Sunday, November 07, 2010

Sereh Wangi : Sebuah Sinergi antara LSM, Perum Perhutani, dan masyarakat desa hutan

Pada hari Kamis, 4 November 2010 lalu saya berkesempatan mengunjungi sebuah desa hutan di Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat yang menjadi desa binaan dari Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa berkaitan dengan program “Pengembangan IRT (Industri Rumah Tangga) Minyak Atsiri Berbahan Sereh Wangi Berbasis Komunitas Petani Lahan Kering”. Kami hadir di sana dalam rangka memenuhi undangan pada peresmian pabrik penyulingan minyak sereh wangi sekaligus panen perdana sereh wangi di desa tersebut. Mengapa saya (dan tim dari Subang) harus hadir? Kebetulan CV Pavettia Kurnia Atsiri – Subang dipercaya untuk mengerjakan pembuatan ketel penyulingan daun sereh wangi kapasitas 600 kg bahan baku/batch yang saat ini berdiri pada sebuah lokasi di desa tersebut.



Tujuan dari program pemberdayaan masyarakat yang dirilis oleh MM-Dompet Dhuafa ini cukup mulia, yaitu meningkatkan pendapatan komunitas Petani Lahan Kering (PLK) yang tinggal di daerah perbukitan dan berlahan kering dari usaha alternatif program kemitraan sereh wangi yang memberikan keuntungan secara finansial maupun bagi kelestarian lahan. Dengan aktivitas pendampingan dan pembinaan berkelanjutan dari MM-Dompet Dhuafa ini diharapkan dapat memberikan secercah cahaya bagi masyarakat di sana.

Tahap awal dari program ini adalah penanaman sereh wangi pada lahan kering milik Perum Perhutani seluas sekitar 10 ha. Sereh wangi ditanam sebagai tumpang sari dari pohon jati yang sudah lebih dahulu ditanam oleh perusahaan tersebut. Sebelum adanya program sinergi ini, lahan kering kurang subur di bawah pohon jati masih dibiarkan tanpa tanaman budidaya. Sebelum pohon jati menjadi rimbun yang tentunya membutuhkan waktu yang sangat lama, maka lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk penanaman sereh wangi yang diharapkan dapat memberikan kemanfaatan ekonomi bagi masyarakat desa hutan yang menjadi binaan MM-Dompet Dhuafa.

Sejauh pengamatan kami, sereh wangi tumbuh dengan baik di bawah pohon jati yang belum rimbun sehingga tanaman sereh wangi masih mendapatkan cahaya matahari yang cukup untuk membantu proses pertumbuhannya. Saya mencoba-coba berhitung berapa pendapatan yang akan dihasilkan oleh petani penggarap peserta program ini dari penjualan hasil panen daun sereh wangi. Apabila setiap penggarap diberikan lahan garapan 0.25 ha dengan populasi tanaman sereh sekitar 3000 pohon, maka dengan asumsi bahwa hasil panen sereh sekitar 1 kg/pohon, maka sekali panen akan dihasilkan 3000 kg daun sereh wangi siap suling. Harga daun sereh wangi saat ini berada pada kisaran Rp 350-400/kg sehingga akan diperoleh hasil sebesar Rp 1.050.000,- s/d Rp 1.200.000,-. Sereh wangi dapat dipanen pertama kali setelah usia 6 bulan dan selanjutnya dapat dipanen kembali setiap 2.5-3 bulan sekali selama sekitar 5 tahun (atau bahkan lebih). Dari data-data tersebut dapat dihitung-hitung bahwa setiap bulan petani penggarap akan memperoleh pendapatan tambahan sekitar Rp 400.000,-. Penghasilan ini dapat bertambah apabila seluruh petani penggarap bernaung pada suatu wadah seperti koperasi yang melakukan aktivitas penyulingannya (baca=produksi minyak atsiri) sendiri. Pendirian koperasi inipun dapat menjadi nilai tambah tersendiri bagi masyarakat petani penggarap dalam bentuk Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dibagikan selaku anggota.

Budidaya sereh wangi cukuplah mudah dan tidak memerlukan perhatian yang cukup serius serta dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lahan-lahan kering kurang subur. Pemupukan organik menggunakan pupuk kandang atau kompos cukup dilakukan pada saat penanaman awal, selanjutnya apabila kondisi lahan masih lembab maka tidak perlu dilakukan penyiraman. Bibit sereh wangi yang telah ditanam dapat ditinggal dan ditengok sesekali untuk melihat kondisi pertumbuhannya atau dilakukan penyulaman bibit jika diketahui ada yang tak mampu bertahan hidup. Pemupukan selanjutnya dapat dilakukan setiap tahun sekali. Oleh sebab itu, kegiatan budidaya sereh wangi ini tidaklah menyita waktu petani penggarap lahan, sehingga yang bersangkutan masih bisa melakukan kegiatan utamanya atau kegiatan yang menjadi penunjang ekonomi utama. Artinya, budidaya sereh wangi dengan pemanfaatan lahan Perum Perhutani ini hanyalah bersifat sampingan untuk menambah pendapatan mereka.

