Tuesday, June 24, 2014

Usaha menyuling minyak atsiri kapasitas kecil. Mungkinkah??

“Pak, saya mau tanya harga alat penyulingan minyak atsiri yang kapasitas kecil saja?”

Kapasitas kecil??
Kadang aku agak bingung dengan terminologi ini. Karena pastinya aku membutuhkan banyak penjelasan dari si penanya berkaitan dengan “kapasitas kecil” ini. Dalam jagad minyak atsiri yang terdiri atas beragam komoditi, “kapasitas kecil” adalah hal yang absurb dan penuh dengan relativitas.

“Bahan bakunya apa yang akan disuling?”
“Apakah hanya untuk sekedar coba-coba (baca=percobaan atau penelitian)?”
“Apakah alat ini akan digunakan untuk melakukan kegiatan usaha/komersil?”
“Apakah nanti hasil minyaknya akan dipakai untuk konsumsi sendiri?”
“Jika untuk keperluan komersil, apakah minyak atsirinya akan dijual secara retail?”

Kalau dipikir-pikir, sebagai produsen alat-alat penyulingan aku tidak perlu tahu semuanya itu. Itu adalah urusan yang bersangkutan akan dipakai untuk apa. Langsung saja diberikan spesifikasi dan harga. Yang penting mereka pesan alat, ada order masuk, kerjakan, beres, dan pastinya dapat margin.

Tapi ternyata tidak sesederhana itu. Sebagai seseorang  yang bergelut di bidang minyak atsiri selama 10 tahun ini, ada sebentuk tanggung jawab moral untuk menginformasikan yang sejelas-jelasnya kepada calon konsumen. Apalagi calon konsumen tersebut  adalah pemula atau seseorang yang baru ingin masuk ke dunia usaha minyak atsiri.

Ketika pertanyaan-pertanyaan di atas aku sampaikan kepada si pemesan dan mereka menjawab bahwa alat ini nanti akan digunakan untuk melakukan percobaan/penelitian. Atau mereka membutuhkan aneka jenis minyak-minyak atsiri dalam jumlah yang sedikit untuk keperluan mereka sendiri. Atau mereka ingin memproduksi minyak atsiri sedikit-sedikit untuk dikemas dan dijual secara retail. Ya sudah, case closed. Langsung saja diberikan harga ataupun spesifikasi untuk dipelajari lebih lanjut.

Tetapi jika jawabannya untuk keperluan komersial/usaha, proses tanya jawab akan berlanjut.

Ada beberapa pertimbangan bagi mereka untuk berkata “kapasitas kecil”. Mulai dari budjet yang terbatas tetapi ingin segera memulai berbisnis minyak atsiri, atau ingin dilakukan di sekitar rumah saja sebagai usaha sampingan, atau ingin coba-coba dulu sebelum memperbesar kapasitasnya, atau kemampuan untuk mendapatkan bahan baku. Tentunya semua pertimbangan tersebut adalah sah-sah saja dan dapat dimaklumi.

Bahan bakunya apa??
Bahan baku adalah hal utama yang harus diperhatikan. Setiap jenis minyak atsiri memiliki nilai ekonomi yang berbeda-beda. Kalau sudah bicara ekonomi, tentunya disana kita juga akan bicara masalah harga jual minyak, harga beli bahan baku, serta rendemen minyaknya. Tiga aspek itu yang perlu diketahui, setidaknya sebagai perhitungan awal mendapatkan nilai GPM (Gross Profit Margin) sebelum menghitung analisis keekonomian secara menyeluruh.
Aku akan bandingkan nilai keekonomian dari 4 jenis minyak atsiri yang umum apabila diolah pada kapasitas kecil. Kapasitas kecil yang dimaksud di sini adalah kapasitas olah bahan baku terkecil menurut asumsi aku sendiri.

Pengolahan minyak pala kapasitas 50 kg.
Asumsi = harga bahan baku Rp 100.000,-/kg, harga jual minyak kualitas bagus Rp 1.100.000,-/kg (Juni 2014), dan rendemen 11%.
Dengan asumsi di atas, anda membutuhkan modal pembelian bahan baku = Rp 100.000,- x 50 kg = Rp 5.000.000,-. Dengan rendemen 11%, artinya setiap menyuling 50 kg bahan baku akan diperoleh 5,5 kg minyak pala yang ekivalen dengan nilai Rp Rp 6.050.000,-. Sehingga Margin Keuntungan Kotor nya = Rp 6.050.000,-  -  Rp 5.000.000,-  = Rp 1.050.000,-. Namanya juga keuntungan kotor yang belum dimasukkan biaya-biaya operasional lain seperti tenaga kerja, bahan bakar, transportasi, dan overhead lainnya.

Pengolahan minyak nilam kapasitas 50 kg
Asumsi = harga bahan baku nilam kering rajang Rp 7.000,-/kg, harga minyak nilam Rp 680.000,- (Juni 2014) dengan rendemen 2%.
Dengan cara yang sama di atas, maka akan diperoleh Margin Keuntungan Kotornya sebesar Rp 330.000,-.

Pengolahan minyak sereh wangi kapasitas 50 kg
Asumsi = harga bahan baku daun sereh wangi segar Rp 600/kg, harga minyak sereh wangi Rp 165.000,-/kg (Juni 2014), rendemen 0,7%.
Maka akan diperoleh angka Margin Keuntungan Kotor sebesar Rp 27.750,-

Pengolahan minyak daun cengkeh kapasitas 50 kg
Asumsi = harga bahan baku daun cengkeh kering Rp 1.500/kg, harga minyak daun cengkeh Rp 138.000,-/kg (Juni 2014), rendemen 2%.
Maka akan diperoleh angka Margin Keuntungan Kotor sebesar Rp 63.000,-

Perhatikan angka-angka akhir dari ke-4 komoditi tersebut. Menurut anda, komoditi manakah yang masih layak untuk diusahakan pada skala kecil? Silakan analisis sendiri, ya. Dari data-data dasar tersebut, juga bisa dianalisis berapa kiranya kapasitas minimum penyulingan untuk komoditi tertentu menurut kacamata anda.
Tetapi sekali lagi, angka-angka di atas sangat relatif tergantung pada sejauh mana orang tersebut memandang besaran nilai rupiah.

