Lagi-lagi diambil dari diskusi di milis: atsiri-indonesia@yahoogroups.com
Pertanyaan:
dear rekan2 milis,
Sebelumnya, Selamat Hari Raya Idul Adha, Mohon Maaf Lahir Bathin....
begini, saya barusan baca Trubus terbaru, topiknya tentang asap cair dari kelapa. para penjual asap cair itu menjualnya ada yang Rp 20.000,-/liter.
yang saya tanyakan, kenapa ukurannya per liter, bukan per kilo seperti menjual minyak atsiri. padahal prosesnya hampir sama. apa yang membedakan ukurannya. mohon pencerahannya.
makasih
salam,
desy
Ferry (mantra_mantra_jingga@yahoo.com)
Sebagian besar minyak atsiri menggunakan satuan kg dalam penjualannya. Hanya beberapa jenis minyak mahal yang dalam perdagangan retail menggunakan cc (ml). Kalau mau konversi satuan dari liter ke kg, tinggal mencari data densitas masing2 minyak atsiri saja. Minyak nilam hampir mendekati 1, sekitar 0,997 jadi 1 kg minyak nilam hampir sama dengan 1 liter. Kalau utk minyak pala beda lagi, 1 liter minyak pala ekivalen dengan 0,88 – 0,9 kg.
Mengapa minyak atsiri justru menggunakan satuan kg? Ini berkaitan dengan komponen2 berharga (valueable) dalam minyak atsiri yg kebetulan rata-rata memiliki densitas tinggi. Makin tinggi densitas minyak atsiri (makin berat), maka "disinyalir" minyak itu memiliki kualitas yg baik (dalam batas atas tertentu, lihat SNI). Kalau yg dijadikan acuan satuan volume (liter), maka mau yang kualitas baik atau kurang baik nilainya akan sama saja. Sedangkan kalau satuan berat (kg), nilainya tentu akan menjadi berbeda. Sebagai analogi saja, dalam minyak pala (dan bbrp jenis minyak atsiri lain) ada istilah "minyak ringan" dan "minyak berat". "Minyak berat" itu kualitas yang sangat bagus. Kalau saya jual 1 liter kedua jenis minyak tersebut dalam satuan LITER, maka antara "minyak ringan" dan "minyak berat" harganya akan sama saja. Tapi kalau dalam satuan kg, 1 liter minyak ringan = 0,88 kg. Sedangkan 1 liter minyak berat = 1,05-1,1 kg. Jadi lebih mahal yg mana??
Tapi ini bukan berarti jualnya pisah2, lho. Ujung2nya tetap diblending juga kedua minyak tersebut. Hanya utk memberikan analogi saja mengapa minyak atsiri dalam fasa ruah (bulk) dijual dalam satuan kg (dan bukan liter).
Asap cair bukan jenis minyak atsiri, lho.
Secara fundamental teknik produksinya sudah berbeda dgn minyak atsiri. Proses pirolisis dalam pembuatan asap cair berbeda dengan hidrodifusi (hidrodistilasi) dalam pembuatan minyak atsiri.
Pertanyaan lanjutan, mengapa bensin, minyak diesel (solar), minyak tanah penjualannya dalam satuan liter, kok nggak kg saja....hehe. Karena minyak2 tersebut sudah standar semuanya, alias 1 kualitas. Tidak ada minyak tanah, bensin, atau solar yang kualitasnya jelek atau bagus yang dipengaruhi oleh komponen2 utamanya. Anda mau beli bensin dan solar di Papua dengan di Jakarta semuanya sama-sama saja, kecuali pengecernya yg nakal dengan melakukan pengoplosan. Atau lain lagi urusannya sudah beda nama dagang, misalnya bensin dengan oktan yang lebih tinggi dijual dengan nama Pertamax.
Nuzul K.H
Dear Mb Desy,
Sepertinya itu hanya masalah ukuran saja. Karena waktu itu ada buyer yang nanyakan ke saya harga minyak nilam, beliau masih menanyakan pula apakah harga minyak saya dalam liter atau kg.
Yang pasti, nilai kg lebih besar dari liter :) hehe....
Ferry (mantra_mantra_jingga@yahoo.com)
Tergantung jenis minyak atsirinya lho, Mbak. Apakah densitasnya besar atau kecil. Utk jenis minyak atsiri yg densitasnya lebih kecil dari 1 g/ml (nilam, sereh, pala), maka apabila menjual dgn satuan liter akan lebih menguntungkan dibandingkan satuan kg. Sebaliknya jenis minyak atsiri yg densitas lebih besar dari 1 g/ml (cengkeh, kayu manis, lajagowah), menjual dalam satuan kg akan lebih menguntungkan dibanding satuan liter.