Perum Perhutani memiliki ribuan ha lahan dengan tipikal seperti di atas, yaitu lahan yang baru ditanam oleh jenis tanaman keras (kayu-kayuan) sehingga masih dapat terjangkau oleh cahaya matahari dengan cukup. Perum Perhutani juga memiliki ribuan ha tanaman kayu putih dimana tanaman ini memang sengaja tidak dibuat rimbun dan sering dipangkas untuk keperluan kemudahan panen daun kayu putih. Lahan-lahan kosong di sela-sela tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk budidaya sereh wangi oleh petani penggarap yang notabene adalah masyarakat desa hutan di sekitarnya. Tentunya kegiatan pemberdayaan masyarakat desa hutan ini membutuhkan sinergitas antara Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang konsen pada kegiatan pemberdayaan masyarakat desa, Perum Perhutani sebagai pemilik lahan, serta anggota masyarakat maupun perangkat desa hutan. Dengan potensi-potensi yang ada, maka kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti ini bukanlah hal mustahil untuk dilakukan.

CV Pavettia Kurnia Atsiri sebagai perusahaan berbasis pada spesialisasi minyak atsiri siap membantu dan mendukung kegiatan ini sesuai dengan pengalaman dan kompetensi yang dimiliki. Kami siap mendukung mulai dari pengadaan bibit unggul sereh wangi, pelatihan/training budidaya sereh wangi dengan sistem magang, perlengkapan/infrastruktur produksi minyak sereh dengan teknik penyulingan, hingga siap bekerjasama dalam hal pemasaran produk minyak sereh wangi yang dihasilkan.


Sunday, October 24, 2010

AROMATHERAPY IS ABOUT BODY, MIND AND SOUL

Dear Atsiriers, aku dapat sumbangan tulisan dari temanku dan mantan muridku...hehehe yang kebetulan bergerak di bidang spa & aromaterapi. Semoga berguna dan menambah wawasan buat teman2 semua.

AROMATHERAPY IS ABOUT BODY, MIND AND SOUL

Setelah sekian kali memberikan training tentang SPA dan Aromatherapy, semakin banyak kegundahan yang saya rasakan, ketika saya menemui kenyataan tentang betapa jauhnya AROMATHERAPY telah bergeser.

Menyambung tulisan saya sebelumnya mengenai 'Makna Aromatherapy', maka kali ini saya bermaksud melengkapinya dengan konsep meyeluruh mengenai Aromatherapy, yang saya harapkan dapat meluruskan kembali pemahaman mengenai salah satu bentuk Holistic Healing warisan nenek moyang kita ini.

Aromatherapy sesungguhnya mencakup 3 faktor yang saling terkait, yakni tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa (soul). Karena itu sebuah bentuk treatment atau pun produk yang mengatasnamakan Aromatherapy haruslah mampu memberikan efek terapik nyata yang mencakup 3 hal di atas. Bukan hanya sekedar bicara mengenai faktor tubuh (body) sebagaimana yang selama ini berkembang. Dan yang perlu digarisbawahi lagi adalah bahwa Aromatherapy bukan melulu soal 'beauty' atau kecantikan saja. Tapi lebih dari itu, Aromatherapy merupakan bentuk 'healing' atau proses penyembuhan,

Nah, sekarang marilah kita kupas sedikit mengenai 3 hal di atas agar kita menjadi selangkah lebih dekat dengan Aromatherapy...

AROMATHERAPY IS ABOUT BODY

Sebagai mana telah saya paparkan pada tulisan sebelumnya bahwa Aromatherapy adalah suatu bentuk therapy dengan menggunakan minyak-minyak 'aromatis' atau essential oil atau dalam bahasa Indonesia-nya adalah minyak atsiri. Secara farmakologis, essential oil memiliki khasiat nyata dalam perawatan dan penyembuhan tubuh kita dari berbagai gangguan kesehatan. Sehingga dengan berpijak pada kesehatan yang alami tersebut, maka kecantikan alami pun akan terpancar. Salah satu contoh penggunaan Aromatherapy untuk perawatan tubuh adalah penggunaan minyak Kayu Putih untuk mengobati sakit perut. Siapa yang dapat menyangkal khasiat nyata dari minyak Kayu Putih? Sudah jamak diketahui utamanya oleh masyarakat Indonesia bahwa jenis essential oil yang satu ini selalu dijadikan rujukan jika mengalami gangguan kesehatan ringan di area perut dan pernafasan kita. Hanya dengan dioleskan pada bagian yang mengalami gangguan kesehatan tersebut, maka efeknya akan langsung terasa dan sakit pun berkurang bahkan dengan segera menjadi sembuh. Nah, inilah yang dimaksud dengan Aromatherapy berkhasiat nyata bagi tubuh. Atau contoh lain adalah penggunaan Cironella oil dalam minyak tawon sebagai obat luka. Lihatlah betapa cepat luka itu mengering. Hal itu dikarenakan Citronella oil memiliki kemampuan untuk membekukan darah dan regenerasi sel kulit dengan cepat. Bahkan dalam sebuah produk SPA, Citronella oil dicampurkan ke dalam body scrub. Mengingat secara farmakologi Citronella juga bersifat antiseptik, sehingga krim scrub tersebut bukan hanya berfungsi mengangkat sel kulit mati, tetapi juga membunuh bakteri-bakteri yang ada di kulit.

