Saturday, March 29, 2008

JAVA PALMAROSA OIL : Menapak Wangi yang Terlupakan

JAVA PALMAROSA OIL : Menapak Wangi yang Terlupakan

Malam ini di pelosok Ciawi yang sunyi, ditemani secangkir kopi krim, sebatang Surya Pro (sorry ya, bukan promosi..:p), dan deru burner boiler yang menyuplai uap ke ketel suling pala kami (sedang produksi, nih..:) saya iseng membaca buku Ernest Guenther – Mbahnya minyak atsiri – Volume IV (edisi asli Bahasa Inggris). Mmmhhh....sedikit terhenyak!! Apa pasal?

Begini bunyi dua paragraph awal (setelah saya terjemahkan) dalam risalah Minyak Palmarosa Jawa.

"Beberapa tahun menjelang Perang Dunia II, Pulau Jawa sudah melakukan produksi minyak palmarosa dari tanaman Cymbopogon martini Var. Motia yang merupakan palmarosa asli. Awalnya produksi relatif sangat kecil, tapi pada tahun 1937 Pulau Jawa mengekspor 2755 minyak, terutama ke Belanda dan Inggris. Tahun 1938, jumlah ekspor meningkat menjadi 4721 kg.

Minyak palmarosa Jawa disuling dari tanaman yang dibudidayakan. Sebelum Perang Dunia II, di Jawa terdapat 5 buah penyulingan yang semuanya milik orang Eropa dan salah satu yang utama terdapat di Padalarang (dekat Bandung) yang dapat menyuling 1000 – 2000 kg minyak per tahun. Produsen lain dalam jumlah yang lebih kecil terdapat di Mojoagung dekat Surabaya"

[Selanjutnya silakan membaca buku ini baik edisi asli maupun terjemahan oleh Pak Ketaren]

Minyak palmarosa Jawa?? Sekian lama saya mempelajari dan mengamati minyak-minyak atsiri di Indonesia, sejauh wawasan yang saya ketahui bahwa belum satupun saya jumpai sumber terkini yang mengatakan bahwa saat ini Indonesia memproduksi jenis minyak ini, meskipun saya sering dengar ada jenis minyak atsiri palmarosa tetapi tidak diproduksi di Indonesia (atau Pulau Jawa seperti yang diberitakan Guenther). Saya ikuti risalah ini lebih lanjut. Akhirnya...........

"Pada saat buku ini ditulis (1949), sulit untuk diketahui apakah keadaan Pulau Jawa di atas berubah selama penjajahan Jepang setelah Perang Dunia II. Menurut perbincangan tidak resmi dengan Dr. Nijholt di Bogor (Maret 1950), ada kemungkinan minyak palmarosa tidak lagi diproduksi di Pulau Jawa karena kehancuran tanaman akibat perang"

Kutifan di atas merupakan catatan kaki pada risalah minyak palmarosa Jawa. Lebih lanjut dikatakan oleh Guenther bahwa minyak palmarosa Jawa saat itu merupakan minyak yang sangat bermutu dalam perdagangan internasional dan mengalahkan minyak palmarosa India padahal India merupakan negara asal tanaman ini. Hal ini terutama disebabkan oleh tanaman palmarosa Jawa berasal dari perkebunan yang dirawat dengan baik sedangkan di India berasal dari tanaman liar. Minyak palmarosa Jawa juga diolah menggunakan ketel-ketel suling yang lebih modern dari India pada masa itu.

Penasaran, saya akhirnya mencari-cari via google. Bahkan Kang Google yang biasanya serta tahu pun ternyata tidak satupun bisa saya temukan informasi perihal keberadaan produksi minyak palmarosa di Pulau Jawa, dahulu maupun sekarang. Hanya dikatakan bahwa saat ini palmarosa juga tumbuh di Indonesia, Madagaskar, Brazil, dan Pulau Komoro (http://wellseo.com/essential-oils/essential-oil-of-Palmarosa.php?PHPSESSID=ccc500e12b892f2a08c034...). Saat ini minyak palmarosa yang juga dikenal sebagai East Indian Geranium atau Turkish Geranium diproduksi di negara India (bagian Utara dekat Nepal dan Pegunungan Himalaya) dan Pakistan. Komponen-komponen penyusun minyak ini adalah Geraniol (sekitar 80-an%), Citronellol, Farnesol, Citral, Citronellal, Geranyl Acetate, Dipentene and Limonene. Tanaman ini masih satu famili dengan sereh wangi (citronella), sereh dapur (lemongrass), dan akar wangi (vetiver) yang selama ini kita kenal sebagai famili gramineae (rumput-rumputan). Pengen tahu seperti apa tanaman palmarosa itu? Lihat gambar hasil googling di bawah ini.

