilon yang disebut sebagai polyester (serat polyester) - sejenis polimer.

Di mana membelinya? Kain MONEL tersedia di toko-toko spesialis alat sablon yang besar. Katakan saja “Beli kain MONEL tipe 180 yang biasa dipakai untuk menyaring”. Harganya memang lumayan mahal untuk ukuran sebuah kain. Kain MONEL yang palsu atau yang lebih murah, harganya sekitar Rp 150.000,-/m. Sedangkan yang asli (biasanya buatan Swiss), harganya Rp 350.000,-/m. Satu meter kain tentu saja tidak dipakai seluruhnya. Dipakai saja secukupnya, misalnya dipotong ukuran 30 cm x 30 cm. Sisanya bisa disimpan untuk sewaktu-waktu dipergunakan jika yang lama sudah jelek.

Yah..... selamat menyaring!!

Tuesday, December 09, 2008

ACEH, The Land Of Patchouly (Nilam)

Serangkaian perjalanan membawa misi “minyak atsiri” membawa ragaku menuju Aceh. Sekitar 1 bulan yang lalu aku (dan partnerku, Mr. Syauqi) mewajibkan diri pergi ke Aceh selama satu minggu untuk menginstal, melatih operator, dan mengujicoba alat penyulingan nilam yang dipesan oleh salah satu customerku di sana. ACEH..... bukan barang langka dalam dunia minyak atsiri. Apalagi komoditas minyak nilam selalu dikait-kaitan dengan nama “Aceh” yang mengikuti kata “Nilam”. Bahkan dengan berbangga hati para penyuling/produsen minyak nilam atau penjual bibit nilam berteriak –teriak “Ini minyak nilam ACEH” atau “Bibit ini adalah nilam ACEH”. Meskipun ntah dimana bibit itu berasal atau darimana bahan baku nilam yang disuling menjadi minyak.

Makanya, tidaklah berlebihan jika judul tulisanku seperti tersebut di atas. Sama dengan ketika aku menulis catatan kunjunganku ke penyulingan minyak akar wangi di Garut tahun lalu (Baca= Garut, The Land of Vetiver).


Ada banyak hal yang kupelajari selama keberadaanku di sana. Salah satunya bahwa minyak nilam yang “benar-benar” ditanam di Aceh - bukan sekedar mengaku-ngaku nilam Aceh - memang memiliki kualitas yang sangat baik terutama dari kadar PA-nya. Kalau masalah rendemen, ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang kurasa bisa menyaingi nilam Aceh. Pada saat ujicoba penyulingan nilam di sana saya sempat agak panik, sebab setelah sekitar 4 jam sudah tidak ada penambahan minyak atas (minyak ringan) yang terlihat dari gelas pengamat level minyak pada oil separator kami. Pengalamanku di Jawa, sebagian besar minyak nilam berat jenisnya lebih ringan dari air sehingga dia akan muncul sebagai lapisan atas. Kalaupun ada, minyak beratnya (minyak yang ada di bawah air) jumlahnya kecil. Oleh sebab itu, desain separatornya disesuaikan dengan kondisi itu sehingga tidak ada gelas pengamat untuk minyak berat seperti halnya pada separator kami untuk minyak pala.

Setelah sekian lama menunggu dan ternyata minyak atasnya tak bertambah-tambah, aku penasaran akan apa yang terjadi. Iseng aku buka saja kran air di bawah separator. Dan ternyata...... mengalir cukup deras minyak berwarna kuning kecokelatan dari bagian bawah separator (minyak atas berwarna kuning jernih karena alat suling yang kami buat ini full stainless steel, termasuk boilernya). Dari pengalaman yang sudah-sudah untuk jenis minyak atsiri lainnya, minyak berat ini sangat kaya akan kadar PA (PA dalam bentuk komponen murni densitasnya lebih besar dari 1 kg/ml). Jumlah minyak berat ini aku perkirakan 1/3 – 1/2 dari jumlah total minyak nilam yang dihasilkan dalam satu sesi penyulingan. Subverb!! Para penyuling tradisional di wilayah Sumatra Bagian Utara (Sumatra Utara dan Aceh) biasa menyebut minyak nilam jenis ini dengan nama “minyak nol” yang artinya - jika diukur menggunakan meterlak/alkoholmeter permukaan minyak nilam akan menunjuk angka “nol” pada skala meterlak. Yah.... sama seperti halnya dengan minyak berat pada kasus minyak pala. Sekedar untuk mereview apa itu meterlak dan kaitan skalanya dengan kualitas minyak nilam, silakan baca kembali tulisanku yang berjudul “Meterlak/alkoholmeter”.

