Thursday, August 19, 2010

KONFERENSI NASIONAL MINYAK ATSIRI 2010

Pada tanggal 20-21 Oktober 2010, di Hotel Grand Pasundan-Bandung akan diselenggarakan kegiatan "Konferensi Nasional Minyak Atsiri 2010" yang diselenggarakan oleh Dewan Atsiri Indonesia (DAI) dan Departemen Pertanian-RI.

Adapun rangkaian kegiatan dari konferensi ini adalah :

1. Seminar Nasional-Pleno
I. Kebijakan dan Trend Bisnis Minyak Atsiri, dengan pembicara utama:
a. Kebijakan Pengembangan Budidaya Tanaman Atsiri - Kementrian Pertanian RI
b. Arah Pengembangan Industri Hilir Minyak Atsiri - Kementrian Perindustrian RI
c. Peluang Pemakaian Minyak Atsiri Baru Indonesia sebagai Bahan Perisa dan Pewangi - AFFI (Asosiasi Flavor and Fragrance Indonesia).
d. Pengembangan Industri Minyak Atsiri Berbasis Tanaman Hutan - Kementrian Kehutanan RI

II. Sistem Produksi Minyak Atsiri Ramah Lingkungan, dengan pembicara utama:
a. Sistem Budidaya Minyak Atsiri Ramah Lingkungan - Balitro
b. Produksi Bersih pada Pengolahan Minyak Atsiri - IPB
c. Kelembagaan Agroindustri Minyak Atsiri yang Adil dan Berkelanjutan - DAI
d. Indikasi Geografis: Melindungi dan Membangun Keunggulan Komparatif Minyak Atsiri Indonesia.

2. Workshop "Sukses Berbisnis Minyak Atsiri"
a. Mengenal Produk Unggulan Minyak Atsiri Indonesia
b. Analisis Potensi dan Prospek Pasar Minyak Atsiri Indonesia
c. Teknologi Proses dan Mutu Produk Minyak Atsiri
d. Tantangan, Kendalan, dan Alternatif Solusi dalam Berbisnis Minyak Atsiri

3. Diseminasi hasil-hasil penelitian tentang minyak atsiri - Seminar Pararel
Mempresentasikan 12 paper/hasil kajian/hasil penelitian para peneliti, akademisi, dan praktisi minyak atsiri Indonesia dari berbagai institusi di tanah air.

4. Fieldtrip (kunjungan lapangan)
a. Kebun percobaan Balitro di Manoko-Lembang
b. Penyulingan CV. Pavettia Kurnia Atsiri di Serangpanjang-Subang.


Informasi lebih lanjut, hubungi:
Dewan Atsiri Indonesia.
email: dai.atsiri@gmail.com atau dai@atsiri-indonesia.com
telp: 0251-8624582
atau download leaflet-nya pada menu DOWNLOAD di samping ini.

Monday, August 16, 2010

UNIKNYA GAHARU.....

Catatan:
Dear pencinta minyak atsiri. Kali ini ada sumbangan tulisan mengenai GAHARU/AGARWOOD dari rekan saya Bapak Muhammad Taftazani atau juga biasa dipanggil Pak Abu Yusya. Apabila ada teman-teman pembaca yang tertarik dengan gaharu dan minyak atsirinya, silakan langsung menghubungi yang bersangkutan via email abu_yusya@yahoo.com.



Di tulisan awal di milist lalu saya menulis sedikit tentang minyak gaharu, karena ada permintaan dari kang Ferry untuk melengkapi informasinya kemudian saya membuat tulisan ini. Semoga bermanfaat.

Sebenarnya gaharu itu apa sih? Gaharu adalah nama generik tanaman penghasil getah atau resin gaharu.

Gaharu terjadi akibat serangan terhadap tanaman penghasil getah gaharu sehingga tanaman tersebut mengeluarkan getah dan minyak atsiri sebagai tindakan balasan atas serangan yang masuk ke dalam tubuh tanaman, singkat kata ia merupakan antibodi tanaman. Seiring waktu getah tersebut menyelusup ke serat kayu sehingga lama-lama mengeras seperti damar. Pada akhirnya tanaman penghasil gaharu akan mati dari sinilah gaharu berasal.

Sejarah gaharu di dunia di mulai dari India adapun secara kesejarahan di Indonesia gaharu diperdagangkan sejak berabad lalu di Sumatra dan Kalimantan. Nama Gaharu diperkirakan dari kata Aguru yang berarti kayu yang berat dalam bahasa Sanskrta, disebut juga sebagai Wen Xing dalam bahasa China, Oudh atau Oud ( bermakna literal kayu), Disebut juga sebagai Jinkoo dalam bahasa Jepang yang bermakna dupa yang tenggelam ( dari Jin ; Shizumu= Tenggelam, Koo; Kaori= Harum/ Wewangian). Dari keragaman sebutan ini menunjukkan bahwa gaharu memiliki tempat di hati banyak bangsa di banyak negara. Bahkan salah satu harta pusaka kekaisaran Jepang adalah Kyinam ( Kayu Gaharu Vietnam) berusia lebih dari 500 tahun.

