Banyak kalangan penyuling “terhantui” oleh pikiran high tech saat berkutat pada wacana peningkatan kadar PA pada minyak nilam hasil sulingannya. Orang (mungkin) berfikir tentang teknik redistilasi, refinery, atau bahkan fraksionasi vakum untuk keperluan tersebut yang notabene harus melakukan kegiatan investasi yang cukup lumayan.
Sebelumnya mari kita samakan persepsi dulu berkaitan dengan peningkatan kadar PA ini. Peningkatan kadar PA yang saya maksudkan di atas bukanlah untuk menghasilkan minyak nilam dengan PA ekstra tinggi, misalnya di atas 50-60%, 80%, atau bahkan mendekati PA murni (98%). Karena minyak nilam dengan kadar PA demikian tentulah memiliki segmen pasar yang sangat khusus dan agak sulit terjangkau bagi para penyuling di level “crude oil”. Sebagai penyuling crude oil (menurut saya) kita bisa tinggalkan sejenak wacana tersebut jika pasarnyapun masih tidak jelas. Jadi, kegiatan peningkatan kadar PA yang saya maksud di atas adalah sampai dengan batas kualitas rata-rata/standar (di atas 30 atau 31%) mengingat karena beberapa faktor banyak juga penyuling yang hasil produksinya hanya memiliki kualitas di bawah rata-rata (kadar PA 26-28). Kalau kadar PA-nya sudah standar, untuk apa kita susah-susah meningkatkannya lagi. Apalagi kalau ternyata peningkatan harganya juga tidak terlalu signifikan. Dalam konteks ini, saya lebih berfikiran pragmatis.
Kadar PA yang rendah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Waktu penyulingan yang kurang lama. Kadar PA tertinggi dihasilkan di saat-saat akhir proses penyulingan. Apabila waktu penyulingan 8 jam, maka mulai jam ke-6 s/d jam ke-8 akan dihasilkan minyak dengan kadar PA di atas rata-rata. Saya pernah membuktikannya dengan memisah-misahkan hasil penyulingan berdasarkan jam operasi (jam ke-1 s/d jam ke-8) lalu dianalisis kadar PA-nya masing-masing. Hasilnya, semakin lama waktu operasi terjadi peningkatan kadar PA yang signifikan. Hanya saja jumlah minyak yang dihasilkan dari jam ke-6 s/d jam ke-8 jauh lebih sedikit daripada jam ke-1 s/d jam ke-5.
2. Laju alir uap yang sedikit atau tidak sebanding dengan jumlah bahan baku yang disuling. Hal ini juga menyebabkan rendemen minyak rendah serta waktu penyulingan lebih lama. Jumlah uap yang sedikit menyebabkan campuran uap dan minyak terlalu cepat jenuh dan lebih banyak berisi fraksi ringannya, padahal PA merupakan fraksi berat.
3. Rasio daun:batang. Makin tinggi rasio daun:batang, maka bisa dipastikan kadar PA-nya semakin turun. Kadar PA tertinggi terletak pada batang meskipun apabila rasio daun:batang makin kecil maka rendemen minyaknya akan turun mengingat kadar PA di batang tidak sebanyak pada daun. Kalau hanya daun saja yang disuling, rendemen minyaknya dapat mencapai 5-6% tetap kadar PA-nya akan turun tajam. Sedangkan pada batang, rendemen minyaknya hanya 0.5-0.7% tetapi dihasilkan minyak dengan kadar PA di atas 40%, bahkan bisa juga mencapai di atas 50%.
4. Lokasi budidaya. Penanaman nilam di bawah naungan/teduhan menghasilkan kadar PA yang berbeda dibandingkan dengan di lahan terbuka dan tersinari matahari secara utuh. Penanaman di dataran tinggi dengan di dataran rendah juga menunjukkan hasil minyak dengan kadar PA yang berbeda. Menanam nilam di Pulau Jawa (meskipun dengan bibit asal Sumatra Utara/Aceh dan perawatan yang baik), kadar PA minyak hasil sulingannya tidak setinggi apabila ditanam di daerah Sumatra Utara/Aceh yang ditanam di lereng-lereng perbukitan dengan perawatan minim.