Yah.... itu sekilas mengenai salah satu wawasan yang kuperoleh di Aceh dari beberapa hal penting lainnya yang “tercium” di sana. Beberapa waktu lagi aku sudah merencanakan untuk berkunjung ke beberapa lokasi di luar Jawa baik untuk memasang dan menginstal alat penyulingan atau sekedar bersilaturahmi dengan rekan-rekan pelaku atsiri. Entah ilmu dan wawasan apalagi yang akan kudapatkan dalam selaksa perjalanan atsiri yang penuh “cinta” ini. Tunggu saja khabar selanjutnya.

Friday, December 05, 2008

Konferensi Nasional Minyak Atsiri 2008

Pada tanggal 2-4 Des 2004 di Hotel Singgasana-Surabaya telah terselenggara dengan baik “KONFERENSI NASIONAL MINYAK ATSIRI 2008” dengan tema “Industri Minyak Atsiri yang Berkelanjutan: Peluang dan Tantangan”.

Konferensi yang diselenggarakan oleh Dept. Perindustrian RI dan Dewan Atsiri Indonesia (DAI) tersebut dihadiri oleh para eksportir minyak atsiri nasional, pemerintah (Dept. Perindustrian, Dept. Pertanian, Dinas Perindustrian/Perkebunan dari Kabupaten sentra atsiri), pelaku bisnis atsiri (petani, penyuling, dan pedagang), akademisi dan peneliti atsiri, dan masyarakat umum yang berminat terhadap atsiri.

Sesi Pleno I Konferensi ini disampaikan pemaparan mengenai Trend Bisnis Minyak Atsiri Global” dengan makalah:
1. Dampak Krisis Ekonomi Global Thd Bisnis Minyak Atsiri (Suwandi - PT. Djasula Wangi)
2. Tantangan dan Persiapan Menghadapi Regulasi REACH untuk Pasar Minyak Atsiri Indonesia di Eropa (Dr. Heri Haerudin – LIPI Kimia)
3. Sistem Global Supply Chain, Tantangan bagi Industri Minyak Atsiri Indonesia (Robby Gunawan – PT Indesso Aroma)

Sesi Pleno II disampaikan pemaparan-pemaparan mengenai “Sistem Bisnis Minyak Atsiri yang Berkelanjutan” sebagai berikut:
1. Reorientasi Kebijakan Pemerintah dalam Mengembangkan Industri Minyak Atsiri (Prof. Eriyanto – IPB dan Ir. Mindo Sianipar – DPR RI)
2. Paradigma Keseimbangan dan Keadilan Harga Produk Minyak Atsiri (Dr. Meika S. Rusli – DAI)
3. Capacity Building SDM Industri Minyak Atsiri (Iwan Setiawan – Microfin Indonesia)

Sesi pararel menghadirkan presentasi 24 makalah hasil penelitian minyak atsiri dari para peneliti dan akademisi yang berkecimpung dalam bidang penelitian minyak atsiri.

Sedangkan sesi WORKSHOP bertema “Memulai dan Mengembangkan Bisnis Minyak Atsiri” menghadirkan 4 pembicara, yaitu:
1.Mengenal pasar produk minyak atsiri (Arianto Mulyadi – PT. Indesso Aroma)
2.Perkiraan minyak atsiri yang masih berpotensi di dalam krisis global (Suwandi – PT. Djasula Wangi)
3.Hal-hal penting dalam proses produksi minyak atsiri (A.D.A. Feryanto – PT. Pavettia Atsiri)
4.Membuat business plan minyak atsiri (Feri A. Soleh – PT. Indarro Aromatik)

Monday, November 03, 2008

Training Atsiri 1-2 Nov 2008 (GELOMBANG I)

Keterangan gambar (searah jarum jam):
- Berpose di bawah spanduk kegiatan
- Lokasi pabrik penyulingan minyak nilam
- Saya sedang menjelaskan teknik pengoperasian di pabrik penyulingan minyak nilam

Training hari-1 diselenggarakan di Grand Hotel Lembang sehari penuh yang dibawakan oleh saya sendiri (A.D.A. Feryanto) dan Muhammad Syauqi. Berisikan materi-materi konseptual mengenai apa dan bagaimana bisnis minyak atsiri itu (pokoknya dari A - Z)

Pada tanggal 1-2 Nov 2008 telah terlaksana dengan sukses "Training Pengembangan Bisnis Perkebunan dan Penyulingan Minyak Atsiri (Gelombang I)" di Grand Hotel Lembang dan Perkebunan/Penyulingan Nilam Desan Cipancar-Serangpanjang-Subang.