Petani-petani penggarap lahan nilam di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, atau Bengkulu menggunakan alat suling sederhana menggunakan bahan drum bekas solar atau oli yang dirancang sedemikian rupa sehingga cukup fungsional digunakan untuk menghasilkan minyak nilam. Contoh alat sulingnya adalah seperti gambar di bawah ini.



Dengan kapasitas bahan baku sekitar 25-30 kg, rata-rata setiap menyuling mereka menghasilkan minyak nilam 0.5 – 0.8 kg. Namun perlu diperhatikan bahwa mereka adalah petani yang menanam bahan bakunya sendiri (bersama keluarga), mengolah dengan tenaga sendiri, dan bahan bakarnya kayu yang diperoleh secara cuma-cuma di hutan.
Pun demikian yang dilakukan oleh para petani-penyuling minyak sereh wangi di kawasan Gayo Lues – NAD yang memanfaatkan drum bekas untuk menyuling hasil panen sereh wangi. Setiap menyuling 2-3 jam mereka mendapatkan minyak sereh sekitar 6 – 8 ons.

Di Jawa Barat, ada seorang rekan yang menyuling minyak daun cengkeh hanya di kapasitas 50 kg saja. Dia mengumpulkan sendiri (bersama anggota keluarganya) daun-daun cengkeh gugur di sela-sela waktu luangnya mengurus ladang. Setiap 2 hari, dia menyuling sendiri di malam hari selama 4 jam sebelum tidur (hanya 4 jam karena kapasitas kecil saja). Hasilnya sekitar 1 kg minyak yang dijualnya dengan harga Rp 135.000,- (Juni 2014). Andai dalam sebulan dia melakukan 15 kali penyulingan, artinya dia mendapatkan penghasilan tambahan Rp 2.025.000,- . Dengan ditambah penghasilan lain dari kebunnya sendiri, alhasil UMP DKI Jakarta pun tewas. Padahal poin-poin KHL di desa tidaklah sekompleks di DKI Jakarta :)

Beberapa rekan juga ada yang mencoba menyuling minyak pala atau beberapa jenis minyak atsiri dari bahyan rempah yang harganya relatif mahal. Kapasitas kecil saja sekitar 30 – 100 kg. Setidaknya untuk keperluan ini, saya pernah membuatkan alatnya untuk beberapa konsumen di daerah-daerah penghasil biji pala.



Minyak atsiri retail
Memproduksi minyak atsiri kapasitas kecil untuk kepentingan penjualan retail lebih cukup rasional. Alat suling ini dapat digunakan untuk berbagai jenis minyak atsiri yang masih memungkinkan diperoleh bahan bakunya. Minyak atsiri yang dihasilkan dikemas dengan ukuran misalnya 10 ml, 50 ml, atau 100 ml dan diberi label. Harga minyak atsiri untuk penjualan retail ini memang tidak ada standarnya (atau harga pasarannya). Artinya, harga dapat ditentukan sendiri berdasarkan margin yang ingin diperoleh dan sejauh konsumennya merasa tidak keberatan dengan harga yang ditawarkan.
Bagi pemula, melakukan aktivitas penjualan retail juga bukan hal yang mudah. Membutuhkan pengetahuan pasar yang baik karena pasar minyak atsiri retail sangat spesifik dan tersegmen. Juga diperlukan kesabaran dan keuletan dalam merajut jejaring pasar.  

SELAMAT MEMPERTIMBANGKAN.....

Tuesday, April 08, 2014

Pelatihan Bisnis Minyak Atsiri, Gel 23. Bandung-Subang, 3-4 Mei 2014

Dear peminat minyak atsiri,
Berdasarkan permintaan dari beberapa rekan/kolega yang ingin mempelajari minyak atsiri dari aspek usaha dan kelilmuannya, maka kembali kami selenggarakan "Pelatihan Bisnis Minyak Atsiri" pada tanggal 3-4 Mei 2014. Pelatihan ini akan diselengarakan selama 2 hari di Kota Bandung (Hotel Grand Setiabudi) dan di Subang (fasilitas penyulingan, kebun, dan workshop CV. Pavettia Kurnia Atsiri).

Adapun materi yang akan disampaikan meliputi :
   - Pengantar Wawasan dan Pengetahuan Minyak Atsiri
   - Kendala Usaha Penyulingan Minyak Atsiri
   - Pengantar Wawasan Pemasaran Minyak Atsiri
   - Teknologi Penyulingan Minyak Atsiri dan Teknik Analisis
   - Studi Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Atsiri
   - Kunjungan lapangan ke lokasi penyulingan, kebun, dan workshop pembuatan alat penyulingan

Pelatihan ini sudah kami selenggarakan untuk yang ke-23 kali dimana untuk kali pertama (Gel-1) kami selenggarakan pada tanggal 1-2 November 2008.

Biaya training: Rp 1.750.000,-
Biaya training SUDAH termasuk makan siang 2x, snack, training kit, transportasi Bandung-Subang PP, CD materi pelatihan,
Biaya training TIDAK termasuk akomodasi peserta selama mengikuti training.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Sdr Rijal - 0856-24931119