Dan ternyata pula, minyak ini banyak lho kegunaanya. Minyak palmarosa memiliki efek menenangkan pikiran, meringankan, dan mencerahkan pikiran yang kacau balau dan berantakan. Sehingga digunakan untuk pereda kelelahan saraf dan fisik, masalah-masalah ketegangan (stress) maupun kegelisahan. Minyak ini juga berguna selama proses pemulihan kesehatan setelah sakit (convalescence), menyejukkan tubuh saat demam, membantu sistem pencernaan, membebaskan infeksi usus. Cukup efektif untuk mengurangi sakit pada luka dan keram otot.

Minyak palmarosa melembabkan kulit sehingga menyeimbangkan tingkat hidrasi dan merangsang regenerasi sel. Mengimbangkan produksi sebum untuk menjaga kelembutan dan keluwesan kulit. Cukup penting untuk perawatan jerawat, infeksi kulit, mencegah bekas luka, mempermuda dan menumbuhkan kembali kulit, melawan infeksi minor kulit, sakit pada kaki yang lelah dan kaki atlit.

Karena efek dan kegunaan di atas, maka minyak palmarosa banyak digunakan oleh industri parfumery dan aromatheraphy, sabun mandi dan sampoo, flavour (terutama pada tembakau), fragrance, balsem, minyak pijit, lotion, pengharum ruangan, spa, dll.

Bahkan karena minyak palmarosa beraroma mirip mawar (mungkin karena ada kata rosa-nya – "rose" juga) maka sering digunakan sebagai pencampur atau pemalsu (adulteran) minyak mawar.

Minyak ini kaya akan geraniol, sehingga sering digunakan sebagai sumber geraniol yang merupakan salah satu zat penting dalam dunia perfumery maupun bahan baku pembuatan geranyl-ester yang memiliki sifat wangi mirip mawar yang abadi.

Meskipun mengenai tren pasarnya itu sendiri saya belum ada gambaran. Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah bahwa negara kita ternyata menyimpan kenangan yang teramat manis seputar minyak palmarosa ini, bahkan lebih manis daripada negara asalnya. Apa mungkin buku minyak atsiri sekaliber Ernest Guenther itu mengada-ada...hehehe. Mungkinkah kita dapat memangku kembali kenangan manis tersebut, mengusap-usapnya, dan akhirnya menjelmakan dirinya menjadi sesuatu yang nyata pada saat ini atau saat yang akan datang?

Penasaran pengen lihat tanamannya. Coba ah tanya Balitro, apakah mereka punya koleksi tanaman palmarosa ini juga. Atau........ apa masih ada sedikit tersisa tanaman ini di daerah Padalarang (sebuah kota kecil tetangganya Bandung di sebelah Barat) yang luput dari mesiu-mesiu peperangan? Atau barangkali lucu juga jika dibuat film dokumenter dengan tajuk "Menapak Wangi yang Terlupakan".


Ciawi, 30 Maret 2008 (00.25)