Training diikuti oleh 28 peserta yang terdistribusi dari berbagai daerah di Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Kami atas nama PT. Pavettia Atsiri Indonesia dan CV. Cipta Selaras mengucapkan terima kasih kepada para peserta atas kerjasama dan partisipasinya. Semoga wawasan yang diperoleh selama mengikuti 2 hari training ini dapat ditindaklanjuti menjadi entitas bisnis minyak atsiri yang real. Mohon maaf atas segala kekurangan dan keterbatasannya. Sampai jumpa di lain kesempatan pada nuansa yang berbeda.

Keterangan gambar (searah jarum jam):
- Briefing oleh saya sebelum Training in Practice di lapangan
- Kang Asep sedang menjelaskan dan mempraktekkan cara menanam bibit nilam di lahan
- Ini dia contoh pestisida nabati untuk tanaman nilam dengan 3 formulasi ekstrak daun-daunan yang berbeda-beda.
- Lihat-lihat bengkel pembuatan alat-alat penyulingan minyak atsiri
- Kang Deden sedang menjelaskan teknik pengolahan awal lahan sebelum ditanami nilam
- Mas Syauqi sedang menjelaskan jenis-jenis kualitas biji pala sebagai bahan baku di penyulingan minyak pala

Sunday, October 26, 2008

TRAINING PENGEMBANGAN BISNIS PERKEBUNAN DAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI

TRAINING PENGEMBANGAN BISNIS PERKEBUNAN
DAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI
(GELOMBANG I)

(STUDI KASUS LAPANGAN : budidaya nilam – organik,
Penyulingan minyak nilam dan
penyulingan minyak pala – skala kecil/ekonomis)


BROSUR TRAINING LENGKAP: KLIK DISINI lalu klik icon FREE USER dan klik icon DOWNLOAD.

SASARAN TRAINING
1. Calon pensiunan pegawai yang ingin terjun ke bisnis minyak atsiri.
2. Sarjana yang ingin berwirausaha di bidang minyak atsiri.
3. Staf divisi pengembangan masyarakat (community development) suatu perusahaan untuk menambah wawasan pengembangan potensi daerah dan pemberdayaan masyarakat di lingkungan perusahaannya
4. PNS Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Pertanian/Perkebunan dan Perindustrian yang memiliki program pengembangan minyak atsiri di daerahnya
5. Pebisnis agroindustri yang ingin terjun ke bisnis penyulingan minyak atsiri

6. Pegawai swasta yang ingin mengembangkan potensi minyak atsiri daerahnya menjadi bisnis yang menguntungkan
7. Staf LSM yang konsen pada bidang pemberdayaan masyarakat pedesaan
8. Masyarakat umum yang berminat mengembangkan bisnis minyak atsiri

TUJUAN TRAINING
Setelah mengikuti kursus ini, peserta diharapkan untuk :

* Tujuan Umum
1. Memahami langkah-langkah yang harus ditempuh untuk membangun bisnis penyulingan minyak atsiri.
2. Memahami kendala-kendala yang sering terjadi dalam bisnis penyulingan minyak atsiri.
3. Siap secara teknis untuk menekuni bisnis perkebunan dan penyulingan minyak atsiri.

* Tujuan Khusus
1. Mengetahui jenis-jenis minyak atsiri dan potensinya di Indonesia
2. Mengetahui sistem penyediaan bahan baku minyak atsiri
3. Mengetahui cara memproduksi minyak atsiri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
4. Mengetahui standar kualitas produk minyak atsiri yang diterima pasar dan cara analisisnya
5. Mengetahui cara mendapatkan fasilitas produksi minyak atsiri
6. Mengetahui bagaimana cara memasarkan minyak atsiri skala kecil dan besar
7. Mengetahui teknik budidaya tanaman nilam organik dengan baik, mulai dari pengolahan lahan hingga pemanenan dan perawatan pasca panen
8. Mengetahui cara membuat studi kelayakan ekonomi dan proposal bisnis pengembangan minyak atsiri

KEGIATAN PESERTA
Hari 1 : Peserta menyimak materi di kelas & diskusi interaktif

Hari 2 : Peserta melakukan kunjungan ke pabrik penyulingan minyak nilam(dan pala) dan lokasi budidaya tanaman nilam di Kab. Subang – Jawa Barat. Melihat dengan nyata proses produksi minyak atsiri di lapangan. Selain dipandu oleh instruktur juga dipandu oleh pemilik penyulingan.