AROMATHERAPY IS ABOUT MIND

Selain berkhasiat nyata bagi kesehatan dan kecantikan tubuh, essential oil juga berpengaruh terhadap pikiran (mind). Ketika seseorang mengalami ketegangan pikiran yang menimbulkan sakit kepala, essential oil seperti Fennel (adas) yang menenangkan, akan dapat mengendurkan urat-urat syaraf. Kehangatannya yang lembut akan membantu melemaskan otot dan melancarkan peredaran darah. Aromanya pun ketika terhirup oleh hidung kita dan ditangkap oleh reseptor-reseptor dalam liang hidung, akan diteruskan ke otak untuk kemudian syaraf-syarafnya memberikan respon sesuai dengan perintah otak. Dan peregangan syaraf pun akan terasa.

AROMATHERAPY IS ABOUT SOUL

Kestabilan jiwa (spirit) kita dipengaruhi oleh faktor psikis. Jika karena tekanan keadaan tertentu sebagai konsekwensi dari kehidupan ini telah membawa seseorang pada kondisi psikis yang labil, maka hal itu sangat perlu diwaspadai dan dilakukan penanganan sedini mungkin. Sebagai contoh adalah kehidupan karir di kota-kota besar. Percepatan perkembangan peradaban secara tidak langsung telah memaksa para profesional kita untuk mengerahkan segala kemampuan baik fisik mau pun pikiran. Yang pada gilirannya akan mengakibatkan kelelahan yang sangat, bahkan sampai pada taraf depresi. Dan ini sebuah fakta real. Sebagai bukti adalah pengalaman saya selama sekian tahun menekuni bisnis Aromatherapy ini. Sebagian besar customer kami berada pada usia produktif antara umur 25 sampai 40 tahun. Dan sebagian besar dari mereka mencari Aromatherapy demi ketenangan jiwa sebagai penyembuh dari kegelisahan jiwa mereka akibat tuntutan peradaban... Dan di sinilah essential oil akan sangat berperan. Minyak-minyak tertentu seperti Rose oil dan Ylang ylang akan membawa nuansa jiwa para penikmat Aromatherapy kepada keadaan gelombang alpha yang menenangkan bahkan menidurkan.

Nah, dari pemaparan singkat di atas, maka dapat kita tangkap sebuah gambaran mengenai fungsi terapik dari essential oil yang disebut sebagai Aromatherapy. Jadi suatu produk dapat dikatakan sebagai Aromatherapy jika mengandung essential oil sebagai zat aktif yang berkhasiat nyata dalam memberikan efek terapik bagi tubuh (BODY), pikiran (MIND) dan jiwa (SOUL) secara keseluruhan. Jika hanya sekedar wangi saja yang dapat memperngaruhi mood (soul) seseorang tetapi tidak berkhasiat secara fisik (body) dan pikiran (mind), maka belum bisa dikatakan sebagai Aromatherapy.

Aromatherapy is not just about the aroma. But, Aromatherapy is about Body, Mind and Soul.....


Gresik, 23 Oktober 2010
Salam,
-Miedha Aromatherapy-
Owner of CV. Essotic Indonesia
Owner of Helby Aromatherapy product
Owner of Helby SPA, Aromatherapy and Holistic Treatment Course

Thursday, August 19, 2010

KONFERENSI NASIONAL MINYAK ATSIRI 2010

Pada tanggal 20-21 Oktober 2010, di Hotel Grand Pasundan-Bandung akan diselenggarakan kegiatan "Konferensi Nasional Minyak Atsiri 2010" yang diselenggarakan oleh Dewan Atsiri Indonesia (DAI) dan Departemen Pertanian-RI.

Adapun rangkaian kegiatan dari konferensi ini adalah :

1. Seminar Nasional-Pleno
I. Kebijakan dan Trend Bisnis Minyak Atsiri, dengan pembicara utama:
a. Kebijakan Pengembangan Budidaya Tanaman Atsiri - Kementrian Pertanian RI
b. Arah Pengembangan Industri Hilir Minyak Atsiri - Kementrian Perindustrian RI
c. Peluang Pemakaian Minyak Atsiri Baru Indonesia sebagai Bahan Perisa dan Pewangi - AFFI (Asosiasi Flavor and Fragrance Indonesia).
d. Pengembangan Industri Minyak Atsiri Berbasis Tanaman Hutan - Kementrian Kehutanan RI

II. Sistem Produksi Minyak Atsiri Ramah Lingkungan, dengan pembicara utama:
a. Sistem Budidaya Minyak Atsiri Ramah Lingkungan - Balitro
b. Produksi Bersih pada Pengolahan Minyak Atsiri - IPB
c. Kelembagaan Agroindustri Minyak Atsiri yang Adil dan Berkelanjutan - DAI
d. Indikasi Geografis: Melindungi dan Membangun Keunggulan Komparatif Minyak Atsiri Indonesia.