Saturday, March 22, 2008

ENERGI DI IKM MINYAK ATSIRI : Jangan Biarkan Wangimu Memudar

Berita mengenai penarikan minyak tanah bersubsidi di DKI Jakarta yang diharapkan tuntas pada Mei 2008 mendatang sebagai tindak lanjut program konversi minyak tanah ke LPG memang cukup membuat kami (dan mungkin juga sebagian besar masyarakat) sebagai pengguna minyak tanah bersubsidi untuk keperluan penyulingan minyak pala cukup ketar ketir. Apa pasal? Penghilangan minyak tanah bersubsidi ini akan dilaksanakan secara bertahap ke seluruh penjuru nusantara dengan DKI Jakarta di atas sebagai daerah percontohannya. Meskipun secara sadar saya mengatakan di sini bahwa tindakan menggunakan minyak tanah bersubsidi untuk keperluan industri tidak dibenarkan, bahkan kami sempat harus berurusan dengan polisi berkaitan dengan hal ini. Meskipun kami juga punya banyak segudang "pembenaran" untuk itu, dengan salah satunya adalah bahwa industri kami adalah skala IKM (Industri Kecil Menengah) yang apabila harus menggunakan minyak tanah non-subsidi (yang harganya 2.5 kali harga subsidi), sudah dapat dipastikan usaha kami akan gulung tikar dalam waktu singkat. Hampir semua IKM minyak atsiri di Jawa Barat jikalau menggunakan minyak tanah sebagai sumber energi pastilah memanfaatkan minyak tanah bersubsidi yang murah. Saya jamin 99% (1% saya sisakan, jika ternyata saya salah…hehe).Saya tidak akan menanggapi kebijakan pemerintah ini secara emosional karena di hati kecil sayapun sebenarnya sangat mendukung kebijakan penghilangan subsidi ini sejak saya menjadi mahasiswa teknik kimia dulu. Baiklah, singkirkan polemik mengenai kebijakan energi dari pemerintah karena tempatnya tidak di blog ini. Mari kita pikirkan langkah-langkah strategis dalam konteks industri minyak atsiri.

Menanggapi isu yang saya sebutkan di atas, saya mencoba melakukan kalkulasi sederhana perihal penggunaan aneka jenis energi untuk IKM minyak atsiri untuk sekedar membandingkan nilai ekonominya. Basis perhitungan adalah produksi (laju alir) uap sebanyak 50 kg/jam (tekanan 1 bar, atau 0 bar jika dibaca di pressure gage) Hasilnya adalah sebagai berikut :

Mungkin dari hitung-hitungan saya di atas, ada beberapa asumsi yang kurang tepat atau bahkan tidak realistis sekalipun di mata pembaca blog ini karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan saya, meskipun saya selalu berusaha untuk tampil serealistis mungkin (baca=mendekati kenyataan). Silakan kritik saya melalui comment, atau kirim email secara pribadi kepada saya dan kita diskusikan dalam tataran rasional demi pembangunan minyak atsiri Indonesia.

OK, mari kita bahas satu persatu.

1. Minyak tanah
Secara ekonomi, jelas sekali terlihat bahwa penggunaan minyak tanah non-subsidi akan menaikkan biaya operasional dari aspek energi lebih dari 2 kali lipat. Sebagai gambaran, saya buka dapur penyulingan kami bahwa setiap kali menyuling dengan kapasitas 550-600 kg bahan baku biji pala (sekitar 30 jam atau lebih) kami mengeluarkan biaya energi rata-rata Rp 750.000,- – Rp 800.000,-. Itu dengan menggunakan minyak tanah bersubsidi. Bayangkan jika menggunakan minyak tanah non-subsidi. Keuntungan yang fluktuatif (bahkan sering juga merugi) per batch, tergantung pada kualitas bahan baku yang kami peroleh, membuat kondisi ini semakin rumit. Beberapa jenis minyak atsiri (di Jawa Barat) yang disuling menggunakan bahan bakar ini adalah minyak pala, minyak akar wangi, minyak jahe, minyak ylang-ylang milik PERUM PERHUTANI di Banten, dan sebagian kecil minyak nilam.

2. Gas LPG
Mohon maaf kepada para penulis/peneliti yang mengatakan bahwa penggunaan LPG lebih hemat sebagai "pembenaran" dari program konversi minyak tanah ke LPG. Saya sudah mencoba dengan berbagai manipulasi asumsi yang menurut saya masih logis, dan pada akhirnya saya merasa sulit untuk mengatakan bahwa penggunaan LPG lebih hemat secara ekonomi (jangka pendek dan tataran mikro) daripada menggunakan minyak tanah bersubsidi. Mohon disampaikan kritik kepada saya apabila salah mengambil asumsi sehingga saya berkesimpulan demikian sehingga perlu "dicerahkan". Perlu diingat bahwa ini masih hitungan teoritis, belum berdasarkan data-data praktis eksperimental. Tapi kalau kita bicara kelebihan, LPG memang saya akui memiliki segudang kelebihan daripada minyak tanah, termasuk juga kelebihan dari aspek ekonomi jika ditinjau secara makro dan jangka panjang (ada pendapat lain?).