Konsep sederhana yang saya maksud dari judul tulisan di atas mengacu pada poin ke-3 di atas. Artinya, apabila minyak nilam hasil produksi anda rendah (di bawah rata-rata) maka sulinglah batang-batang nilam atau hasil cabutan pohon nilam yang sudah tidak produktif. Hasil minyaknya yang notabene memiliki PA tinggi di-blending dengan hasil sulingan yang memiliki kadar PA rendah. Batang atau pangkal pohon nilam memang memiliki rendemen yang sangat rendah. Sebagian besar penyuling hanya memotong-motong batang nilam kering sebelum disuling dengan ukuran beragam (5-15 cm). Salah seorang rekan saya (kebetulan juga customer saya) mencoba menyuling batang/pangkal batang nilam kering yang sebelumnya sudah dihancurkan hingga menyerupai serbuk gergaji. Hasilnya cukup positif, rendemen minyaknya meningkat dari 0.6-0.7% menjadi 1-1.2%. Untuk keperluan ini tentu dibutuhkan mesin penghancurnya.
Apabila anda memiliki 100 kg minyak nilam dengan kadar PA 27%, berapakah jumlah minyak nilam PA tinggi yang dibutuhkan untuk pencampuran agar kadar PA-nya menjadi standar (misalnya 30%)?
Rumusnya sederhana saja:
P = (X1 * (W1/W1+W2))+(X2 * (W2/W1+W2))
dengan,
P = kadar PA yang diinginkan setelah pencampuran - diketahui
X1 = kadar PA minyak nilam yang rendah - diketahui
W1 = jumlah minyak nilam PA rendah yang dicampurkan - diketahui
X2 = kadar PA minyak nilam yang tinggi (dari batang) - diketahui
W2 = jumlah minyak nilam PA tinggi yang dicampurkan – dicari jawabnya
Sebelumnya mari kita samakan persepsi dulu berkaitan dengan peningkatan kadar PA ini. Peningkatan kadar PA yang saya maksudkan di atas bukanlah untuk menghasilkan minyak nilam dengan PA ekstra tinggi, misalnya di atas 50-60%, 80%, atau bahkan mendekati PA murni (98%). Karena minyak nilam dengan kadar PA demikian tentulah memiliki segmen pasar yang sangat khusus dan agak sulit terjangkau bagi para penyuling di level “crude oil”. Sebagai penyuling crude oil (menurut saya) kita bisa tinggalkan sejenak wacana tersebut jika pasarnyapun masih tidak jelas. Jadi, kegiatan peningkatan kadar PA yang saya maksud di atas adalah sampai dengan batas kualitas rata-rata/standar (di atas 30 atau 31%) mengingat karena beberapa faktor banyak juga penyuling yang hasil produksinya hanya memiliki kualitas di bawah rata-rata (kadar PA 26-28). Kalau kadar PA-nya sudah standar, untuk apa kita susah-susah meningkatkannya lagi. Apalagi kalau ternyata peningkatan harganya juga tidak terlalu signifikan. Dalam konteks ini, saya lebih berfikiran pragmatis.
Kadar PA yang rendah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Waktu penyulingan yang kurang lama. Kadar PA tertinggi dihasilkan di saat-saat akhir proses penyulingan. Apabila waktu penyulingan 8 jam, maka mulai jam ke-6 s/d jam ke-8 akan dihasilkan minyak dengan kadar PA di atas rata-rata. Saya pernah membuktikannya dengan memisah-misahkan hasil penyulingan berdasarkan jam operasi (jam ke-1 s/d jam ke-8) lalu dianalisis kadar PA-nya masing-masing. Hasilnya, semakin lama waktu operasi terjadi peningkatan kadar PA yang signifikan. Hanya saja jumlah minyak yang dihasilkan dari jam ke-6 s/d jam ke-8 jauh lebih sedikit daripada jam ke-1 s/d jam ke-5.
2. Laju alir uap yang sedikit atau tidak sebanding dengan jumlah bahan baku yang disuling. Hal ini juga menyebabkan rendemen minyak rendah serta waktu penyulingan lebih lama. Jumlah uap yang sedikit menyebabkan campuran uap dan minyak terlalu cepat jenuh dan lebih banyak berisi fraksi ringannya, padahal PA merupakan fraksi berat.
3. Rasio daun:batang. Makin tinggi rasio daun:batang, maka bisa dipastikan kadar PA-nya semakin turun. Kadar PA tertinggi terletak pada batang meskipun apabila rasio daun:batang makin kecil maka rendemen minyaknya akan turun mengingat kadar PA di batang tidak sebanyak pada daun. Kalau hanya daun saja yang disuling, rendemen minyaknya dapat mencapai 5-6% tetap kadar PA-nya akan turun tajam. Sedangkan pada batang, rendemen minyaknya hanya 0.5-0.7% tetapi dihasilkan minyak dengan kadar PA di atas 40%, bahkan bisa juga mencapai di atas 50%.
