(lanjutan dari Bag. 1)
11. Calamus Oil (Acorus calamus). Nama Indonesia dari tanaman ini adalah jeringau atau jeringo. Sering tumbuh liar di pinggiran sungai atau di rawa-rawa. Pokoknya di tempat-tempat yang tergenang air. Sepertinya memang di situlah habitatnya. Bagian yang disuling dan diambil minyak atsirinya adalah akar-akar yang merambat sampai mendekati batangnya. Dua tahun lalu saya pernah coba tanam jeringau ini meskipun bukan di lahan yang tergenang air. Hasilnya…..satu tahun kemudian tanamannya tetap segitu-gitu juga alias tidak ada perkembangan…hehe. Konon khabarnya, tanaman ini cukup banyak tumbuh liar di nusantara ini.
12. Camphor Oil (Cinnamomum camphora). Supaya gampang di-Indonesiakan, kita sebut saja “kamper”. Ingat kamper, ingat apa? Pastinya ingat yang namanya kapur barus buat nakut-nakutin kecoa dan serangga lainnya di dalam lemari. Tapi ternyata kamper atau kapur barus bukan dihasilkan dari tamaman ini tetapi dari tanaman Dryobalanops aromatic atau pohon kapur yang merupakan jenis pohon yang berada dalam ambang kepunahan. Nah, kalau kayu kamper yang dikenal sebagai kayu khas Kalimantan memang betul diambil dari tanaman jenis ini. Minyaknya disuling dari kayu yang terlebih dahulu dihancurkan seperti serbuk gergaji. Jika pohon dikatakan kayu khas kalimatan, artinya pohon ini juga banyak tumbuh di hutan-hutan Pulau Borneo ini. Tapi entah nilai ekonominya lebih besar yang mana, dijadikan produk kayu-kayuan atau minyak atsiri. Tentunya membutuhkan analisis dan kajian yang lebih mendalam.
13. Cardamom Oil (Ammomum cardamomum). Orang bilang ini adalah kapulaga, kapulogo, atau lebih singkat lagi…..kapol. Juga sering dikatakan kapulaga lokal dan dalam istilah Inggris sering dikatakan false cardamom. Mengapa disebut lokal, saya juga kurang paham. Mungkin karena yang asli dan sering dibudidayakan di negara ini. Sebenarnya jenis kapol yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional adalah kapulaga seberang (Elettaria cardamomum) yang sering disebut juga kapulaga India atau juga true cardamom. Hanya sayangnya yang jenis ini kurang banyak yang membudidayakannya. Untuk jenis ini, saya sering dengar istilah kapulaga hutan yang memiliki cirri-ciri persis dengan kapulaga seberang. Selain aroma yang membedakan keduanya, kapol lokal bentuknya bulat sedangkan kapol seberang berbentuk lonjong. Saya menanam beberapa tetapi masih yang jenis kapol lokal. Aroma minyak atsirinya seperti minyak kayu putih karena kandungan sineol-nya yang cukup tinggi.
14. Carrot Seed Oil (Daucus carota). Ternyata yang namanya wortel ini juga mengandung minyak atsiri, tapi bukan akarnya seperti yang biasa dimakan oleh si Bugs kelinci. Bukan kelinci saja yang suka, tapi juga manusia yang merupakan komposisi sayuran wajib pada aneka jenis sup. Yah…seperti tersurat pada namanya bahwa minyak atsiri dari tanaman ini diambil dari bijinya. Nah lho? Emang wortel ada bijinya ya. Kalau dibiarkan tua, tanaman ini tentunya akan memproduksi biji pada bagian atas daunya. Biasanya wortel dipanen sebelum muncul biji makanya mungkin ada yang bertanya-tanya dalam hati seperti dia atas J Daerah-daerah penghasil sayur-mayur di Indonesia, biasanya tidak lupa juga memproduksi wortel. Tapi memang tidak diambil bijinya, tapi akarnya yang berwarna orange untuk dijadikan konsumsi kita-kita ini. Sebagian dibiarkan menjadi tua hingga muncul biji yang pada akhirnya oleh para petani dijadikan sebagai benih.