WAKTU DAN TEMPAT
Sabtu-Minggu (1-2 November 2008)
Pukul : 08.30 – 16.00
Hari 1 : Grand Hotel Lembang – Lembang, Kab. Bandung Barat, Jawa Barat
Jl. Raya Lembang 272, Lembang
Hari 2 : Perkebunan dan Penyulingan Nilam di Desa Cipancar, Kec.
Serangpanjang, Kab. Subang, Jawa Barat

BIAYA TRAINING
Rp 1.300.000,-
Termasuk : makan siang 2 hari, coffee break 2 hari, materi pelatihan, transportasi menuju lokasi perkebunan/penyulingan, buku "Minyak Atsiri Vol. 1" karangan Ernest Guenther (terjemahan), dan kumpulan artikel untuk minyak nilam.
Tidak termasuk : akomodasi selama training dan transportasi ke Lembang

SILABUS TRAINING

INFORMASI DAN REGISTRASI
Informasi dan registrasi, hubungi :
Rijal (0856-24931119) atau (o22-92187803)
email : training_atsiri@yahoo.com



ORGANIZER
PT. Pavettia Atsiri Indonesia dan
CV. Cipta Selaras

BERKEBUN DAN MENYULING NILAM DI KOTA.... MUNGKINKAH??

Mungkinkah...........???


Pada awalnya aku menduga bahwa tidak mungkin melakukan penyulingan sekaligus berkebun nilam di wilayah perkotaan meskipun untuk skala rumah tangga. Karena usaha ini memang lekat dengan nuansa pedesaan dan dalam proses produksinya menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Namun dugaan tersebut ternyata salah besar.


Di sela-sela kegiatan sebagai pendamping pada “Pelatihan Pendampingan Standarisasi Proses Penyulingan Minyak Atsiri” di Garut oleh Disperindag Jabar tempo hari, aku berkesempatan untuk berkunjung ke Kota Tasikmalaya atas ajakan seorang penyuling sekaligus pekebun (Kita sebut saja, Pak X atau Bapak ini). [Mohon maaf lokasi tepatnya dan nama penyuling tersebut tidak aku sebutkan mengingat belum meminta izin yang bersangkutan untuk mencantumkan identitas dalam tulisan ini dan dipublikasi di internet via blog “essential oil corner”]. Perjalanan dari Garut menuju Kota Tasikmalaya via Singaparna kami tempuh kurang dari 2 jam. Tiba di Kota Tasik, mentari baru saja tertelan bumi di ufuk Barat. Sebelumnya aku tak percaya meskipun kawanku itu mengatakan bahwa penyulingannya berada di dalam kota dan di sebuah kompleks perumahan bahkan sekaligus kebunnya.


Pak X bahkan dengan rendah hati berujar kepadaku pada perjalanan ke Tasik,”Pak Ferry, terus terang saja alat suling saya cuma terbuat dari drum. Nanti kalau lihat ke sana jangan diolok-olok, ya. Saya minder kalau melihat gambar-gambar alat suling yang tadi Pak Ferry perlihatkan.” Beliau memang menyimak presentasiku di depan forum dan memang ditunjukkan gambar-gambar alat penyulingan sistem uap dengan boiler dan terbuat dari stainless steel. Termasuk juga ketel penyulingan minyak pala kami di Ciawi-Bogor.

Setelah tiba di rumah kawan tersebut, kami diajaknya ke pekarangan belakangan rumah dan ternyata memang sudah berdiri sebuah penyulingan minyak nilam sederhana sistem kukus (tapi fungsional) dengan kapasitas sekitar 70-80 kg daun nilam per proses. Ketelnya terbuat dari drum besar yang dirancangnya sendiri dengan berbagai macam ujicoba. Kayu digunakan sebagai bahan bakar dengan penjepit tutup ketel seperti kaleng krupuk. Yah, cukup sederhana (sesederhana di pemilik penyulingan yang rendah hati) tetapi cukup fungsional dan ekonomis.


Sejak dari tahun 2000 beliau mengusahakan penyulingan di rumahnya, sehingga ketika harga minyak nilam anjlok hingga Rp 120.000,- di tahun 2003 maupun di tahun 2006 beliau sempat merasakan. Pun ketika harga melonjak di atas level Rp 1.000.000,- di akhir th 2007 dan awal 2008 kemarin juga sempat beliau nikmati. Dalam kesahajaannya, setengah berfalsafah beliau bercerita bahwa apapun yang terjadi dan sampai kapanpun akan tetap setia mengusahakan minyak nilam ini meskipun pada skala kecil-kecilan saja. Kecuali apabila minyak nilam sudah tidak laku lagi di pasaran. Saat ini beliau memang sudah membuat satu alat suling yg sama dan akan di-instal di sebuah desa di Kab. Garut.