3. Kayu bakar
Inilah sumber energi paling murah dalam konteks penyulingan minyak atsiri, setidak-tidaknya dari batasan jenis sumber energi yang menjadi bahan kajian saya. Meskipun sisi buruknya terutama dari aspek lingkungan sulit dicari pembenarannya. Yah, paling ekstrem kita mengatakan "Lho, lebih tak beradap mana antara penyuling minyak atsiri skala IKM yang memanfaatkan kayu bakar dari pohon-pohon yang sudah mati atau sisa/limbah kayu dari pabrik penggergajian dengan para pembalak liar (atau setengah liar dengan kedok HPH) yang menjarah hutan-hutan negara kita ribuan atau bahkan jutaan ha?". Kebetulan selain menjadi produsen minyak atsiri, saya memiliki bengkel kecil yang memang dikhususkan untuk membuat alat-alat suling pesanan orang lain yang tidak mampu membelinya di bengkel-bengkel profesional karena harganya tidak terjangkau oleh pengusaha minyak atsiri pemula. Semua order pembuatan alat suling skala komersial yang masuk meminta saya membuatkan atau mendesain untuk mengakomodasi penggunaan bahan bakar kayu atau biomassa lainnya. Kondisi nyata di lapangan, sebagian besar penyulingan minyak nilam, minyak cengkeh, dan minyak sereh wangi di Jawa Barat menggunakan bahan bakar kayu. Kayu bakar ini mereka gunakan sebagai tambahan energi karena mereka juga memanfaatkan biomassa dari limbah/ampas penyulingannya. Sebagian besar kayu ini diperoleh dari kayu sisa di pabrik penggergajian atau mengerahkan tenaga-tenaga di desa untuk mencari kayu bakar di hutan.

4. Batubara
Ini juga sebuah sumber energi alternatif yang lebih murah. Saat ini beberapa penyuling sudah mulai beralih atau melirik ke batubara. Bahkan program pemerintah melalui Departemen Perindustrian untuk membuat prototipe alat suling 4 jenis komoditas minyak atsiri pun sudah menggunakan bahan bakar batubara. Mata sayapun sudah menatap ke sana dengan melakukan sedikit modifikasi pada boiler dan tungku pembakarannya. Biaya energi pun lebih murah dari minyak tanah yang bersubsidi sekalipun. Beberapa kendala teknis perihal penggunaan bahan bakar ini seperti kontinuitas supply batubara ke lokasi penyulingan, laju korosi yang lebih tinggi karena keberadaan sulfur, tingkat kepraktisan pemakaian, serta timbulnya tar akan bisa diselesaikan lambat-laun seiring dengan bertambahnya pengalaman praktis mengaplikasikan batubara di lapangan.

Di antara 4 jenis bahan bakar tersebut, masih banyak potensi sumber energi primer lainnya yang belum terbahas. contohnya :

- Minyak bakar atau residu. Namun saya juga pesimis mengingat bahan bakar ini hanya untuk keperluan industri sehingga jika harga industri ini diterapkan di IKM minyak atsiri sepertinya tidak akan banyak menyelesaikan masalah energi.

- Biomassa lainnya selain kayu dan ampas penyulingan seperti bonggol jagung, tandan kosong sawit, sekam padi, batok dan sabut kelapa, jerami. Bahan bakar ini sangat menjanjikan asal harganya murah dan tidak ada konflik berkaitan dengan aplikasi di sektor lain. Misalnya sekam padi yang biasaya juga digunakan untuk alas di peternakan ayam, atau batok kelapa yang juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif.

- Biogas. Mungkin ini agak repot karena membutuhkan reaktor biogas (biodigester) yang besar dan sumber limbah organik yang sangat banyak supaya bisa mencukupi kebutuhan energi di IKM minyak atsiri.

