Sunday, October 09, 2016

MINYAK ATSIRI PALSU.....Arrgghhh !! (Bagian 1)

Supaya tidak kepanjangan, tulisan ini akan saya pisahkan menjadi 2 bagian.

Sebelumnya saya ingin menjelaskan terminologi “palsu” dalam konteks minyak atsiri. Ada beberapa kondisi dimana minyak atsiri bisa disebut palsu, diantaranya adalah :
1.       Fragrance oil (termasuk di dalamnya essence dan flavor), palsu karena fragrance oil hanyalah kamuflase dari aroma minyak atsiri atau dapat dikatakan sebagai minyak atsiri artifisial. Fragrance oil hanya berkontribusi terhadap aroma, tetapi TIDAK pada sifat-sifat theurapetic dari minyak atsiri yang murni.
2.       Dillution oil, palsu karena minyak atsiri yang murni telah diencerkan baik itu menggunakan pelarut (ethanol, ether, isopropil alkohol, dll) maupun carrier oil. Carrier oil ini biasanya berupa minyak-minyak nabati seperti minyak kelapa (coconut), minyak sawit (palm), minyak zaitun (olive), minyak wijen (sesame), minyak kemiri (kukui nut), minyak jarak (castor), dan lain sebagainya yang kalau saya sebutkan satu-persatu barangkali bisa puluhan jenis.
3.       Palsu karena adanya penambahan minyak atsiri lain pada suatu minyak atsiri yang memiliki karakteristik “mirip” (biasanya karena kadar komponen utama penyusunnya sama) namun harganya jauh lebih murah.
4.       Palsu karena adanya penambahan komponen utama suatu minyak atsiri dengan komponen lain yang sama, tetapi komponen tersebut diperoleh dari hasil sintesis (bingung gak ya kalimatnya...hehe).

Mari kita elaborasi satu-persatu kondisi palsu di atas.

FRAGRANCE OIL
Saya kira yang paling banyak terjadi dan masyarakat awam belum memahaminya secara benar adalah perbedaan antara fragrance oil dan essential oil (minyak atsiri). Fragrance oil, kadang disebut juga aromatic oil atau perfume oil,  diciptakan untuk memberikan aroma yang sama seperti aroma minyak atsiri (ataupun ekspresi aroma lainnya). Caranya dengan mencampurkan (blending) berbagai macam komponen kimia aromatis (baik sintesis atau natural), termasuk di dalamnya ada juga minyak atsiri sehingga dihasilkan suatu aroma yang diinginkan. Tentunya yang bisa melakukan ini adalah seorang perfumer yang sudah berpengalaman atau dari perusahaan flavor and fragrance yang kompeten di bidangnya. Fragrance dibuat memang untuk keperluan penciptaan aroma, misalnya aroma melati (jasmine), aroma mawar (rose), aroma kamboja (frangipani), aroma champaka/magnolia (cempaka), aroma sedap malam (tuberose), aroma lily, aroma lotus, aroma violet, dll.

Tidak ada yang salah dengan fragrance, yang TIDAK ETIS adalah memperdagangkan fragrance oil  tetapi dengan LABEL essential oil, sehingga membuat customer merasa “tertipu”. Jenis-jenis essential oil di atas (terutama yang berasal dari bunga-bungaan) adalah jenis minyak atsiri yang harganya cukup fantastis sampai puluhan juta per kg nya. (Mengapa mahal? Nanti akan dibahas pada tulisan-tulisan berikutnya).  Sehingga apabila di pasaran didapatkan produk yang harganya begitu rendah, tentulah patut dicurigai bahwa produk tersebut bukanlah essential oil tetapi fragrance oil. Kan tidak mungkin minyak mawar (misalnya, Bulgarian rose absolute) yang harganya lebih dari 70jt/kg, tetapi di pasaran dijual per 10 ml cuma Rp 50.000,- atau Rp 200.000,-. Atau bahwa ada pula yang lebih rendah dari itu.

Berikut ini saya sampaikan contoh formulasi untuk menghasilkan jasmine fragrance (aroma melati). Benzyl acetate (50%), 1-p-menthen-8-ol (10%), methyl-2-aminobenzoate (5%), 4-(2,5,6,6-tetramethyl-2-cyclohexen-1-yl)-3-buten-2-one (5%) [fiuuhhh....ini senyawa panjang amat...], 3-methylbutyl o-hydroxybenzoate (5%), a-cinnamaldehyde (5%), cananga oil (5%), petitgrain oil (5%), styrax (5%), musk xylene (3%), eugenol (2%). Apabila komponen-komponen di atas dicampurkan/diblend, maka akan dihasilkan aroma melati. (Kalau nggak percaya, silakan dicoba....hehe.  Meskipun pasti bingung beli komponen-komponen penyusunnya itu di lapak mana).