Minyak nilam yang beliau hasilkan biasanya diambil sendiri oleh pengepul langganannya. “Biasanya sih pengepulnya telepon dulu, kalau memang ada minyak saya beritahu, tapi kalau tidak ada ya saya terus terang saja bilang tidak ada,” katanya. Di saat yang lain sibuk mencari pasar dengan harga yang lebih baik, bapak ini tetap setia dengan pengepul langganannya dan tidak mau ambil pusing apalagi mengeluh dengan huru-hara fluktuasi harga minyak. Sebab pada harga minyak nilam yang saat ini agak melesu, beliau tentu saja masih bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan. Beliau percaya bahwa pengepul langganannya tidak sedang mempermainkan harga kepadanya.


Begitu pula halnya dengan beberapa petani kecil binaannya yang paling banyak memiliki 1000-2000 pohon saja tetap setia supply bahan baku ke bapak ini. Meskipun di saat era “rebutan” bahan baku nilam beberapa bulan lalu banyak yang menawar daunnya dengan harga yg sangat tinggi, tetapi mereka enggan menjualnya selain ke penyulingan beliau. “Saya memang menerapkan keterbukaan pada mereka dan sering melakukan pendekatan sehingga secara tidak langsung akan tercipta ikatan emosional di antara kita.” Hingga saat ini, Pak X jarang kekurangan bahan baku selain karena memang kapasitas penyulingannya tidak besar dan memiliki kebun inti sendiri di sekitar rumah dengan luas sekitar 1 ha dan beberapa petani kecil binaan yang letaknya agak jauh dari rumah.


Ada tenaga kerja yang biasa menyuling nilam, tetapi terkadang beliau sendiri yang menyuling sambil bersantai di saung kecil di samping penyulingan dengan kursi/meja yang tertata rapi. Memang sengaja dibuat untuk menikmati suasana saat menyuling nilam sambil sesekali melihat ke dalam tungku pembakaran apakah kayunya sudah habis dan apakah apinya masih stabil atau tidak.


Setelah puas melihat-lihat penyulingan di rumahnya, kami diajaknya ke kebun nilam meskipun saat itu hari telah malam. Jaraknya hanya sekitar 200 m dari rumah. Dalam keremangan malam, aku masih sempat melihat pohon-pohon nilam yang siap panen. Ketika ditanya mengapa tidak dipanen saja, beliau menjawab sambil tertawa di sela-sela pematang kebun nilam, “Ini buat cadangan saja, kalau supply dari petani-petani binaan saya sudah agak menipis.” Kebun nilam yang Pak X kelola sendiri di sekitar rumah tersebar di 3 titik dengan luas sekitar 1 ha. Jika dilihat dari struktur daun dan batangnya, bisa dipastikan rendemennya cukup baik di atas 2,5%. Hal ini juga sempat beliau utarakan bahwa ketika menyuling 50 kg daun nilam diperoleh 1,4 kg minyak. Kadang-kadang menyuling 70 kg daun nilam dihasilkan 1,8 kg. Pak X mengaku bahwa dalam sebulan rata-rata menghasilkan minyak nilam sekitar 70 kg. Dengan harga minyak 2-3 bulan lalu sekitar Rp 600.000,- sudah dapat dihitung berapa omset Bapak ini per bulan. Sangat besar untuk industri kecil skala rumah tangga yang notabene beliau katakan dengan logat Sundanya yang kental,” Ah, ini mah cuma iseng-iseng saja di rumah, Pak Ferry”.


Banyak hikmah yang bisa aku petik dari kesahajaan dan kesederhaan Bapak ini. Setiba kembali di Garut dengan kendaraan milik beliau (yang disupiri partnerku selama ini, Mr. Syauqi) sekitar jam 11 malam, aku masih termenung dan menghayati setiap kata yang diutarakan Pak X ini. Hanya sesungging kalimat terucap, “CUKUP INSPIRATIF. SO INSPIRING!!”. Tidak grusa-grusu, santai, tidak terlalu ngoyo, dll. SLOW BUT SURE!! Atau ALON-ALON WATON KLAKON!!