- Panas bumi. Dari kabar yang saya dengar dari beberapa rekan, saat ini sedang digagas untuk pembuatan pilot project pemanfaatkan sumur-sumur yang tak lagi ekonomis di PLTP Kamojang Kec. Samarang-Garut sebagai sumber energi bagi IKM minyak atsiri akar wangi melalui program CSR-nya PT. Indonesia Power. Meskipun tentu saja tidak dengan cara penggunaan langsung (direct use) tetapi dengan mekanisme steam to generate steam. Semoga proyeknya berhasil dan mendatangkan kemanfaatan bagi penduduk sekitar PLTP yang memang sudah lama dikenal sebagai penghasil minyak akar wangi kualitas dunia.

- Ban-ban bekas. Beberapa penyulingan minyak atsiri banyak memanfaatkan ban bekas untuk energi karena harganya sangat murah dan juga cukup melimpah. Mereka sadar bahwa hal ini sangat berdampak buruk baik untuk lingkungan sekitarnya maupun alat prosesnya itu sendiri. Tapi ya mau bagaimana lagi supaya dapur tetap ngebul, katanya.

- Biodiesel dan bioethanol. Wah, nanti dulu lah....hehehe.

Selain perubahan jenis sumber energi, tentu saja perlu dilakukan strategi-strategi lainnya untuk mengoptimalkan penggunaan energi. Dengan kata lain, meningkatkan efisiensi energi diantaranya dengan :

* memanfaatkan panas buang gas cerobong sebagai pemanas mula air umpan boiler (jika digunakan sistem penyulingan uap) atau air ketel (jika digunakan sistem penyulingan uap-air/kukus) melalui ekonomiser sederhana.

* memanfaatkan panas buang gas cerobong untuk pengeringan bahan baku minyak atsiri sebelum diproses meskipun biasanya pengeringan ini menggunakan energi sinar matahari.

* sistem isolasi yang baik untuk meminimalkan kehilangan panas ke lingkungan.

sistem sirkulasi udara pembakaran yang baik dan tepat, berlebih untuk * mengoptimalkan pembakaran (terutama untuk biomassa) tetapi tidak kelebihan supaya panas hilang bersama gas cerobong tidak terlalu banyak. (Teknisnya bagaimana ya?)

* konfigurasi kondisi operasi penyulingan yang tepat sehingga bisa menurunkan lama waktu penyulingan yang tentu saja berdampak pada menurunnya tingkat konsumsi energi per batch.

Kesimpulan
Silakan pembaca menyimpulkan sendiri dari paparan-paparan yang saya berikan di atas. Tulisan ini hanyalah tulisan lepas dan bersifat informatif, bukan tulisan ilmiah yang mengutamakan logika-rasional dan analitis-sintesis untuk menyelesaikan sebuah masalah dan menghasilkan kesimpulan. Jadi ya, mengambang sedikit tidak apa-apa lah...hehe.


Friday, March 21, 2008

Mengenal Tanaman Pengusir Nyamuk

Artikel ini saya ambil dari Situs HARIAN GLOBAL
(http://www.harian-global.com/news.php?item.13032.7)
Ada hubungannya kok dengan minyak atsiri.


Tuesday 06 March 2007
Mengenal Tanaman Pengusir Nyamuk
Beberapa jenis tanaman berikut berkhasiat untuk mengusir nyamuk. Keistimewaan itu berasal dari bau menyengat yang keluar dari tanaman ini.

Penyakit demam berdarah akhir-akhir ini menjalar ke berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan pemerintah menetapkan enam daerah dalam kondisi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD). Keenam daerah itu, ungkap Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, NTB dan NTT.

Terjadinya KLB DBD ini disinyalir karena populasi vektor, yaitu nyamuk aedes aegypti semakin meningkat. Di sini, dapatlah dikatakan kalau nyamuk merupakan serangga yang selalu mendatangkan masalah bagi manusia, selain gigitan dan suara dengungannya, perannya sebagai vektor pembawa penyakit dapat menimbulkan masalah serius.

Berbagai upaya pengendalian vektor telah dilakukan demi memutus siklus hidup nyamuk, sehingga mengurangi kontak antara manusia dengan vektor. Untuk itu, perlu diterapkan pendekatan terpadu terhadap pengendalian nyamuk dengan menggunakan semua metode yang tepat (fisik-lingkungan, biologi dan kimiawi) aman, murah dan ramah lingkungan.