4. Lokasi budidaya. Penanaman nilam di bawah naungan/teduhan menghasilkan kadar PA yang berbeda dibandingkan dengan di lahan terbuka dan tersinari matahari secara utuh. Penanaman di dataran tinggi dengan di dataran rendah juga menunjukkan hasil minyak dengan kadar PA yang berbeda. Menanam nilam di Pulau Jawa (meskipun dengan bibit asal Sumatra Utara/Aceh dan perawatan yang baik), kadar PA minyak hasil sulingannya tidak setinggi apabila ditanam di daerah Sumatra Utara/Aceh yang ditanam di lereng-lereng perbukitan dengan perawatan minim.
Konsep sederhana yang saya maksud dari judul tulisan di atas mengacu pada poin ke-3 di atas. Artinya, apabila minyak nilam hasil produksi anda rendah (di bawah rata-rata) maka sulinglah batang-batang nilam atau hasil cabutan pohon nilam yang sudah tidak produktif. Hasil minyaknya yang notabene memiliki PA tinggi di-blending dengan hasil sulingan yang memiliki kadar PA rendah. Batang atau pangkal pohon nilam memang memiliki rendemen yang sangat rendah. Sebagian besar penyuling hanya memotong-motong batang nilam kering sebelum disuling dengan ukuran beragam (5-15 cm). Salah seorang rekan saya (kebetulan juga customer saya) mencoba menyuling batang/pangkal batang nilam kering yang sebelumnya sudah dihancurkan hingga menyerupai serbuk gergaji. Hasilnya cukup positif, rendemen minyaknya meningkat dari 0.6-0.7% menjadi 1-1.2%. Untuk keperluan ini tentu dibutuhkan mesin penghancurnya.
Apabila anda memiliki 100 kg minyak nilam dengan kadar PA 27%, berapakah jumlah minyak nilam PA tinggi yang dibutuhkan untuk pencampuran agar kadar PA-nya menjadi standar (misalnya 30%)?
Rumusnya sederhana saja:
P = (X1 * (W1/W1+W2))+(X2 * (W2/W1+W2))
dengan,
P = kadar PA yang diinginkan setelah pencampuran - diketahui
X1 = kadar PA minyak nilam yang rendah - diketahui
W1 = jumlah minyak nilam PA rendah yang dicampurkan - diketahui
X2 = kadar PA minyak nilam yang tinggi (dari batang) - diketahui
W2 = jumlah minyak nilam PA tinggi yang dicampurkan – dicari jawabnya
Thank's for sharing, bos. Saya akan terapkan konsep yang njenengan berikan
ReplyDeleteSuwun
Suwandi
UD. Gunung Gede
Ngrayun Ponorogo
koq gak bisa di baca mas ?
ReplyDeleteapakah ada konspiracy agar tulisan ini tidak bisa di baca ????
ReplyDeletemohon dipublikasikan mas ,agar masyarakat bisa maju dan tidak dikuasai oleh segelintir exsportir
Ini bisa dibaca dengan jelas dan terang, kok. Kalau tidak bisa dibaca, untuk apa juga hanya judulnya saja yg ditampilkan di blog ini. Tidak ada konspirasi sama sekali....
ReplyDeleteTerimakasih atas tulisannya Mas! Tulisan Mas Fery cukup jelas untuk menjawab permasalahan yang kami hadapi tentang penyebab kadar p.a nilam rendah. Tetapi ada satu lagi Mas yang belum jelas.Apakah tanaman nilam berusia muda dipanen(kurang dari 6 bulan) juga menyebabkan kadar p.a rendah? Atau apa lagi pengaruhnya terhadap minyak?
ReplyDeleteTerima kasih atas apresiasinya. Mengenai tanaman nilam yg muda (kurang dr 6 bln), saya baru bisa mengambil pertimbangan dr komposisi batang dan daunnya. Usia nilam nilam yg msh muda kalau dipanen maka jumlah daunnya lbh banyak sdgkan batangnya lbh sedikit. Mengacu pd tulisan sy di atas (poin 3), tentunya kdar PA mjd lbh sedikit.
ReplyDeletePertimbangan yg lainnya, terutama dr aspek fisiologi tanamannya, mohon maaf saya blm bs menganalisis lbh lanjut...:) Blm sampe ilmunya..hehe
alhamdulillah tulisan mas feri dapat menjadi pencerahan dalam penulisan skripsi saya. trus ada hal lain yg ingin saya tanyakan, klw waktu panen (pagi, siang, sore)apa jg dpt mempengaruhi rendemen dan kadar pa minyak nilam?
ReplyDeleteterimaksih
To anonymous : biasanya yg dipanen pagi atau sore PA nya lbh tinggi. Karena disinyalir pada siangnya PA "lari" ke bawah...hehe. Kalau mau membuktikan secara ilmiah, silakan diteliti, nanti hasilnya dishare ke blog ini.
ReplyDelete