2. Workshop "Sukses Berbisnis Minyak Atsiri"
a. Mengenal Produk Unggulan Minyak Atsiri Indonesia
b. Analisis Potensi dan Prospek Pasar Minyak Atsiri Indonesia
c. Teknologi Proses dan Mutu Produk Minyak Atsiri
d. Tantangan, Kendalan, dan Alternatif Solusi dalam Berbisnis Minyak Atsiri

3. Diseminasi hasil-hasil penelitian tentang minyak atsiri - Seminar Pararel
Mempresentasikan 12 paper/hasil kajian/hasil penelitian para peneliti, akademisi, dan praktisi minyak atsiri Indonesia dari berbagai institusi di tanah air.

4. Fieldtrip (kunjungan lapangan)
a. Kebun percobaan Balitro di Manoko-Lembang
b. Penyulingan CV. Pavettia Kurnia Atsiri di Serangpanjang-Subang.


Informasi lebih lanjut, hubungi:
Dewan Atsiri Indonesia.
email: dai.atsiri@gmail.com atau dai@atsiri-indonesia.com
telp: 0251-8624582
atau download leaflet-nya pada menu DOWNLOAD di samping ini.

Monday, August 16, 2010

UNIKNYA GAHARU.....

Catatan:
Dear pencinta minyak atsiri. Kali ini ada sumbangan tulisan mengenai GAHARU/AGARWOOD dari rekan saya Bapak Muhammad Taftazani atau juga biasa dipanggil Pak Abu Yusya. Apabila ada teman-teman pembaca yang tertarik dengan gaharu dan minyak atsirinya, silakan langsung menghubungi yang bersangkutan via email abu_yusya@yahoo.com.



Di tulisan awal di milist lalu saya menulis sedikit tentang minyak gaharu, karena ada permintaan dari kang Ferry untuk melengkapi informasinya kemudian saya membuat tulisan ini. Semoga bermanfaat.

Sebenarnya gaharu itu apa sih? Gaharu adalah nama generik tanaman penghasil getah atau resin gaharu.

Gaharu terjadi akibat serangan terhadap tanaman penghasil getah gaharu sehingga tanaman tersebut mengeluarkan getah dan minyak atsiri sebagai tindakan balasan atas serangan yang masuk ke dalam tubuh tanaman, singkat kata ia merupakan antibodi tanaman. Seiring waktu getah tersebut menyelusup ke serat kayu sehingga lama-lama mengeras seperti damar. Pada akhirnya tanaman penghasil gaharu akan mati dari sinilah gaharu berasal.

Sejarah gaharu di dunia di mulai dari India adapun secara kesejarahan di Indonesia gaharu diperdagangkan sejak berabad lalu di Sumatra dan Kalimantan. Nama Gaharu diperkirakan dari kata Aguru yang berarti kayu yang berat dalam bahasa Sanskrta, disebut juga sebagai Wen Xing dalam bahasa China, Oudh atau Oud ( bermakna literal kayu), Disebut juga sebagai Jinkoo dalam bahasa Jepang yang bermakna dupa yang tenggelam ( dari Jin ; Shizumu= Tenggelam, Koo; Kaori= Harum/ Wewangian). Dari keragaman sebutan ini menunjukkan bahwa gaharu memiliki tempat di hati banyak bangsa di banyak negara. Bahkan salah satu harta pusaka kekaisaran Jepang adalah Kyinam ( Kayu Gaharu Vietnam) berusia lebih dari 500 tahun.

Seperti yang telah saya jelaskan di tulisan awal secara umum dalam perdagangan Gaharu dibagi menjadi 2 jenis yakni gaharu dan gaharu buaya. Gaharu berasal dari genus Aquilaria dan genus Grynops , adapun gaharu buaya ada banyak jenisnya seperti Aetoxylon spp, Gonystilus Spp, Enkleia Spp, Wikstroemia spp, Dalbergia spp, Excoeccaria Agalocha atau biasa dikenal sebagai buta-buta atau dalam bahasa Inggrisnya disebut blind your eye. Kenapa dibedakan antara gaharu dan gaharu buaya? karena nilai keekonomiannya. Gaharu dapat mencapai jutaan hingga belasan sampai puluhan juta rupiah per kilogram tergantung kualitas dan asal kayunya. Adapun gaharu buaya diperdagangkan pada ribuan hingga ratusan ribu rupiah saja per Kilogramnya. Perbedaan lainnya gaharu buaya juga biasa ditemukan di daerah berawa dimana buaya biasa ditemukan maka dari kebiasaaan ini disebutlah gaharu buaya. Gaharu buaya biasanya lebih hitam dan lebih padat dibandingkan gaharu asli. Pada bau pun keduanya berbeda gaharu buaya memiliki rasa sengir pada saat dia dibakar sehingga kurang enak seperti bau hio yang biasa kita jumpai di kuil atau kelenteng. Adapun gaharu jika dibakar dia memiliki aroma kekayuan, manis, dan jamu dan bau yang tidak bisa dijelaskan.