Salah satu cara yang lebih ramah lingkungan adalah memanfaatkan tanaman anti nyamuk (insektisida hidup pengusir nyamuk). Tanaman hidup pengusir nyamuk adalah jenis tanaman yang dalam kondisi hidup mampu menghalau nyamuk. Artinya tanaman ini tidak perlu diolah terlebih dahulu. Kemampuan jenis tanaman ini sebagai pengusir nyamuk bisa dianggap istimewa. Penyebabnya adalah bau menyengat yang keluar dari tanaman ini.

Bau menyengat inilah yang diduga tidak disukai serangga. Penggunaan tanaman ini cukup mudah, yaitu cukup diletakkan di dalam ruangan atau ditanam di pekarangan rumah. Tanaman apa sajakah itu?

Lavender
Tumbuhan lavender kerap kali digunakan sebagai bahan dasar lotion anti nyamuk. Bunga lavender memiliki aroma yang sangat harum. Tak perlu diproses menjadi pelembab kulit, cukup gosokkan bunga ini ke tubuh, dijamin nyamuk tak ada yang mau nempel dengan kulit.

Tanaman yang merupakan keluarga Lamiaceae ini berbentuk seperti semak atau pohon kecil. Daunnya bertulang sejajar, memiliki bunga kecil berwarna ungu kebiruan yang tumbuh di ujung cabang. Aroma bunga itu sangat harum mirip kamper, yang tidak disukai serangga. Lavender tumbuh baik di ketinggian 500-1.300 m dpl. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, semakin baik kualitas minyaknya.

Akar Wangi
Tumbuhan akar wangi dapat mengendalikan populasi nyamuk deman berdarah. Nyamuk demam berdarah, konon sangat takut menghadapi tumbuhan akar wangi. Bau nyengat yang keluar dari tumbuhan ini cukup mematikan bagi nyamuk jenis itu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sri Murwarni (2002) berupa pemanfaatan ekstrak akar wangi untuk mengendalikan nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles aconitus, yaitu meliputi uji hayati daya racun ekstrak akar wangi untuk LC50 maupun LT50 terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan percobaan tersebut, maka dari uji toksitas yang dilakukan menunjukkan, ekstrak akar wangi dengan konsentrasi 0,20 persen dan 0,25 persen mampu membunuh larva nyamuk aedes aegypti kurang lebih dalam waktu dua jam.

Suren
Jika Anda memiliki lahan pekarangan luas dan dipenuhi dengan pepohonan, ada baiknya Anda menanam tumbuhan suren. Tanaman ini terbukti sangat ampuh mengusir nyamuk. Tumbuhan yang pohonnya berukuran 20 m ini memiliki daun dan kulit kayu yang beraroma tajam. Para petani kerap menanam suren di ladang-ladang persawahan mereka, karena suren dipercaya juga dapat mengusir hama serangga tanaman.

Berdasarkan penelitian, suren memiliki kandungan bahan surenon, surenin dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida dan antifeedant (menghambat daya makan) terhadap larva serangga uji ulat sutera. Bahan-bahan tersebut juga terbukti merupakan repellant (pengusir atau penolak) serangga, termasuk nyamuk.

Cara penempatan tanaman ini bisa diletakkan di sudut-sudut ruangan dalam rumah, sebagai media mengusir nyamuk. Jumlah tanaman dalam ruangan tergantung luas ruangan. Sementara untuk penempatan di luar rumah/pekarangan, sebaiknya diletakkan dekat pintu, jendela atau lubang udara lainnya, sehingga aroma tanaman terbawa angin masuk ke dalam ruangan.

[ image disabled ] Zodia
Tanaman zodia adalah tumbuhan yang paling favorit sebagai pengusir nyamuk. Tanaman ini memiliki kandungan evodiamine dan rutaecarpine yang tak disukai serangga. Zat tersebut menghasilkan aroma yang tajam. Jika tertiup angin, aroma itu mudah sekali tersebar ke seluruh ruangan. Ada baiknya Anda menanam zodia dalam pot dan meletakkannya di salah satu sudut ruangan Anda, maka ruangan Anda terbebas dari nyamuk.