Mudah-mudahan sharing tulisan ini bisa juga menginspirasi rekan-rekan pembaca yang mencoba berbisnis minyak atsiri untuk memulainya dari skala kecil terlebih dahulu sambil mempelajari lika-liku bisnis ini yang memang penuh intrik dan strategi. Dimulai dari 1 ha atau 2 ha kebun sendiri dan membina petani-petani kecil di sekitarnya, dengan penyulingan kapasitas 70 kg sudah cukup untuk menghasilkan omset seperti yang sudah Pak X lakukan selama ini. Fluktuasi harga dalam minyak atsiri (terutama nilam) sudah menjadi hal yang biasa. Yang penting adalah ketekunan, setia, kepercayaan, optimis dengan apa yang dilakukan, tidak terlalu nafsu/serakah, serta yang paling penting adalah tidak ikut-ikutan pada trend harga minyak atsiri tertentu. Ingat lho, mengelola bisnis perkebunan atsiri 1 ha dengan 5 ha permasalahannya akan berbeda, begitu pula untuk pengembangan luasan lagi hingga 20 ha, 50 ha atau 100 ha. Semakin luas, tentu kompleksitas permasalahannya semakin menggila. Oleh sebab itu, mulailah dari yang dirasa dapat terjangkau dahulu.

Friday, October 24, 2008

PENDAMPINGAN STANDARISASI PROSES PENYULINGAN MINYAK ATSIRI

Kegiatan: Pelatihan Pendampingan Standarisasi Proses Penyulingan Minyak Atsiri

Penyelenggara: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prop. Jawa Barat

Tempat: Hotel Augusta – Garut, Jawa Barat

Waktu: 22-27 Oktober 2008

Peserta: 30 orang perwakilan penyuling aneka jenis minyak atsiri di Propinsi Jawa Barat (Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kab. Sumedang, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan, Kab. Bogor, Kab. Bandung, dan Kab. Subang), meliputi minyak akar wangi, minyak nilam, minyak pala, minyak lajagoah (lengkuas hutan), minyak jahe, dan minyak cengkeh.


Wednesday, September 24, 2008

Pertanyaan Paling Sering Diajukan Seputar NILAM

Jenis tanaman nilam apa yang bagus untuk disuling?

Jenis nilam yang sering ditanam orang dan kualitasnya baik adalah jenis Tapak Tuan, Sidikalang, dan Lhokseumawe. Masing-masing jenis tersebut juga punya varietas-varietas tersendiri yang sudah dikembangkan oleh balai-balai penelitian Departemen Pertanian RI.

Bagaimana cara mendapatkan bibit nilam?

Bibit nilam dapat diperoleh di sentra-sentra perkebunan nilam. Banyak petani nilam yang juga berperan sebagai penangkar bibit. Baik sudah dalam bentuk polybag berumur 1 – 2 bulan dan bisa langsung ditanam di lapangan. Atau dalam bentuk stek-stek batang yang perlu dilakukan penyemaian terlebih dahulu dalam polybag sebelum ditanam di lapangan. Jika pembelian bibit dilakukan antar pulau, maka sebaiknya membeli bibit dalam bentuk stek batang untuk menghemat biaya transportasi dan kemungkinan bibit mati karena stress dalam lamanya perjalanan ke lokasi. Baru setelah tiba di lokasi, dilakukan penyemaian sendiri. Pastikan bahwa bibit stek batang tersebut sudah diberi hormon agar kesegaran stek batang tersebut bisa dipertahankan paling tidak selama 1 minggu dan memiliki 2-3 buku-buku sebagai calon percabangan.

Berapa harga bibit nilam?

Harga bibit nilam bervariasi tergantung penjualnya. Untuk bibit dalam polybag berumur 1-2 bulan, rentangnya Rp 400,- s/d Rp 700,- per polybag. Sedangkan bibit stek batang, rentangnya Rp 100,- s/d Rp 200,- per batang,

Umur berapa tanaman nilam dapat dipanen?

Nilam dapat dipanen setelah 6 bulan sejak masa tanam, termasuk umur bibit dalam polybag saat dipindahkan ke lapangan. Setelah itu, jika sistem budidaya paska panen baik maka tanaman nilam dapat dipanen 3 bulan kemudian dan begitu seterusnya hingga 7 – 9 kali panen. Setelah itu tanaman nilam perlu diremajakan kembali. Tetapi jika dipelihara seadanya, maka baru 3 kali panen produktivitas tanamannya akan jauh merosot.

Berapa banyak hasil panen tanaman nilam per hektar?

Variasi jumlah ini tergantung pada banyak faktor diantaranya adalah populasi tanaman per hektar, teknik budidaya, asal bibit, kondisi agroklimat lokasi perkebunan. Dengan sistem budidaya yang baik, maka per tanaman dapat menghasilkan rata-rata sekitar 1 – 3 kg terna basah. Bahkan terkadang ada pula yang mencapai 5 kg ternah basah/pohon. Populasi tanaman antara 15000 – 20000 pohon per hektar.