Silakan mengimajinasikan statement saya di atas...:)
Pertanyaan:
dear rekan2 milis,
Sebelumnya, Selamat Hari Raya Idul Adha, Mohon Maaf Lahir Bathin....
begini, saya barusan baca Trubus terbaru, topiknya tentang asap cair dari kelapa. para penjual asap cair itu menjualnya ada yang Rp 20.000,-/liter.
yang saya tanyakan, kenapa ukurannya per liter, bukan per kilo seperti menjual minyak atsiri. padahal prosesnya hampir sama. apa yang membedakan ukurannya. mohon pencerahannya.
makasih
salam,
desy
Ferry (mantra_mantra_jingga@yahoo.com)
Sebagian besar minyak atsiri menggunakan satuan kg dalam penjualannya. Hanya beberapa jenis minyak mahal yang dalam perdagangan retail menggunakan cc (ml). Kalau mau konversi satuan dari liter ke kg, tinggal mencari data densitas masing2 minyak atsiri saja. Minyak nilam hampir mendekati 1, sekitar 0,997 jadi 1 kg minyak nilam hampir sama dengan 1 liter. Kalau utk minyak pala beda lagi, 1 liter minyak pala ekivalen dengan 0,88 – 0,9 kg.
Mengapa minyak atsiri justru menggunakan satuan kg? Ini berkaitan dengan komponen2 berharga (valueable) dalam minyak atsiri yg kebetulan rata-rata memiliki densitas tinggi. Makin tinggi densitas minyak atsiri (makin berat), maka "disinyalir" minyak itu memiliki kualitas yg baik (dalam batas atas tertentu, lihat SNI). Kalau yg dijadikan acuan satuan volume (liter), maka mau yang kualitas baik atau kurang baik nilainya akan sama saja. Sedangkan kalau satuan berat (kg), nilainya tentu akan menjadi berbeda. Sebagai analogi saja, dalam minyak pala (dan bbrp jenis minyak atsiri lain) ada istilah "minyak ringan" dan "minyak berat". "Minyak berat" itu kualitas yang sangat bagus. Kalau saya jual 1 liter kedua jenis minyak tersebut dalam satuan LITER, maka antara "minyak ringan" dan "minyak berat" harganya akan sama saja. Tapi kalau dalam satuan kg, 1 liter minyak ringan = 0,88 kg. Sedangkan 1 liter minyak berat = 1,05-1,1 kg. Jadi lebih mahal yg mana??
Tapi ini bukan berarti jualnya pisah2, lho. Ujung2nya tetap diblending juga kedua minyak tersebut. Hanya utk memberikan analogi saja mengapa minyak atsiri dalam fasa ruah (bulk) dijual dalam satuan kg (dan bukan liter).
Asap cair bukan jenis minyak atsiri, lho.
Secara fundamental teknik produksinya sudah berbeda dgn minyak atsiri. Proses pirolisis dalam pembuatan asap cair berbeda dengan hidrodifusi (hidrodistilasi) dalam pembuatan minyak atsiri.
Pertanyaan lanjutan, mengapa bensin, minyak diesel (solar), minyak tanah penjualannya dalam satuan liter, kok nggak kg saja....hehe. Karena minyak2 tersebut sudah standar semuanya, alias 1 kualitas. Tidak ada minyak tanah, bensin, atau solar yang kualitasnya jelek atau bagus yang dipengaruhi oleh komponen2 utamanya. Anda mau beli bensin dan solar di Papua dengan di Jakarta semuanya sama-sama saja, kecuali pengecernya yg nakal dengan melakukan pengoplosan. Atau lain lagi urusannya sudah beda nama dagang, misalnya bensin dengan oktan yang lebih tinggi dijual dengan nama Pertamax.
Nuzul K.H
Dear Mb Desy,
Sepertinya itu hanya masalah ukuran saja. Karena waktu itu ada buyer yang nanyakan ke saya harga minyak nilam, beliau masih menanyakan pula apakah harga minyak saya dalam liter atau kg.
Yang pasti, nilai kg lebih besar dari liter :) hehe....
Ferry (mantra_mantra_jingga@yahoo.com)
Tergantung jenis minyak atsirinya lho, Mbak. Apakah densitasnya besar atau kecil. Utk jenis minyak atsiri yg densitasnya lebih kecil dari 1 g/ml (nilam, sereh, pala), maka apabila menjual dgn satuan liter akan lebih menguntungkan dibandingkan satuan kg. Sebaliknya jenis minyak atsiri yg densitas lebih besar dari 1 g/ml (cengkeh, kayu manis, lajagowah), menjual dalam satuan kg akan lebih menguntungkan dibanding satuan liter.
Silakan mengimajinasikan statement saya di atas...:)
salam knal mas.saya eki mo nanya bagaimana cara pemasaran minyak nilamnya.kok sulit bnget. malah kemaren hampir ketipu
ReplyDeletedimana saya bisa membeli minyak atsiri dengan harga murah? kalau ada minyak atsiri aroma buah dan bunga kash tahu ya. bagi yang ingin jual hubungi saya di Tarantella.family@gmail.com terima kasih
ReplyDeleteKalau aroma buah agak sulit ya karena setahu saya hanya jeruk saja yg bisa dijadikan atsiri. Aroma buah lainnya kebanyakan aroma artifisial alias tiruan alias sintesis.
ReplyDeleteaku paling seneng minyak kayu putih yang cap jago...baunya arummm
ReplyDelete