Dari segi klasifikasi gaharu dibagi menjadi 14 grade yang antar grade satu dengan lainnya kadang sangat tipis perbedaannya sehingga membingungkan bagi yang pertama ingin masuk ke dunia gaharu. Secara umum grading dibagi atas beberapa aspek, pertama bau karena dari bau ini kita bisa tentukan keaslian gaharu atau bukan, kedua warna karena semakin gelap warna gaharu maka semakin tinggi kandungan damar wanginya, Ketiga ketebalan jika di berkisar antara 1-2 mm maka disebut tipis, 2 mm - 2 cm disebut sedang, 2 cm ke atas disebut tebal, Keempat berat dan kepadatan, aspek ini bisa ditentukan dengan cara menimbang dan merasakan maksudnya ditimbang dengan alat dan dirasakan dengan tangan bisa dengan cara dilempar ke lantai atau permukaan meja jika terdengar bunyi seperti benda padat jatuh maka padat bahkan pada potongan yang paling kecil sekalipun sedangkan jika ringan maka bunyi tersebut tidak akan terdengar. Kelima adalah aspek tenggelam atau tidaknya gaharu, kalau gaharu itu tenggelam di air bisa dipastikan kepadatannya( benar-benar tenggelam tidak melayang atau terapung) karena kadang pembeli ada yang meminta yang tenggelam saja.

Karena nilainya yang tinggi dan sulitnya mendapat si emas hitam ini maka banyak kecurangan yang dilakukan. Ada 6 jenis kecurangan yang umum, yaitu pertama adalah menggosok kayu gaharu dengan minyak baik minyak gaharu, singer bahkan isi batu battere sehingga warna gaharu menjadi mengkilap dan hitam, cara mengatasinya mudah pertama biasakan mata anda karena warna asli gaharu tidak akan pernah hitam mengkilat namun seperti gambar yang di atas coklat atau hitam pucat. Kedua, celup kayu itu ke dalam air panas dan lumuri dengan tepung kanji atau tepung terigu biarkan selama 2 jam kalau kayu itu melunturi tangan anda maka bisa dipastikan gosokan sudah keluar, gosok dengan sikat agar bersih dari gosokan namun dalam proses ini ada resiko bau gaharu yang ada dalam minyak atsirinya terikut oleh tepung terigu atau kanji tadi. Ketiga, cium kayunya jika dia berbau apek maka bisa dipastikan kayu sudah mendapat perlakuan.

Bentuk kecurangan kedua adalah menyemprot kayu dengan air atau air garam agar bertambah berat untuk mengatasinya jemur kayunya di terik matahari selama beberapa jam tapi anda akan kehilangan bobot kayu sampai 50%. Bentuk kecurangan ketiga memasak kayu dengan getah gaharu agar naik grade,.Bentuk kecurangan keempat mengelem potongan gaharu dengan alteco dan sejenisnya agar bentuknya nampak bagus. Bentuk kecurangan kelima yaitu memasukkan pemberat baik batang besi, kawat dan sejenisnya ke dalam kayu agar bobot bertambah. Bentuk kecurangan keenam yaitu mengaku gaharu asli padahal gaharu buatan. Gaharu buatan atau biasa disebut Black Magic Wood adalah gaharu yang dibuat dari kayu gaharu kelas bawah kemudian diberi perlakuan dengan memasaknya bersama resin gaharu dengan tekanan tinggi. Cirinya gaharu ini jika dibelah maka distribusi resinnya akan sangat merata berbeda dengan gaharu alam yang distribusi resinnya tidak merata kalaupun merata ini sangat jarang ditemui. Maka tulisan ini juga merupakan himbauan kepada saudara-saudaraku yang masih melakukan hal ini harap berhenti melakukannya karena merugikan diri sendiri dan orang lain.

Setelah berbicara panjang dan lebar soal gaharunya sekarang kita bicara masalah minyaknya, dari sisa pengambilan kayu yang berkualitas tinggi inilah gaharu dibuat minyak. Kayu-kayu yang tidak dapat dijual dalam keadaan apa adanya kemudian di kumpulkan lalu dikeringkan selanjutnya diproses menjadi serbuk dengan disk-mill. Lalu serbuk kayu sebaiknya di rendam dalam air agar sel-sel parenkimnya menjadi lemah dan lunak sehingga mudah ditembus oleh uap air, lama perendaman jangan lebih dari 1 bulan karena akan menimbulkan bau yang tidak menyenangkan pada minyaknya nanti. Cara menyuling gaharu yang baik dan umum dilakukan adalah dengan direbus, kukus, dan uap adapun dengan vacuum dan ekstraksi super kritis juga ada namun minyaknya kurang disukai karena adanya bau off yakni bau kacang pada minyaknya. Minyak gaharu dan gaharu itu sendiri mengandung jinko eramol dan agarospirol, kedua zat ini terutama agaro spirol memiliki efek sedatif atau semacam obat tidur.