Di daerah asalnya Papua, masyarakat di sana sudah lama menggunakan tanaman ini sebagai penghalau serangga, khususnya nyamuk. Zodia memiliki kandungan evodiamine dan rutaecarpine, sehingga menghasilkan aroma yang cukup tajam yang tidak disukai serangga. Selain itu, daun zodia yang terasa pahit, bisa digunakan sebagai obat tradisional, antara lain untuk menambah stamina tubuh, sementara rebusan kulit batangnya bermanfaat sebagai pereda demam malaria.

Geranium
Tanaman jenis perdu ini memiliki aroma yang cukup harum, namun tidak disukai serangga. Pasalnya, tanaman yang memiliki kandungan zat geraniol dan sitronelol ini bersifat antiseptik. Selain berkhasiat mengusir nyamuk, tanaman ini bisa menjadi penghijau ruangan Anda. Bentuknya yang indah bisa menjadikan tanaman ini sebagai media relaksasi mata.

Selasih
Yang terakhir adalah tanaman selasih. Selasih dipercaya mengeluarkan aroma yang cukup tajam bagi serangga. Tanaman ini paling cocok berada di dalam rumah. Letakkan beberapa lama dalam ruangan, maka akan lebih membantu pengusiran nyamuk di rumah Anda.

Selasih mengandung eugenol, linalool dan geraniol yang dikenal sebagai zat penolak serangga, sehingga zat-zat tersebut juga berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Bau daun selasih tercium sangat tajam, bahkan jika tercium agak lama atau disimpan dalam ruangan, dapat mengakibatkan rasa mual dan pening. Komponen-komponen utama selasih yang bersifat volatil (menguap), menyebabkan nyamuk enggan mendekati tanaman ini. Biji selasih bermanfaat untuk menurunkan kolesterol, membantu pencernaan, mengobati kram usus dan melancarkan buang air besar.

Tuesday, March 18, 2008

Pengukuhan AP3MA-JABAR

Pada hari, Senin, tanggal 17 Maret 2008, bertempat di Hotel Sukajadi, Jl. Sukajadi No. 176 – Bandung, telah dikukuhkan Asosiasi Petani, Produsen, dan Pelaku Agribisns Minyak Atsiri Jawa Barat (AP3MA-JABAR) yang dihadiri oleh perwakilan dari Kabupaten Garut, Kuningan, Bandung, Majalengka, Sumedang, Purwakarta, Tasikmalaya, Subang, Ciamis, dan Bogor. Pengukuhan dilakukan oleh Bapak Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prop. Jawa Barat (Drs. H. Agus Gustiar, MSi)

Adapun susunan pengurus AP3MA untuk periode 2008 – 2011 adalah sebagai berikut:

Ketua : H. Ede Kadarusman (Garut)
Wakil Ketua : A.D.A. Feryanto (Bogor)
Sekretaris : Nana Mulyana (Majalengka)
Wakil Sekretaris : Ahmad Nur Fathorudin (Garut)
Bendahara : Awang Sofyan Munawar (Tasikmalaya)

Komisi Bidang Pemberdayaan SDM dan Organisasi : Didin Sachrudin (Bandung)
Komisi Bidang Standarisasi Mutu dan Sertifikasi Produk : H. Jamil (Sumedang)
Komisi Bidang Budidaya dan Pascapanen : H. Tarsa (Kuningan)
Komisi Bidang Litbang : A.D.A. Feryanto (Bogor)
Komisi Bidang Pemasaran :
Eko Wibowo (Cianjur)
Komisi Bidang Advokasi/Pendampingan : Deden Agus (Subang)

Selain pengurus inti di atas, juga terdapat Koordinator Daerah (Korda) di 14 Kabupaten/Kota dalam wilayah Propinsi Jawa Barat yang memiliki potensi sumber daya minyak atsiri.

Semoga AP3MA bisa memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan minyak atsiri Indonesia dan khususnya Jawa Barat.