15. Cassia Oil (Cinnamomum cassia). Banyak yang mengatakan tanaman ini adalah kayu manis China. Saya belum pernah lihat tanamannya, tapi yakin bahwa kayu manis jenis ini juga terdapat di negara kita dan mudah tumbuh pula. Minyak kayu manis jenis ini merupakan minyak kayu manis yang harganya paling murah di pasaran dunia. Sesuai dengan namanya, produsen terbesar minyak ini adalah China.
16. Celery Oil (Apium graveolens). Tanaman ini banyak diproduksi oleh petani-petani di dataran tinggi sebagai daerah sentra sayur-mayur. Yang hobi ke pasar atau hobi masak pasti tahu dong yang namanya seledri. Biasanya dijual satu paket dengan daun bawang. Minyak seledri ini bukan dihasilkan dari daunnya seperti yang biasa kita konsumsi melalui sayur sup atau kuah basho, melainkan dari bijinya. Meskipun banyak yang membudidayakan namun tidak secara khusus diambil bijinya untuk dijadikan minyak atsiri. Biji seledri pastinya digunakan sebagai benih dan sebagian juga digunakan untuk ramuan obat-obatan herbal.
17. Champaca Oil (Michelia alba). Michelia alba ini bunganya berwarna putih, sedangkan Michelia champaka berwarna kuning. Emang itu bunga apaan, sih? Bunga cempaka, Neng… . Wow, baik nama latin maupun nama Indonesia-nya cukup indah untuk dijadikan nama seorang anak perempuan. Michelia….?? Cempaka….?? Orang Jawa suka bilang bunga kanthil untuk cempaka putih (eiittss…bukan cempaka putih di Jakarta, lho). Nah, kalau orang Aceh suka bilang Bungong Jeumpa (ada lagunya khan?) untuk cempaka kuning. Bunganya bener-bener harum semerbak mewangi ke sekeliling negeri…weww. Di depan kantor saya tumbuh dengan subur pohon cempaka yang apabila sedang berbunga, mmmmhh….harumnya luar biasa sehingga tidak perlu lagi menggunakan pengharum ruangan. Untuk menghasilkan minyak cempaka dengan rendemen tinggi digunakan teknik ekstraksi pelarut dari bunga cempaka segar.
18. Cinnamon Bark Oil (Cinnamomum burmanii). Kabupaten Kerinci – Jambi merupakan sentra kayu manis jenis ini di Indonesia. Katanya sih, 85% produksi kayu manis (kulitnya lho, bukan minyak atsirinya) Indonesia didominasi oleh Kabupaten Kerinci yang memang sejak zaman leluhurnya dahulu kayu manis senantiasa menjadi sandaran perekonomian mereka (informasi ini menurut penduduk lokal di Kerinci saat saya berkunjung ke Kabupaten ini beberapa waktu lalu). Minyak atsirinya diambil dari kulit kayu dari tanaman yang produk rempahnya sering dinamakan “Cassia Vera” ini. Hanya jika ingin menyuling kulit kayu manis dengan rendemen tertinggi dan kualitas minyak terbaik harus menggunakan bahan baku kulit kayu yang tebalnya di atas 4 mm yang berasal dari pohon yang telah berusia di atas 15 atau bahkan 20 tahun.
19. Cinnamon Bark Oil (Cinnamomum zeylanicum). Orang banyak bilang ini jenis kayu manis India atau kayu manis Sri Lanka. Mungkin ini sesuai nama latinnya yaitu zeylanicum yang mungkin diambil dari kata “Ceylon” alias nama Inggrisnya negara Sri Lanka. Tapi….ah, ini sih cuma bisa-bisa saya saja…hehe. Saya pernah melihat tanaman ini di beberapa tempat di Indonesia. Meskipun tidak pasti apakah yang saya lihat itu jenis Zeylanicum atau bukan tetapi yang penting saya mengambil kesimpulan demikian tentunya berdasarkan analisis dan membaca-baca aneka informasi. Orang Jawa bilang tanaman ini adalah “manis jangan” atau Cinnamomum verum. Dari informasi yang saya peroleh Cinnamomum verum masih merupakan sinonim dari Cinnamomum zeylanicum. Jenis minyak kayu manis yang paling tinggi nilainya di pasara dunia adalah jenis Zeylanicum ini. Selain kulit kayunya, daun kayu manis ini pun juga bisa disuling (dan terjual) karena mengandung eugenol dalam jumlah yang tinggi seperti halnya minyak daun cengkeh. Memang dari beberapa pohon yang pernah saya lihat, saya juga cium daunnya (sudah menjadi kebiasaan saya selalu mencium pohon-pohon yang terasa “aneh” bagi saya…hehe) dan terasa kental aroma cengkeh. Fenomena ini cukup berbeda dengan daun kayu manis jenis Burmanii di atas.