Berapa kg bahan basah yang dibutuhkan untuk mendapatkan 1 kg bahan kering?

Rata-rata adalah 5 kg. Tetapi ini juga tergantung rasio antara batang dan daun serta besar kecilnya batang. Jika jumlah batang banyak dan besar maka penyusutan bisa sekitar 4 kali, sedangkan jika batangnya sedikit dan kecil maka penyusutan bisa mencapai 6 kali. Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari selama 1 hari yang dilanjutnya dengan pelayuan (kering angin) sekitar 3-4 hari.

Berapa harga bahan baku nilam jika membeli dari luar?

Harga bahan baku bervariasi tergantung lokasi dan negosiasi dengan penjual. Bahkan terkadang juga melibatkan perantara atau makelar bahan baku. Harga saat ini (di Jawa Barat) untuk bahan basah sekitar Rp 1000,- s/d Rp 1500,-. Sedangkan bahan kering antara Rp 5.500,- s/d Rp 7.500,-. Di daerah Jawa Tengah, harga bahan baku ini lebih mahal daripada di Jawa Barat mengingat tingkat persaingan untuk mendapatkan bahan baku juga cukup ketat.

Berapa jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk memperoleh 1 kg minyak nilam?

Ini juga bervariasi dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Untuk di Jawa Barat memang tidak setinggi nilam di Sumatra, khususnya Sumatra Utara atau Aceh. Rentangnya sekitar 40 kg s/d 80 kg bahan kering untuk menghasilkan 1 kg minyak nilam. Atau setara dengan rendemen 1,2% s.d 2,5%. Jika bahan baku berasal dari dataran tinggi, maka rendemen minyak nilam bisa sangat kecil. Dengan teknik berkebun yang baik serta kondisi agroklimat mendukung, maka rendemen 2% - 2,5% di Jawa Barat sudah cukup baik.

Bagaimana cara mengolah daun nilam menjadi minyak nilam?

Menggunakan teknik penyulingan atau distilasi. Untuk minyak nilam bisa digunakan penyulingan sistem kukus (tanpa boiler) atau penyulingan sistem uap (dengan boiler). Untuk sistem pertama, investasinya lebih rendah karena tidak membutuhkan boiler, tetapi masih bisa menghasilkan minyak nilam dengan kualitas yang diterima oleh pasar. Alat penyulingan dapat terbuat dari besi biasa atau stainless steel. Jika disuling dengan ketel stainless steel, minyaknya berwarna cokelat kehitaman samapi hitam pekat. Tetapi hal ini juga tidak terlalu berpengaruh terhadap pasar dan harga jual.

Minyak nilam yang bagaimana yang masuk standar kualitas perdagangan?

Jika menyesuaikan dengan SNI, maka ada berbagai parameter yang ditetapkan sebagai standar kualitas seperti specific gravity (berat jenis), indeks bias, kelarutan dalam alkohol 90%, bilangan asam, bilangan ester, kadar minyak keruing/balsam gurjun oil, kadar minyak pelikan, kadar minyak terpentin. Hal ini memerlukan teknik analisis yang kompleks dan mahal. Tetapi jika perdagangan di level penyuling rakyat, biasanya digunakan teknik-teknik yang lebih sederhana. Kadar PA (Patchouly Alcohol) adalah faktor penting dalam kualitas minyak nilam. Adakalanya faktor aroma untuk cukup menentukan. Secara sederhana, nilai meterlak di bawah 40 (setara dengan kadar PA sekitar 29%) masih dapat diterima pasar dengan baik. Semakin rendah nilai meterlak, kadar PA nya makin tinggi.

Bagaimana cara menentukan kualitas minyak nilam?

Teknik sederhana yang digunakan sebagai pendekatan kualitas di tingkat level perdagangan bawah menggunakan meterlak/alkoholmeter dan kelarutan dalam alkohol 90%. Harga alat ini 1 paket cukup murah antara Rp 150.000,- s/d Rp 250.000,-. Dapat diperoleh di toko-toko kimia atau toko-toko yang menjual alat laboratorium terdekat. Katakan saja, beli alkoholmeter dengan 2 skala R dan T (skalanya 0 – 100). Baca kembali ulasan saya mengenai meterlak/alkoholmeter dalam blog ini.

Berapa harga minyak nilam per kg?

