Supaya tidak kepanjangan, tulisan ini akan saya pisahkan
menjadi 2 bagian.
Sebelumnya saya ingin menjelaskan terminologi “palsu” dalam
konteks minyak atsiri. Ada beberapa kondisi dimana minyak atsiri bisa disebut
palsu, diantaranya adalah :
1.
Fragrance oil (termasuk di dalamnya essence dan
flavor), palsu karena fragrance oil hanyalah kamuflase dari aroma minyak atsiri
atau dapat dikatakan sebagai minyak atsiri artifisial. Fragrance oil hanya
berkontribusi terhadap aroma, tetapi TIDAK pada sifat-sifat theurapetic dari
minyak atsiri yang murni.
2.
Dillution oil, palsu karena minyak atsiri yang
murni telah diencerkan baik itu menggunakan pelarut (ethanol, ether, isopropil
alkohol, dll) maupun carrier oil. Carrier oil ini biasanya berupa minyak-minyak
nabati seperti minyak kelapa (coconut), minyak sawit (palm), minyak zaitun
(olive), minyak wijen (sesame), minyak kemiri (kukui nut), minyak jarak
(castor), dan lain sebagainya yang kalau saya sebutkan satu-persatu barangkali
bisa puluhan jenis.
3.
Palsu karena adanya penambahan minyak atsiri
lain pada suatu minyak atsiri yang memiliki karakteristik “mirip” (biasanya
karena kadar komponen utama penyusunnya sama) namun harganya jauh lebih murah.
4.
Palsu karena adanya penambahan komponen utama
suatu minyak atsiri dengan komponen lain yang sama, tetapi komponen tersebut
diperoleh dari hasil sintesis (bingung gak ya kalimatnya...hehe).
Mari kita elaborasi satu-persatu kondisi palsu di atas.
FRAGRANCE OIL
Saya kira yang paling banyak terjadi dan masyarakat awam
belum memahaminya secara benar adalah perbedaan antara fragrance oil dan
essential oil (minyak atsiri). Fragrance oil, kadang disebut juga aromatic oil
atau perfume oil, diciptakan untuk
memberikan aroma yang sama seperti aroma minyak atsiri (ataupun ekspresi aroma
lainnya). Caranya dengan mencampurkan (blending) berbagai macam komponen kimia
aromatis (baik sintesis atau natural), termasuk di dalamnya ada juga minyak
atsiri sehingga dihasilkan suatu aroma yang diinginkan. Tentunya yang bisa
melakukan ini adalah seorang perfumer yang sudah berpengalaman atau dari
perusahaan flavor and fragrance yang kompeten di bidangnya. Fragrance dibuat
memang untuk keperluan penciptaan aroma, misalnya aroma melati (jasmine), aroma
mawar (rose), aroma kamboja (frangipani), aroma champaka/magnolia (cempaka),
aroma sedap malam (tuberose), aroma lily, aroma lotus, aroma violet, dll.
Tidak ada yang salah dengan fragrance, yang TIDAK ETIS
adalah memperdagangkan fragrance oil tetapi dengan LABEL essential oil, sehingga
membuat customer merasa “tertipu”. Jenis-jenis essential oil di atas (terutama
yang berasal dari bunga-bungaan) adalah jenis minyak atsiri yang harganya cukup
fantastis sampai puluhan juta per kg nya. (Mengapa mahal? Nanti akan dibahas
pada tulisan-tulisan berikutnya). Sehingga apabila di pasaran didapatkan produk
yang harganya begitu rendah, tentulah patut dicurigai bahwa produk tersebut
bukanlah essential oil tetapi fragrance oil. Kan tidak mungkin minyak mawar (misalnya,
Bulgarian rose absolute) yang harganya lebih dari 70jt/kg, tetapi di pasaran
dijual per 10 ml cuma Rp 50.000,- atau Rp 200.000,-. Atau bahwa ada pula yang
lebih rendah dari itu.
Berikut ini saya sampaikan contoh formulasi untuk
menghasilkan jasmine fragrance (aroma melati). Benzyl acetate (50%),
1-p-menthen-8-ol (10%), methyl-2-aminobenzoate (5%), 4-(2,5,6,6-tetramethyl-2-cyclohexen-1-yl)-3-buten-2-one
(5%) [fiuuhhh....ini senyawa panjang amat...], 3-methylbutyl o-hydroxybenzoate
(5%), a-cinnamaldehyde (5%), cananga oil (5%), petitgrain oil (5%), styrax
(5%), musk xylene (3%), eugenol (2%). Apabila komponen-komponen di atas
dicampurkan/diblend, maka akan dihasilkan aroma melati. (Kalau nggak percaya,
silakan dicoba....hehe. Meskipun pasti
bingung beli komponen-komponen penyusunnya itu di lapak mana).