20. Cinnamomum parthenoxylon Oil. Minyak ini sepertinya belum ada nama dagang khusus dalam pasaran minyak atsiri dunia. Beberapa nama daerah untuk tanaman ini diantaranya adalah Pakanangi atau Palio (Sulawesi) dan Kayu Selasihan (Jawa). Terkadang minyak ini sering disamakan dengan sassafras oil yang disuling dari tanaman karena secara aroma memang sama akibat kadar senyawa safrol yang tinggi di atas 95%. Padahal juga bukan sassafras oil karena sassafras dihasilkan dari tanaman jenis Sassafras variifolium. Sekitar 2 tahun yang lalu saya pernah nyuling kayu pakanangi ini sewaktu ada tamu yang tiba-tiba datang membawa bahan baku serbuk kayu palio untuk diujicoba suling di ketel percobaan saya. Meskipun demikian, sampai saat ini belum pernah lihat pohonnya seperti apa. Konon kabarnya, memang sudah ada sebuah perusahaan yang menyuling minyak ini di Sulawesi.
(bersambung ke Bag. 3)
11. Calamus Oil (Acorus calamus). Nama Indonesia dari tanaman ini adalah jeringau atau jeringo. Sering tumbuh liar di pinggiran sungai atau di rawa-rawa. Pokoknya di tempat-tempat yang tergenang air. Sepertinya memang di situlah habitatnya. Bagian yang disuling dan diambil minyak atsirinya adalah akar-akar yang merambat sampai mendekati batangnya. Dua tahun lalu saya pernah coba tanam jeringau ini meskipun bukan di lahan yang tergenang air. Hasilnya…..satu tahun kemudian tanamannya tetap segitu-gitu juga alias tidak ada perkembangan…hehe. Konon khabarnya, tanaman ini cukup banyak tumbuh liar di nusantara ini.
12. Camphor Oil (Cinnamomum camphora). Supaya gampang di-Indonesiakan, kita sebut saja “kamper”. Ingat kamper, ingat apa? Pastinya ingat yang namanya kapur barus buat nakut-nakutin kecoa dan serangga lainnya di dalam lemari. Tapi ternyata kamper atau kapur barus bukan dihasilkan dari tamaman ini tetapi dari tanaman Dryobalanops aromatic atau pohon kapur yang merupakan jenis pohon yang berada dalam ambang kepunahan. Nah, kalau kayu kamper yang dikenal sebagai kayu khas Kalimantan memang betul diambil dari tanaman jenis ini. Minyaknya disuling dari kayu yang terlebih dahulu dihancurkan seperti serbuk gergaji. Jika pohon dikatakan kayu khas kalimatan, artinya pohon ini juga banyak tumbuh di hutan-hutan Pulau Borneo ini. Tapi entah nilai ekonominya lebih besar yang mana, dijadikan produk kayu-kayuan atau minyak atsiri. Tentunya membutuhkan analisis dan kajian yang lebih mendalam.
13. Cardamom Oil (Ammomum cardamomum). Orang bilang ini adalah kapulaga, kapulogo, atau lebih singkat lagi…..kapol. Juga sering dikatakan kapulaga lokal dan dalam istilah Inggris sering dikatakan false cardamom. Mengapa disebut lokal, saya juga kurang paham. Mungkin karena yang asli dan sering dibudidayakan di negara ini. Sebenarnya jenis kapol yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional adalah kapulaga seberang (Elettaria cardamomum) yang sering disebut juga kapulaga India atau juga true cardamom. Hanya sayangnya yang jenis ini kurang banyak yang membudidayakannya. Untuk jenis ini, saya sering dengar istilah kapulaga hutan yang memiliki cirri-ciri persis dengan kapulaga seberang. Selain aroma yang membedakan keduanya, kapol lokal bentuknya bulat sedangkan kapol seberang berbentuk lonjong. Saya menanam beberapa tetapi masih yang jenis kapol lokal. Aroma minyak atsirinya seperti minyak kayu putih karena kandungan sineol-nya yang cukup tinggi.