Mengapa minyak gaharu itu mahal? karena pertama bahan bakunya yang mahal dan kedua prosesnya yang rumit dan lama. Dari menebang, mencacah, dan mengklasifikasikan kayunya adalah bukan pekerjaan yang mudah. Bayangkan satu pohon utuh dicacah lalu dicari mana yang isi dan mana yang tidak dan dari situ diperoleh - kalau beruntung 2 - 3 kg kayu kelas dari pencacahan dan pengerokan sisanya dibuang atau masuk dapur suling. Bisa dibayangkan betapa ruwetnya proses ini. Belum lagi rendemen gaharu yang rendah antara 0,08% - 5%(angka optimis) bergantung bahan yang dipakai. Memang semakin bagus bahan yang dipakai semakin tinggi harapan kita untuk dapat minyak yang bagus dan jumlah yang lumayan tapi dengan harga bahan yang stratospheric, kata orang bule. Lama penyulingan gaharu dengan sistem kukus tanpa tekanan adalah 2-3 hari dengan rebus 4-5 hari adapun dengan uap bertekanan lamanya kurang lebih 8-12 jam, Masing-masing punya kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Sistem kukus dan rebus memiliki kelebihan, yakni pada kualitas minyak yang bagus dan disenangi pasaran. Kekurangannya adalah pada sedikitnya minyak yang diperoleh serta waktu penyulingan yang lama. Sistem uap bertekanan memiliki kelebihan yakni pada jumlah minyaknya yang lebih banyak namun jika kurang hati-hati minyaknya cenderung hitam dan gosong.

Pada tulisan sebelumnya saya telah membahas mengenai grading minyak gaharu. Kali ini saya akan membahas lebih jauh lagi. Minyak gaharu memiliki keunikan tersendiri karena ia memiliki skema bau seperti halnya parfum jadi dari pabrikan. Dia memiliki bau puncak yaitu bau yang keluar sesaat setelah minyak bersentuhan dengan permukaan benda atau kulit, kemudian bau tengah sekitar 2 - 3 menit setelah kontak , lalu bau dasar 3 menit setelah kontak hingga minyak kering sama sekali. Jika pada prosesnya terjadi gosong maka salah satu dari bau ini akan menjadi korban entah itu bau puncak ataupun bau tengah maupun bau dasar. Tapi yang sering menjadi korban jika gosong adalah pada bau puncak karena dia yang paling pertama keluar dan paling awal terdeteksi. Ciri minyak gaharu gosong adalah dijumpai bau karet atau bau pahit atau kadang bau Cola tapi lebih tajam dari Cola dan memusingkan kepala.

Gaharu kini sudah dapat dibudidayakan dengan teknik yang meniru alam. Di alam gaharu terbentuk pada pohon yang sakit. Dengan inokulasi ini kita juga membuat pohonnya sakit dengan mengintroduksi fungi setelah gaharu mencapai umur 45 tahun dengan ekspektasi panen 3-5 tahun kemudian, semoga tulisan ini bermanfaat. Terimakasih.

Abu Yusya Muhammad Taftazani

Friday, July 30, 2010

The Cinnamons......

Sudah lama rasanya tidak menuliskan sesuatu di blog “Essential Oil Corner” ini untuk dinikmati oleh rekan-rekan penggemar minyak aromatic ini.Di penghujung Bulan Juli ini saya akan berbagi sejengkal pengalaman berkaitan dengan minyak kayu manis (cinnamon bark oil).

Sudah lama saya hendak menulis sesuatu tentang minyak ini tetapi karena pengalaman dan pengetahuan masih sedikit urung untuk dilakukan. Meskipun bukan berarti saat ini telah banyak hal saya ketahui tentang minyak kayu manis, bukankah ada pepatah mengatakan “makin banyak hal yang kita ketahui, semakin banyak pula hal yang tidak kita ketahui”.

Cinnamon, mungkin sebuah kata yang tidak asing bagi kita, baik yang bergelut di bidang minyak atsiri dan perisa (flavor) maupun kalangan awam. Mungkin diantara anda pernah merasakan nikmatnya menyeruput kopi beraroma cinnamon di kedai-kedai kopi modern, atau pernah juga mangkal sejenak di sebuah kafe bertajuk Kafe Cinnamon atau Kafe kayu manis di Bandung maupun di kota-kota lainnya. Begitu pula terbuai oleh alunan manis musik dari sebuah grup band beraliran pop-akustik bernama D’Cinnamons.

Banyak rekan tertarik dengan minyak atsiri jenis ini dengan asumsi bahwa bahan baku tersedia cukup melimpah terutama di daerah Sumatra Barat dan Kerinci-Jambi yang seakan sudah menjadi semacam “indikasi geografis” atau sesuatu yang khas dari daerah tersebut yang dapat disetarakan dengan nilam-Aceh, akar wangi-Garut, kenanga-Blitar, massoi-Papua, kayu putih-Buru, lada putih-Bangka, tembakau-Deli, kopi-Toraja, dll. Dalam bentuk rempahnya (quill), kayu manis ini sudah demikian terkenal di mancanegara. Tetapi ironisnya keadaan sebaliknya justru terjadi pada komoditas minyak atsirinya.

