Beberapa hari yang lalu ketika saya mampir di sebuah rumah
makan padang untuk bersantap siang, tiba-tiba saja terbersit sebuah ide untuk
menulis di blog ini. Apa pasal? Yang pasti saya tidak akan membahas resep
masakan padang atau mengelaborasi kenikmatan di baliknya. Ini blog tentang
essential oil, sehingga yang dibahas pastinya juga tentang essential oil.
Begini, saat tangan ini berjibaku bersama nasi rendang
dengan kecepatan tinggi (maklum saking laparnya dan tidak afdol rasanya
menikmati hidangan masakan padang tapi kecepatan makannya rendah alias santai)
tiba-tiba saja saya merasakan/menjamah sesuatu benda yang harum dan berbentuk
bintang. Saya segera menyadari bahwa bumbu masakan ini menggunakan salah satu
rempah yang dinamakan adas bintang. Nama lain dari adas bintang ini banyak,
diantaranya adalah bunga pekak, bunga lawang, dan dalam Bahasa Inggris disebut
star anise. Harumnya seperti minyak telon yang sering digunakan untuk meluluri
tubuh bayi.
Biang keladi dari aroma sweet dan spicy ini adalah senyawa trans-anetol
yang terkandung di dalam minyak atsirinya. Minyak atsiri ini dihasilkan dengan
cara penyulingan/distilasi uap dari rempah kering ini. Kandungan anetol dari
minyak adas bintang ini sekitar 85-90%. Dalam perdagangan minyak atsiri, minyak
ini disebut star-aniseed oil. Produsen
terbesar dari minyak atsiri ini adalah Vietnam dan China.
Selain adas bintang (Illicium verum), beberapa jenis minyak
atsiri lainnya juga dikenal sebagai sumber anetol alami. Di Indonesia, minyak
atsiri sumber anetol yang masih diproduksi adalah minyak adas manis (fennel
oil) yang disuling dari biji adas kering (Foeniculum
vulgare Mill. Var. Dulce) dengan kandungan anetol sekitar 75-85%. Di negara
kita, tanaman famili Apiaceae/Umbelliferae ini banyak dibudidayakan di daerah
Boyolali, Jawa Tengah. Di kebun saya (pavettia farm) juga terdapat koleksi
tanaman ini.
Berikutnya adalah anis (aniseed)
dengan nama latin Pimpinella anisum.
Penyulingan dari biji anis akan menghasilkan minyak atsiri yang disebut anise/aniseed oil dengan kadar anetol sekitar
95%. Tanaman yang termasuk dalam famili Apiaceae/Umbelliferae ini banyak
dibudidayakan di Mesir dan negara-negara Mediterania Selatan (terutama Yunani
dan Turki).
Tanaman lainnya yang minyak
atsirinya juga mengandung anetol dalam jumlah signifikan adalah Clausena anisata. Mohon maaf, saya belum
bisa menemukan nama Indonesia untuk jenis tanaman yang termasuk dalam famili
Rutaceae ini. Situs wikipedia mengemukakan bahwa tanaman ini dibudidayakan juga
di Indonesia (quote : It is
cultivated in Malaysia and Indonesia). Tanaman ini sebenarnya asli dari Afrika agian
sub-sahara. Saya sendiri pernah melihat tanaman ini dalam sebuah kunjungan di
kebun percobaan milik Balitro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aromatik) di
Solok – Sumatra Barat maupun di Cimanggu – Bogor. Tetapi untuk lokasi budidaya
(seperti yang disebutkan pada Wikipedia) saya belum pernah menjumpainya (atau
mendapatkan informasinya). Minyak clausena anisata (nama dagang minyak
atsirinya pun belum jelas meskipun dalam beberapa sumber masih dinamakan
sebagai “anise oil” yang dapat menimbulkan kerancuan dengan anise oil yang
dihasilkan dari species Pimpinella anisum)
dapat dihasilkan dari proses penyulingan bagian daunnya. Berdasarkan penelitian
dari Balitro, minyak atsiri ini mengandung 85-92% anetol.
Species lainnya yang juga
mengandung anetol tinggi (90%) adalah Syzygium
anisatum atau
juga disebut aniseed myrtle (tidak/belum ditemukan nama Indonesianya) yang
merupakan tanaman asli Benua Australia. Minyak atsiri dari tanaman famili
Myrtaceae ini dihasilkan dari proses penyulingan bagian daunnya.
Ada juga beberapa jenis minyak
atsiri lain sebagai sumber anetol alami tetapi kadarnya tidak sebesar kelima
jenis minyak atsiri yang telah saya sebutkan di atas diantaranya adalah sweet
basil oil, champhor oil, licorice oil, dan magnolia oil.
Minyak atsiri dengan kandungan
anetol tinggi ini sering diaplikasikan sebagai salah satu campuran minyak
telon. Menurut Bahasa Jawa, telon (telu) artinya “tiga” sehingga minyak telon
dapat diartikan sebagai campuran tiga jenis minyak yaitu minyak adas (fennel)
atau minyak-minyak atsiri lain yang mengandung anetol yang tinggi, minyak kayu
putih (cajeput), dan minyak kelapa (coconut oil). Yang ketiga ini bukan
kategori minyak atsiri, tetapi minyak nabati yang fungsinya pada minyak telon
sebagai “carrier oil” atau minyak pembawa. Nah, produsen-produsen minyak telon
kemasan (pabrikan) tinggal memilih mana dari jenis-jenis minyak atsiri berbasis
anetol di atas yang harganya paling murah dan tersedia dalam jumlah yang cukup
untuk mengakomodir kebutuhan bahan bakunya. Selain sumber anetol alami di atas,
anetol juga dapat dibuat dari material-material lain secara kimiawi yang
tentunya harganya akan jauh lebih murah daripada jenis-jenis minyak atsiri di
atas.
Demikian, cerita di balik
“nongkrong” di rumah makan Padang :)
No comments:
Post a Comment
Silakan memberikan komentar untuk tulisan ini.......