14. Carrot Seed Oil (Daucus carota). Ternyata yang namanya wortel ini juga mengandung minyak atsiri, tapi bukan akarnya seperti yang biasa dimakan oleh si Bugs kelinci. Bukan kelinci saja yang suka, tapi juga manusia yang merupakan komposisi sayuran wajib pada aneka jenis sup. Yah…seperti tersurat pada namanya bahwa minyak atsiri dari tanaman ini diambil dari bijinya. Nah lho? Emang wortel ada bijinya ya. Kalau dibiarkan tua, tanaman ini tentunya akan memproduksi biji pada bagian atas daunya. Biasanya wortel dipanen sebelum muncul biji makanya mungkin ada yang bertanya-tanya dalam hati seperti dia atas J Daerah-daerah penghasil sayur-mayur di Indonesia, biasanya tidak lupa juga memproduksi wortel. Tapi memang tidak diambil bijinya, tapi akarnya yang berwarna orange untuk dijadikan konsumsi kita-kita ini. Sebagian dibiarkan menjadi tua hingga muncul biji yang pada akhirnya oleh para petani dijadikan sebagai benih.
15. Cassia Oil (Cinnamomum cassia). Banyak yang mengatakan tanaman ini adalah kayu manis China. Saya belum pernah lihat tanamannya, tapi yakin bahwa kayu manis jenis ini juga terdapat di negara kita dan mudah tumbuh pula. Minyak kayu manis jenis ini merupakan minyak kayu manis yang harganya paling murah di pasaran dunia. Sesuai dengan namanya, produsen terbesar minyak ini adalah China.
16. Celery Oil (Apium graveolens). Tanaman ini banyak diproduksi oleh petani-petani di dataran tinggi sebagai daerah sentra sayur-mayur. Yang hobi ke pasar atau hobi masak pasti tahu dong yang namanya seledri. Biasanya dijual satu paket dengan daun bawang. Minyak seledri ini bukan dihasilkan dari daunnya seperti yang biasa kita konsumsi melalui sayur sup atau kuah basho, melainkan dari bijinya. Meskipun banyak yang membudidayakan namun tidak secara khusus diambil bijinya untuk dijadikan minyak atsiri. Biji seledri pastinya digunakan sebagai benih dan sebagian juga digunakan untuk ramuan obat-obatan herbal.
17. Champaca Oil (Michelia alba). Michelia alba ini bunganya berwarna putih, sedangkan Michelia champaka berwarna kuning. Emang itu bunga apaan, sih? Bunga cempaka, Neng… . Wow, baik nama latin maupun nama Indonesia-nya cukup indah untuk dijadikan nama seorang anak perempuan. Michelia….?? Cempaka….?? Orang Jawa suka bilang bunga kanthil untuk cempaka putih (eiittss…bukan cempaka putih di Jakarta, lho). Nah, kalau orang Aceh suka bilang Bungong Jeumpa (ada lagunya khan?) untuk cempaka kuning. Bunganya bener-bener harum semerbak mewangi ke sekeliling negeri…weww. Di depan kantor saya tumbuh dengan subur pohon cempaka yang apabila sedang berbunga, mmmmhh….harumnya luar biasa sehingga tidak perlu lagi menggunakan pengharum ruangan. Untuk menghasilkan minyak cempaka dengan rendemen tinggi digunakan teknik ekstraksi pelarut dari bunga cempaka segar.