Mengapa saya mengatakan banyak yang tertarik? Banyak rekan menghubungi saya dan bertanya-tanya tentang minyak kayu manis dan prospek pemasarannya bahkan analisis keekonomiannya. Saya hanya mengatakan bahwa memasarkan minyak kayu manis tidak semudah jenis minyak atsiri seperti nilam, pala, cengkeh, sereh wangi, dan kenanga serta beberepa jenis minyak atsiri lain yang lebih dahulu populer. Apalagi bagi para pemain baru yang masih harus mengenali lika-liku bisnis ini terlebih dahulu. Selain kendala pemasarannya, juga mengenai keekonomiannya mengingat rendemen minyak kayu manis tidaklah besar dan terkadang tidak imbang dengan harga bahan bakunya. Saya hanya usulkan, silakan bawa bahan bakunya sekitar 20-40 kg ke tempat kami lalu kita suling bersama-sama dengan ketel kecil yang memang kami sediakan untuk percobaan-percobaan. Berikutnya akan kita analisis rendemennya dan silakan mencari pasarnya dahulu berdasarkan sampel yang diperoleh dari penyulingan skala pilot ini.

Dari beberapa kali percobaan penyulingan yang telah kita lakukan bersama, rendemen minyak kayu manis yang dihasilkan bervariasi antara 0.3 - 1.1% (basis bahan baku kering yang dihancurkan terlebih dahulu). Rendemen ini sangat tergantung pada kualitas kulit kayu manisnya. Semakin tebal dan tua usia kayu manis, maka rendemennya semakin tinggi. Sedangkan kulit kayu manis yang berasal dari ranting dan ukuranya tipis memiliki rendemen yang paling rendah. Mengingat berat jenis minyak kayu manis itu mendekati berat jenis air (sedikit lebih berat minyak kayu manis) maka terjadi sedikit kesulitan dalam proses pemisahan antara minyak atsiri dan airnya. Sebagian besar akan melayang-layang di dalam air kondensat/distilat dan sebagian lagi juga turut larut dengan air distilat yang ditandai dengan warna air yang berwarna putih mirip air cucian beras. Oleh sebab itu, penanganan distilat penyulingan minyak kayu manis membutuhkan perhatian yang sangat serius supaya tidak banyak kehilangan minyak atsiri yang turut “lari” bersama kondensat.

Well, yang akan saya bahas pada tulisan ini bukalah proses penyulingannya tetapi yang lebih esensi adalah jenis-jenis minyak kayu manis yang bersifat komersil mengingat dalam ilmu botani tanaman ber-famili Lauraceae dan bergenus Cinnamomum ini memiliki banyak species. Sementara yang disebut sebagai “cinnamon” sebenarnya hanya beberapa saja dan dari yang beberapa ini mempunyai nilai komersial yang berbeda-beda. Secara garis besar, tipe-tipe minyak atsiri jenis Cinnamon terbagi menjadi 3 (atau bahkan 4) yaitu Ceylon Cinnamon/kayu manis Srilanka, Indonesian Cinnamon/Cassia vera/kayu manis Indonesia, China cinnamon/cassia/kayu manis China, dan Vietnam Cinnamon.

Banyak orang yang belum mempelajari betul-betul jenis minyak atsiri kayu manis merasa keliru perihal nilai komersial dari minyak ini. Sumber bahan baku kayu manis di negara kita cukup melimpah terutama di di Sumatra Barat dan Kerinci-Jambi yang telah saya sebutkan di atas, tetapi menurut saya nilai komersialnya minyak atsirinya cukup rendah dibandingkan harga rempahnya apalagi yang berkualitas bagus (tipe AA atau KM). Kalau anda mendapatkan suatu informasi (misalnya dari surfing via internet) yang menyatakan bahkan harga Cinnamon oil di tingkat dunia mencapai harga di atas 200 US$/kg, itu berarti jenis minyak kayu manis Srilanka yang berasal dari species Cinnamomum zeylanicum atau Cinnamomum verum. Species ini berbeda dengan yang kita miliki di daerah-daerah di atas yaitu jenis Cinnamomum burmanii yang pucuk-pucuk daunnya (daun muda) berwarna kemerahan. Sementara kayu manis Srilanka tidaklah demikian. Sementara jenis kayu manis Sri lanka di Indonesia sangat jarang dan belum dibudidayakan secara luas seperti halnya Cinammomum burmanii (Cassia vera). Anda bisa cek perbedaan kedua jenis kayu manis ini melalui googling. Sementara harga minyak kayu manis Burmanii di tingkat lokal pengepul/eksportir yang saya tanyakan hanya pada kisaran 500an ribu rupiah saja. Itupun permintaannya tidak banyak. Ga

mbar di bawah ini merupakan perbedaan dari kedua jenis rempah kayu manis tersebut (diambil dari wikipedia.org). Di mana yang sebelah kiri merupakan kayu manis Srilanka dan sebelah kanan adalah kayu manis Indonesia.