Sedangkan jasmine absolute (pada tulisan ini saya asumsikan
absolute=essential oil, meskipun ada perbedaan terutama dari sisi metode
isolasinya) berdasarkan analisis GC-MS, mengandung komponen-komponen sebagai
berikut; benzyl acetate(65%), linalool (15%), benzyl alcohol (5%), indole
(2,5%), benzyl benzoate (3%), cis-jasmone (3%), geranoil (1%), mentyl
anthranilate (0,5%), dan yang lainnya dalam jumlah kecil seperti p-cresol,
farnesol, cis-3-hexenyl benzoate.
Kita lihat di atas bahwa antara fragrance oil dan essential
oil terdapat kandungan komponen utama yang sama, yaitu benzyl acetate. Senyawa
inilah yang berkontribusi besar terhadap aroma melati yang selama ini kita
kenal. Tetapi perlu diketahui bahwa senyawa benzyl acetate dapat diperoleh
secara sintesis kimiawi sehingga biaya produksinya jauh lebih murah. Ester benzyl
acetate dapat dibuat dengan cara mereaksikan benzyl alcohol dengan acetic acid
(asam asetat). Kedua senyawa reaktan tersebut masih merupakan produk turunan
minyak bumi. Hal yang sama kurang lebih juga terjadi pada berbagai jenis
fragrance oil.
Menggunakan fragrance untuk berbagai keperluan juga tidak
salah karena ini tergantung pada tujuan dari si pembuat atau si formulator
suatu produk. Fragrance oil digunakan untuk memperkuat aroma dari suatu produk.
Misalnya, membuat sabun atau produk perawatan kulit (skincare) dengan aroma
mawar atau melati. Jika menggunakan essential oil (absolute) pasti harganya
akan sangat mahal sehingga digunakanlah fragrance oil. Tetapi sabun atau produk-produk skincare yang
menggunakan aroma dari fragrance oil tidak layak untuk disebut “natural soap/skincare”.
Atau bisa juga membuat perfume dari fragrance oil.
Kalau kita bicara pada tataran aromatherapy, tentunya
penggunaan fragrance oil menjadi sesuatu yang tidak bermanfaat. Namanya juga “therapy”,
sudah pasti akan memunculkan efek penyembuhan (healing) pada penggunaannya. Dari
essential oil murni inilah dengan kompleksitas komponen-komponen di dalamnya
yang saling bersinergi untuk memberikan efek penyembuhan. Dan karakter ini tidak
didapatkan dari fragrance oil alias kita hanya mendapatkan aromanya saja, TANPA
unsur therapy di dalamnya.
Ada kenyataan lain pula yang sebenarnya perlu kita
informasikan dan pertimbangkan. Ada yang memperdagangkan essential oil dari
buah-buahan seperti strawberry, melon, anggur, durian, pisang, dll. Perlu untuk
diketahui bahwa buah-buah tersebut TIDAK BISA diambil minyak atsirinya karena
memang TIDAK ADA. Yang memicu aroma buah tersebut adalah komponen-komponen
ester. Sehingga dapat dipastikan produk tersebut bukanlah essential oil, tetapi
hanyalah flavor atau essence belaka. Secara artifisial, aroma-aroma buah-buahan
tersebut bisa disintesis secara kimiawi dari berbagai senyawa kimia. Kurang
lebih sama seperti penjelasan mengenai fragrance oil sintesis di atas.
Ada juga jenis-jenis bahan alam aromatis lain yang tidak
mengandung minyak atsiri, tetapi yang dieksploitasi adalah ekstraknya.
Contohnya adalah green tea, kopi, cocoa, vanilla (?). Sehingga apabila
ditawarkan produk berupa green tea ESSENTIAL OIL, menurut pandangan saya produk
tersebut adalah salah satu diantara essence, flavor, atau hanya ekstrak (ekstrak
biasanya berbentuk serbuk atau cairan kental/viscous liquid). Oleh sebab itu, TIDAK
termasuk kategori essential oil.
Lalu, bagaimana membedakan mana yang essential oil murni,
fragrance oil, atau essence/flavor?
(BERSAMBUNG ke Bagian 2)
No comments:
Post a Comment
Silakan memberikan komentar untuk tulisan ini.......