18. Cinnamon Bark Oil (Cinnamomum burmanii). Kabupaten Kerinci – Jambi merupakan sentra kayu manis jenis ini di Indonesia. Katanya sih, 85% produksi kayu manis (kulitnya lho, bukan minyak atsirinya) Indonesia didominasi oleh Kabupaten Kerinci yang memang sejak zaman leluhurnya dahulu kayu manis senantiasa menjadi sandaran perekonomian mereka (informasi ini menurut penduduk lokal di Kerinci saat saya berkunjung ke Kabupaten ini beberapa waktu lalu). Minyak atsirinya diambil dari kulit kayu dari tanaman yang produk rempahnya sering dinamakan “Cassia Vera” ini. Hanya jika ingin menyuling kulit kayu manis dengan rendemen tertinggi dan kualitas minyak terbaik harus menggunakan bahan baku kulit kayu yang tebalnya di atas 4 mm yang berasal dari pohon yang telah berusia di atas 15 atau bahkan 20 tahun.
19. Cinnamon Bark Oil (Cinnamomum zeylanicum). Orang banyak bilang ini jenis kayu manis India atau kayu manis Sri Lanka. Mungkin ini sesuai nama latinnya yaitu zeylanicum yang mungkin diambil dari kata “Ceylon” alias nama Inggrisnya negara Sri Lanka. Tapi….ah, ini sih cuma bisa-bisa saya saja…hehe. Saya pernah melihat tanaman ini di beberapa tempat di Indonesia. Meskipun tidak pasti apakah yang saya lihat itu jenis Zeylanicum atau bukan tetapi yang penting saya mengambil kesimpulan demikian tentunya berdasarkan analisis dan membaca-baca aneka informasi. Orang Jawa bilang tanaman ini adalah “manis jangan” atau Cinnamomum verum. Dari informasi yang saya peroleh Cinnamomum verum masih merupakan sinonim dari Cinnamomum zeylanicum. Jenis minyak kayu manis yang paling tinggi nilainya di pasara dunia adalah jenis Zeylanicum ini. Selain kulit kayunya, daun kayu manis ini pun juga bisa disuling (dan terjual) karena mengandung eugenol dalam jumlah yang tinggi seperti halnya minyak daun cengkeh. Memang dari beberapa pohon yang pernah saya lihat, saya juga cium daunnya (sudah menjadi kebiasaan saya selalu mencium pohon-pohon yang terasa “aneh” bagi saya…hehe) dan terasa kental aroma cengkeh. Fenomena ini cukup berbeda dengan daun kayu manis jenis Burmanii di atas.
20. Cinnamomum parthenoxylon Oil. Minyak ini sepertinya belum ada nama dagang khusus dalam pasaran minyak atsiri dunia. Beberapa nama daerah untuk tanaman ini diantaranya adalah Pakanangi atau Palio (Sulawesi) dan Kayu Selasihan (Jawa). Terkadang minyak ini sering disamakan dengan sassafras oil yang disuling dari tanaman karena secara aroma memang sama akibat kadar senyawa safrol yang tinggi di atas 95%. Padahal juga bukan sassafras oil karena sassafras dihasilkan dari tanaman jenis Sassafras variifolium. Sekitar 2 tahun yang lalu saya pernah nyuling kayu pakanangi ini sewaktu ada tamu yang tiba-tiba datang membawa bahan baku serbuk kayu palio untuk diujicoba suling di ketel percobaan saya. Meskipun demikian, sampai saat ini belum pernah lihat pohonnya seperti apa. Konon kabarnya, memang sudah ada sebuah perusahaan yang menyuling minyak ini di Sulawesi.
(bersambung ke Bag. 3)
PAk fery, saya pesan 4 unit alat pemisah minyak nilam, berapa harganya? makasaih
ReplyDeleteMohon dikirim penawaran harga lengkap dengan brochures kapasitas distilasi :
ReplyDeletea. ( Kapasitas : 50kg - 100 kg ( 2 kapasitas)
b. system rebus dam system direct
Untuk penggunaan :
1. bunga kenanga
2. nilam
* Bahan tangki bawah (SS )
- bahan bakar : gas, kayu
beserta cara pembayaran dan ongkos kirim
ke email saya : bambangpram@yahoo.com
Slam pak fery. pak minta iofo spesifikasi penyulingan nilam teknik rebus 200kg, 250kg dan 300kg. mhon dterangkan diameter, tinggi, tebal bhan stainles stel, pendingin, beserta gambar lengkapnya. trims peneranganya.
ReplyDeleteclzyudha@gmail.com
sukses selalu gan
ReplyDelete