Saya punya pengalaman menarik berkaitan dengan hal ini. Pada suatu kesempatan saya mengunjungi seorang penangkar macam-macam bibit di daerah Purwokerto-Jawa Tengah yang pada akhirnya saya banyak belajar dari beliau tentang ilmu pembibitan serta tentu saja mengenai kayu manis. Secara tidak sengaja di depan rumah beliau saya memperhatikan suatu pohon yang jika saya perhatikan tekstur daunnya mirip dengan kayu manis (Burmanii yang pucuk daunnya berwarna kemerahan) tetapi bentuknya lebih lebar/besar dan tidak dijumpai pucuk-pucuk daun yang kemerahan seperti yang saya ketahui tentang pohon kayu manis sebelumnya. Saya petik daunnya dan saya cium (sudah menjadi kebiasaan saya dimanapun apabila melihat tanaman yang belum pernah saya jumpai selalu saya cium baik daunnya, bunganya, maupun kulit kayunya…hehe), ternyata aromanya memang kayu manis. Di bawah ini merupakan gambar pohon kayu manis burmanii (diambil dari www.tradewindsfruit.com)

Setelah saya bertanya pada beliau perihal tanaman apakah ini yang mirip-mirip dengan kayu manis tapi kok pohonnya tidak sama dengan kayu manis yang biasanya saya lihat. Beliau dengan antusias menerangkan bahwa ini memang jenis kayu manis yang biasa dipakai orang Jawa memasak. Kalau yang pucuk daunnya kemerahan jarang dipakai sebagai bumbu masak oleh orang di sekitarnya. Kayu manis yang pohonnya kemerahan itu biasanya hanya dipakai sebagai tanaman penghias jalan atau hiasan peneduh rumah. Orang Jawa menyebutnya “manis jangan" (“jangan” dalam bahasa Jawa artinya “sayur”). Beliau juga mengatakan kalau dibuat minyak atsiri paling bagus yang jenis ini dan bukan jenis yang berwarna kemerahan. Nah lho…. Sejenak memori di otak saya langsung mengingatkan pada Cinnamomum zeylanicum alias kayu manis Srilanka yang memiliki nilai komersial tinggi dalam hal komoditas minyak atsirinya. Bahkan tidak hanya kulit kayunya (cinnamon bark oil) tetapi juga minyak daunnya (cinnamon leaf oil). Sementara yang saya ketahui minyak daun kayu manis Burmanii belum memiliki nilai komersial saat ini. Setelah saya tanyakan, Bapak itu ternyata juga menjual bibit pohon kayu manis jenis "manis jangan" ini. Mungkin saya akan membelinya beberapa sebagai koleksi pribadi..:)

Saya sempat mengambil photo-photo pohon tersebut. Hanya sayangnya, saya tidak membawa kamera sehingga hanya bisa diphoto melalui handphone. Dan sayangnya pula, memori handphone saya rusak sebelum photo-photo tersebut berpindah ke laptop sehingga hasil jepretan amatiran tersebut tidak bisa di-share di blog ini. Akhirnya untuk memberikan ilustrasi untuk rekan-rekan pembaca “terpaksa” saya mencatutnya dari website lain yaitu Wikipedia.org.

Yah, pada akhirnya saya simpan dalam-dalam informasi dari Bapak tersebut dalam perjalanan pulang kembali ke Subang.

Sesampainya di rumah, rasa penasaran saya tetap muncul. Akhirnya saya melakukan googling dan “manis jangan” yang disebut Bapak itu ternyata adalah jenis Cinnamomum verum. Saya terus saja googling dan menurut informasi dari Wikipedia, Cinnamomum verum merupakan sinonim dari Cinnamomum zeylanicum – si kayu manis Srilanka. Wow, setidaknya menurut Om Wiki bayangan saya tentang hal ini sudah tepat. Lebih lanjut dikatakan oleh Om Wiki bahwa istilah “cinnamon” lebih tepat untuk merepresentasikan kayu manis Srilanka. Sedangkan jenis lainnya seperti C. burmanii (Indonesia), C. cassia atau C. aromaticum (China) dan C. loureiroi (Vietnam) sering juga dipasarkan dengan label “cinnamon”. Cinamon Srilanka inilah yang sering disebut sebagai “true cinnamon” alias cinnamon asli. Tetapi untuk membedakannya saat ini perdagangan rempah-rempah kayu manis dari Indonesia sering menggunakan istilah “Cassia Vera”.

Minyak atsirinya sendiri tentu saja memiliki kualitas dan kandungan komponen yang berbeda-beda meskipun kandungan utamanya tetap Cinnamic aldehyde alias cinnamaldehyde. Kandungan cinammadehyde dari kayu manis Srilanka sekitar 65-76% dan lebih tinggi daripada kayu manis Burmanii dengan kadar sekitar 50%. Daun kayu manis Srilanka mengandung eugenol 65-95%. Hal inilah mungkin yang menyebabkan minyak daun kayu manis ini memiliki nilai komersial karena kandungan eugenolnya setara dengan minyak daun cengkeh atau minyak tangkai cengkeh.