Sosialisasi Standarisasi Minyak Atsiri

Selama 2 hari ini (17 - 18 Maret 2008) telah diselenggarakan kegiatan Sosialisasi Standar proses, alat proses, dan produk minyak atsiri di Hotel Sukajadi-Bandung oleh Dept. Perindustrian RI yang dihadiri oleh sekitar 50 org penyuling/pembina minyak atsiri dari beberapa propinsi seperti Jabar, Sumbar, Sumut, Jambi, Lampung, Bengkulu, Sulsel. Pada kesempatan ini juga hadir pembicara-pembicara yg cukup dikenal di kancah minyak atsiri seperti :
1. Dr. Ir. Agus Hasanudin dari Departemen Pertanian RI
2. Wien Hartono, Ketua Dewan Atsiri Indonesia (DAI) dan Direktur PT. Indesso Aroma
3. Dr. Ir. Meika S Rusli, FATETA-IPB, Sekretaris Eksekutif DAI
4. Ir. Ketaren, MS, FATETA-IPB, penerjemah buku "MINYAK ATSIRI" dari Ernest Guenther dan beberapa buku tentang minyak atsiri lainnya. (Cat. beliau adalah guru kedua saya mengenai minyak atsiri dan dahulu sering terlibat diskusi menarik ttg atsiri dengan beliau di Bogor)
5. Dr. Ir. Anas Fauzi
6. Dr. Ir Mahfud.

Mereka berbicara mengenai GMP minyak atsiri, standarisasi alat suling, program cultiva atsiri dari DAI, website atsiri indonesia, kebijakan pemerintah/Deptan mengenai minyak atsiri. Forum ini juga dijadikan forum silaturahmi dan tukar informasi antar penyuling yang sekiranya cukup berguna bagi perkembangan minyak atsiri Indonesia.


Sunday, March 16, 2008

Bahan Baku Minyak Pala


Di atas saya berikan sejumlah photo yang menjelaskan kualitas biji pala yang beredar di pasaran untuk keperluan penyulingan minyak atsiri (bukan untuk rempah-rempah).
1. Biji pala bejo merupakan kualitas terbaik karena rendemen minyaknya sangat besar (13 - 15%). Diambil dari buah pala yang masih muda (kurang dr 2 bulan). Cangkang/batok belum terbentuk sempurna. Harganya paling mahal per kg-nya
2. Biji pala media yang diambil dari buah pala yang umurnya antara 3 -5 bulan. Sudah ada cangkang/batoknya tp cuma setengah. Rendemen minyak antara 9 -12%
3. Biji pala polong yang diambil dari buah pala yang umurnya di atas 5 bulan. Kernel/biji sepenuhnya sudah tertutupi oleh cangkah. Rendemen minyak antara 7 - 9%. Kalau biji tersebut dikocok2 dan terdengar bunyinya maka disebut sebagai biji pala kilat yang rendemennya paling rendah di bawah 7%.
4. Fuli merupakan suatu materi seperti bunga yang menyelimuti biji pala. Rendemen minyaknya bisa mencapai 25%.

Semua rendemen di atas adalah basis kering.

Kabarnya di beberapa daerah sentra pala (misalnya Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Sumatera Barat) banyak jenis biji di atas yang dibuang (terutama jenis biji bejo) karena tidak akan laku dijual mengingat daerah2 tersebut pala dikhususkan sebagai komoditas rempah dan bukan untuk disuling minyaknya, sehingga biji pala tua dan sudah dikupas cangkangnya yang laku di pasaran. Padahal rendemen minyak biji pala muda (alias limbahnya) paling tinggi. Jadi, silakan diolah ya menjadi minyak jika tersedia cukup banyak bahan baku di sentra-sentra tersebut. Mengenai alat proses dan infrastruktur lainnya, kita siap untuk membuatkan dan menginformasikan semuanya.

Suling-Suling Pala....

Produksi minyak pala di Kec. Ciawi - Bogor. Kapasitas produksi terpasang 1500 kg minyak/bulan. Kapasitas real?? Masih jauh di bawah kapasitas terpasang....hehe. Ada yang mau supply biji pala ke saya?

Limbah Penyulingan Minyak Pala


Wow....limbah penyulingan minyak pala ku sudah menggunung di belakang pabrik, nih. 5 tahun lagi jika tak termanfaatkan mungkin akan menjadi gunung pala...hehe. Ada yang mau coba riset untuk memanfaatkannya? Bisa jadi bahan bakar, bisa jadi pupuk kompos, diambil oleresinnya, atau bisa jadi media bertanam jamur (tuh lihat jamur bisa tumbuh dengan subur). Buat para mahasiswa yang lagi tugas akhir, banyak topik penelitian nih...:p