Seperti yang telah saya jelaskan di tulisan awal secara umum dalam perdagangan Gaharu dibagi menjadi 2 jenis yakni gaharu dan gaharu buaya. Gaharu berasal dari genus Aquilaria dan genus Grynops , adapun gaharu buaya ada banyak jenisnya seperti Aetoxylon spp, Gonystilus Spp, Enkleia Spp, Wikstroemia spp, Dalbergia spp, Excoeccaria Agalocha atau biasa dikenal sebagai buta-buta atau dalam bahasa Inggrisnya disebut blind your eye. Kenapa dibedakan antara gaharu dan gaharu buaya? karena nilai keekonomiannya. Gaharu dapat mencapai jutaan hingga belasan sampai puluhan juta rupiah per kilogram tergantung kualitas dan asal kayunya. Adapun gaharu buaya diperdagangkan pada ribuan hingga ratusan ribu rupiah saja per Kilogramnya. Perbedaan lainnya gaharu buaya juga biasa ditemukan di daerah berawa dimana buaya biasa ditemukan maka dari kebiasaaan ini disebutlah gaharu buaya. Gaharu buaya biasanya lebih hitam dan lebih padat dibandingkan gaharu asli. Pada bau pun keduanya berbeda gaharu buaya memiliki rasa sengir pada saat dia dibakar sehingga kurang enak seperti bau hio yang biasa kita jumpai di kuil atau kelenteng. Adapun gaharu jika dibakar dia memiliki aroma kekayuan, manis, dan jamu dan bau yang tidak bisa dijelaskan.

Dari segi klasifikasi gaharu dibagi menjadi 14 grade yang antar grade satu dengan lainnya kadang sangat tipis perbedaannya sehingga membingungkan bagi yang pertama ingin masuk ke dunia gaharu. Secara umum grading dibagi atas beberapa aspek, pertama bau karena dari bau ini kita bisa tentukan keaslian gaharu atau bukan, kedua warna karena semakin gelap warna gaharu maka semakin tinggi kandungan damar wanginya, Ketiga ketebalan jika di berkisar antara 1-2 mm maka disebut tipis, 2 mm - 2 cm disebut sedang, 2 cm ke atas disebut tebal, Keempat berat dan kepadatan, aspek ini bisa ditentukan dengan cara menimbang dan merasakan maksudnya ditimbang dengan alat dan dirasakan dengan tangan bisa dengan cara dilempar ke lantai atau permukaan meja jika terdengar bunyi seperti benda padat jatuh maka padat bahkan pada potongan yang paling kecil sekalipun sedangkan jika ringan maka bunyi tersebut tidak akan terdengar. Kelima adalah aspek tenggelam atau tidaknya gaharu, kalau gaharu itu tenggelam di air bisa dipastikan kepadatannya( benar-benar tenggelam tidak melayang atau terapung) karena kadang pembeli ada yang meminta yang tenggelam saja.

Karena nilainya yang tinggi dan sulitnya mendapat si emas hitam ini maka banyak kecurangan yang dilakukan. Ada 6 jenis kecurangan yang umum, yaitu pertama adalah menggosok kayu gaharu dengan minyak baik minyak gaharu, singer bahkan isi batu battere sehingga warna gaharu menjadi mengkilap dan hitam, cara mengatasinya mudah pertama biasakan mata anda karena warna asli gaharu tidak akan pernah hitam mengkilat namun seperti gambar yang di atas coklat atau hitam pucat. Kedua, celup kayu itu ke dalam air panas dan lumuri dengan tepung kanji atau tepung terigu biarkan selama 2 jam kalau kayu itu melunturi tangan anda maka bisa dipastikan gosokan sudah keluar, gosok dengan sikat agar bersih dari gosokan namun dalam proses ini ada resiko bau gaharu yang ada dalam minyak atsirinya terikut oleh tepung terigu atau kanji tadi. Ketiga, cium kayunya jika dia berbau apek maka bisa dipastikan kayu sudah mendapat perlakuan.