Sedangkan jasmine absolute (pada tulisan ini saya asumsikan absolute=essential oil, meskipun ada perbedaan terutama dari sisi metode isolasinya) berdasarkan analisis GC-MS, mengandung komponen-komponen sebagai berikut; benzyl acetate(65%), linalool (15%), benzyl alcohol (5%), indole (2,5%), benzyl benzoate (3%), cis-jasmone (3%), geranoil (1%), mentyl anthranilate (0,5%), dan yang lainnya dalam jumlah kecil seperti p-cresol, farnesol, cis-3-hexenyl benzoate.

Kita lihat di atas bahwa antara fragrance oil dan essential oil terdapat kandungan komponen utama yang sama, yaitu benzyl acetate. Senyawa inilah yang berkontribusi besar terhadap aroma melati yang selama ini kita kenal. Tetapi perlu diketahui bahwa senyawa benzyl acetate dapat diperoleh secara sintesis kimiawi sehingga biaya produksinya jauh lebih murah. Ester benzyl acetate dapat dibuat dengan cara mereaksikan benzyl alcohol dengan acetic acid (asam asetat). Kedua senyawa reaktan tersebut masih merupakan produk turunan minyak bumi. Hal yang sama kurang lebih juga terjadi pada berbagai jenis fragrance oil.

Menggunakan fragrance untuk berbagai keperluan juga tidak salah karena ini tergantung pada tujuan dari si pembuat atau si formulator suatu produk. Fragrance oil digunakan untuk memperkuat aroma dari suatu produk. Misalnya, membuat sabun atau produk perawatan kulit (skincare) dengan aroma mawar atau melati. Jika menggunakan essential oil (absolute) pasti harganya akan sangat mahal sehingga digunakanlah fragrance oil.  Tetapi sabun atau produk-produk skincare yang menggunakan aroma dari fragrance oil tidak layak untuk disebut “natural soap/skincare”. Atau bisa juga membuat perfume dari fragrance oil.

Kalau kita bicara pada tataran aromatherapy, tentunya penggunaan fragrance oil menjadi sesuatu yang tidak bermanfaat. Namanya juga “therapy”, sudah pasti akan memunculkan efek penyembuhan (healing) pada penggunaannya. Dari essential oil murni inilah dengan kompleksitas komponen-komponen di dalamnya yang saling bersinergi untuk memberikan efek penyembuhan. Dan karakter ini tidak didapatkan dari fragrance oil alias kita hanya mendapatkan aromanya saja, TANPA unsur therapy di dalamnya.

Ada kenyataan lain pula yang sebenarnya perlu kita informasikan dan pertimbangkan. Ada yang memperdagangkan essential oil dari buah-buahan seperti strawberry, melon, anggur, durian, pisang, dll. Perlu untuk diketahui bahwa buah-buah tersebut TIDAK BISA diambil minyak atsirinya karena memang TIDAK ADA. Yang memicu aroma buah tersebut adalah komponen-komponen ester. Sehingga dapat dipastikan produk tersebut bukanlah essential oil, tetapi hanyalah flavor atau essence belaka. Secara artifisial, aroma-aroma buah-buahan tersebut bisa disintesis secara kimiawi dari berbagai senyawa kimia. Kurang lebih sama seperti penjelasan mengenai fragrance oil sintesis di atas.

Ada juga jenis-jenis bahan alam aromatis lain yang tidak mengandung minyak atsiri, tetapi yang dieksploitasi adalah ekstraknya. Contohnya adalah green tea, kopi, cocoa, vanilla (?). Sehingga apabila ditawarkan produk berupa green tea ESSENTIAL OIL, menurut pandangan saya produk tersebut adalah salah satu diantara essence, flavor, atau hanya ekstrak (ekstrak biasanya berbentuk serbuk atau cairan kental/viscous liquid). Oleh sebab itu, TIDAK termasuk kategori essential oil.

Lalu, bagaimana membedakan mana yang essential oil murni, fragrance oil, atau essence/flavor?


(BERSAMBUNG ke Bagian 2)

No comments:

Post a Comment

Silakan memberikan komentar untuk tulisan ini.......