Harga minyak nilam juga bervariasi meskipun antara pembeli satu dengan yang lainnya tidak terlalu mencolok perbedaannya dari sisi harga. Di Sumatra, khususnya Sumatra bagian utara harganya lebih mahal daripada di Jawa. Saat ini harga minyak nilam di tingkat pengumpul antara Rp 550.000,- s/d Rp 610.000,- per kg (di Jawa). Harga minyak nilam biasanya tidak bertahan lama di satu titik. Meskipun pada satu siklus tertentu, harga cenderung konstan untuk beberapa bulan.

Apa fungsi dan aplikasi dari minyak nilam?

Pada komposisi parfum dikenal 3 komposisi utama, yaitu base note, middle note, dan top note. Minyak nilam banyak digunakan di bidang parfumery, yaitu sebagai base note. Dengan kata lain, base note berfungsi untuk mempertahankan wewangian utama yang mudah menguap (top note) sehingga bau parfum menjadi tahan lama. Istilah, minyak nilam berfungsi sebagai zat fiksatif atau zat pengikat komponen-komponen lain yang mudah menguap. Parfum-parfum yang mahal biasanya memiliki aroma yang tahan lama karena kehadiran minyak nilam ini (minyak nilam yang tentu saja sudah diproses lanjut (refinery) menjadi siap pakai).

Bagaimana cara memasarkan minyak nilam?

Untuk skala penjualan kecil, misalnya di bawah 50 kg, bisa dijual ke pengumpul-pengumpul lokal yang “berkeliaran” di sentra-sentra penyulingan nilam. Bisa juga dijual ke agen-agen eksportir (pengumpul besar) di daerah-daerah tertentu. Jika skala penjualan besar, misalnya di atas 200 kg, maka bisa saja langsung dipasarkan melalui eksportir-eksportir yang ada kota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya, Surabaya, Medan, Semarang, Padang, dll. Skala penjualan lebih besar lagi, silakan untuk melakukan ekspor sendiri jika sudah memiliki pasar sendiri di luar negeri.

Bagaimana cara mengemas minyak nilam?

Pengemasan yang paling baik menggunakan botol kaca gelap dan tertutup atau menggunakan tangki stainless tertutup. Tetapi jika akan dijual secepatnya ke pengumpul-pengumpul, cukup dikemas menggunakan derigen HDPE tertutup, toh nanti oleh pengumpul akan dipindahkan juga ke tangki-tangki kemasan mereka.

Mengapa sering terjadi fluktuasi harga minyak nilam?

Yang jelas, inilah mekanisme pasar yang biasa terjadi untuk jenis produk-produk komoditas seperti minyak nilam. Hukum supply and demand berlaku di sini. Secara pribadi, saya selalu berfikir positif dan tidak ada tendensi untuk menganggap bahwa ini adalah permainan harga dari eksportir atau pedagang-pedagang besar. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa ada 1 – 2 oknum pedagang atau pengumpul yang memanfaatkan ketidaktahuan penyuling akan perkembangan harga untuk kepentingan memperoleh laba sebesar-besarnya. Setiap mata rantai pada bisnis minyak atsiri di Indonesia ini, mulai dari petani hingga eksportir semuanya memiliki kontribusi, peranan, dan kemanfaatannya masing-masing untuk membuat dunia minyak atsiri Indonesia menjadi lebih dinamis. Jika sorang produsen minyak nilam merasa bisa untuk melakukan penjualan langsung sendiri ke luar negeri (eskpor) atau ke end user dengan segala macam bentuk konsekuensinya, ya silakan saja melakukan hal itu. Tetapi jika kita belum memiliki kemampuan dan infrastruktur untuk itu, pastinya kita membutuhkan jasa-jasa pedagang perantara bukan? Dan atas jasa dan perannya itu, tentu saja mereka juga layak mendapat porsi tertentu. Saya berharap, semua pihak bisa merasa “SAMA-SAMA SENANG” atau “LO HAPPY, GW JUGA HAPPY” dengan mengedepankan etika dan nurani dalam berbisnis (waduh, udah kayak Pak Udztad aja...hehe) serta kurangi kecurigaan dari masing-masing mata rantai.

Tetap semangat!! Pikiran-pikiran yang negatif, misalnya “GW YANG SUSAH-SUSAH, TAPI KOK LO YANG LEBIH BANYAK NIKMATI HASILNYA” atau “DASAR PEDAGANG! MAUNYA UNTUNG GEDE MELULU”, justru akan melemahkan motivasi kita. Tetaplah berkarya dengan pikiran-pikiran positif sambil tak henti-hentinya berupaya mencari jalan dan strategi jitu untuk membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik dan berkembang.