Bentuk kecurangan kedua adalah menyemprot kayu dengan air atau air garam agar bertambah berat untuk mengatasinya jemur kayunya di terik matahari selama beberapa jam tapi anda akan kehilangan bobot kayu sampai 50%. Bentuk kecurangan ketiga memasak kayu dengan getah gaharu agar naik grade,.Bentuk kecurangan keempat mengelem potongan gaharu dengan alteco dan sejenisnya agar bentuknya nampak bagus. Bentuk kecurangan kelima yaitu memasukkan pemberat baik batang besi, kawat dan sejenisnya ke dalam kayu agar bobot bertambah. Bentuk kecurangan keenam yaitu mengaku gaharu asli padahal gaharu buatan. Gaharu buatan atau biasa disebut Black Magic Wood adalah gaharu yang dibuat dari kayu gaharu kelas bawah kemudian diberi perlakuan dengan memasaknya bersama resin gaharu dengan tekanan tinggi. Cirinya gaharu ini jika dibelah maka distribusi resinnya akan sangat merata berbeda dengan gaharu alam yang distribusi resinnya tidak merata kalaupun merata ini sangat jarang ditemui. Maka tulisan ini juga merupakan himbauan kepada saudara-saudaraku yang masih melakukan hal ini harap berhenti melakukannya karena merugikan diri sendiri dan orang lain.

Setelah berbicara panjang dan lebar soal gaharunya sekarang kita bicara masalah minyaknya, dari sisa pengambilan kayu yang berkualitas tinggi inilah gaharu dibuat minyak. Kayu-kayu yang tidak dapat dijual dalam keadaan apa adanya kemudian di kumpulkan lalu dikeringkan selanjutnya diproses menjadi serbuk dengan disk-mill. Lalu serbuk kayu sebaiknya di rendam dalam air agar sel-sel parenkimnya menjadi lemah dan lunak sehingga mudah ditembus oleh uap air, lama perendaman jangan lebih dari 1 bulan karena akan menimbulkan bau yang tidak menyenangkan pada minyaknya nanti. Cara menyuling gaharu yang baik dan umum dilakukan adalah dengan direbus, kukus, dan uap adapun dengan vacuum dan ekstraksi super kritis juga ada namun minyaknya kurang disukai karena adanya bau off yakni bau kacang pada minyaknya. Minyak gaharu dan gaharu itu sendiri mengandung jinko eramol dan agarospirol, kedua zat ini terutama agaro spirol memiliki efek sedatif atau semacam obat tidur.

Mengapa minyak gaharu itu mahal? karena pertama bahan bakunya yang mahal dan kedua prosesnya yang rumit dan lama. Dari menebang, mencacah, dan mengklasifikasikan kayunya adalah bukan pekerjaan yang mudah. Bayangkan satu pohon utuh dicacah lalu dicari mana yang isi dan mana yang tidak dan dari situ diperoleh - kalau beruntung 2 - 3 kg kayu kelas dari pencacahan dan pengerokan sisanya dibuang atau masuk dapur suling. Bisa dibayangkan betapa ruwetnya proses ini. Belum lagi rendemen gaharu yang rendah antara 0,08% - 5%(angka optimis) bergantung bahan yang dipakai. Memang semakin bagus bahan yang dipakai semakin tinggi harapan kita untuk dapat minyak yang bagus dan jumlah yang lumayan tapi dengan harga bahan yang stratospheric, kata orang bule. Lama penyulingan gaharu dengan sistem kukus tanpa tekanan adalah 2-3 hari dengan rebus 4-5 hari adapun dengan uap bertekanan lamanya kurang lebih 8-12 jam, Masing-masing punya kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Sistem kukus dan rebus memiliki kelebihan, yakni pada kualitas minyak yang bagus dan disenangi pasaran. Kekurangannya adalah pada sedikitnya minyak yang diperoleh serta waktu penyulingan yang lama. Sistem uap bertekanan memiliki kelebihan yakni pada jumlah minyaknya yang lebih banyak namun jika kurang hati-hati minyaknya cenderung hitam dan gosong.

Pada tulisan sebelumnya saya telah membahas mengenai grading minyak gaharu. Kali ini saya akan membahas lebih jauh lagi. Minyak gaharu memiliki keunikan tersendiri karena ia memiliki skema bau seperti halnya parfum jadi dari pabrikan. Dia memiliki bau puncak yaitu bau yang keluar sesaat setelah minyak bersentuhan dengan permukaan benda atau kulit, kemudian bau tengah sekitar 2 - 3 menit setelah kontak , lalu bau dasar 3 menit setelah kontak hingga minyak kering sama sekali. Jika pada prosesnya terjadi gosong maka salah satu dari bau ini akan menjadi korban entah itu bau puncak ataupun bau tengah maupun bau dasar. Tapi yang sering menjadi korban jika gosong adalah pada bau puncak karena dia yang paling pertama keluar dan paling awal terdeteksi. Ciri minyak gaharu gosong adalah dijumpai bau karet atau bau pahit atau kadang bau Cola tapi lebih tajam dari Cola dan memusingkan kepala.

Gaharu kini sudah dapat dibudidayakan dengan teknik yang meniru alam. Di alam gaharu terbentuk pada pohon yang sakit. Dengan inokulasi ini kita juga membuat pohonnya sakit dengan mengintroduksi fungi setelah gaharu mencapai umur 45 tahun dengan ekspektasi panen 3-5 tahun kemudian, semoga tulisan ini bermanfaat. Terimakasih.

Abu Yusya Muhammad Taftazani