Friday, June 15, 2012

Pengolahan minyak nilam dengan teknik fermentasi - sebuah komentar (2)

Saya ingin melanjutkan komentar saya perihal proses produksi minyak nilam dengan teknik fermentasi yang konon khabarnya bisa mencapai rendemen 10-16%.  Pada tulisan saya sebelumnya mengenai subyek ini, memang tidak saya tuliskan secara eksplisit apakah teknik di atas benar atau salah. Memang bukan tipikal komentar hitam atau putih. Kalau memang mau dikatakan komentar abu-abu, ya silakan saja :) Saya hanya memberikan pertimbangan-pertimbangan baik dari sisi batasan pemahaman ilmiah saya maupun dari sisi entitas bisnisnya itu sendiri. Selebihnya, silakan rekan-rekan pembaca untuk berfikir dan mencerna kembali sedalam-dalamnya, apalagi jika memang benar-benar berminat dan serius menekuni dunia perminyak-atsirian ini.

Ada berbagai alasan mengapa saya tidak bisa memberikan komentar/tanggapan yang “hitam atau putih”. Diantaranya adalah :

1. Saya sendiri belum pernah mencoba dan mempraktekkan langsung teknik tersebut, jadi nggak bisa dong bilang itu salah atau itu benar. Saya cuma ambil analisis, sekali lagi menurut batasan logika dan kemampuan ilmiah dan teoritis yang saya miliki. Kalau mau mendengarkan komentar yang yang lebih jelas dan obyektif, silakan ditanyakan kepada teman-teman yang pernah mengikuti program trainingnya lalu mencobanya sendiri di rumahnya masing-masing :) Jangan ditanyakan kepada saya…hehe. Saya sih cuma nyuling-nyuling biasa saja dan dengan cara-cara yang umum-umum saja.

2. Saya teringat peristiwa beberapa waktu lalu perihal “blue energy” yaitu konsep bahan bakar/energi menggunakan air yang  Bapak Presiden kita yang terhormat pun sempat terkesima dengan kajian ini dan sampai-sampai menjadikannya sebagai program nasional. Para pakar terkait beramai-ramai mempergunjingkan konsep ini (termasuk teman-teman saya dan beberapa kolega saya yang paham mengenai sisi ilmiahnya) karena menurut mereka hal ini adalah sesuatu yang mustahil terjadi karena “menyalahi” hukum alam, yaitu hukum termodinamika I mengenai neraca energi (energy balance)….Upsss…maaf kalau saya ngomong “jorok”…hehehe. Dan ternyata, gunjingan itu bisa jadi benar karena gaungnya sampai saat ini (setelah lebih dari 4 tahun semenjak issu itu beredar) tidak terdengar sama sekali dan hilang ditelan bumi. So, menurut saya benar atau tidaknya teknik “revolusioner” fermentasi nilam tinggal menunggu waktu saja. Kalau sampai 1 atau 2 tahun mendatang ternyata banyak orang mengadopsi teknik ini dan menjadi sesuatu yang umum diperbincangkan, maka kita anggap saja teknik tersebut benar. Tentunya terlepas dari dampak bisnis minyak nilam secara global akibat ditemukannya teknik revolusioner ini.

3. Kalau konsep “blue energy” di atas dikatakan sangat menyimpang dari hukum alam, apakah teknik fermentasi untuk pengolahan minyak nilam juga menyalahi hukum alam? Mari kita bercermin pada peristiwa fermentasi sederhana, yaitu pembuatan alkohol/ethanol (boleh dibaca = bioethanol). Apa yang terjadi pada proses tersebut? Ethanol melalui teknik fermentasi biasanya menggunakan bahan-bahan baku yang mengandung kadar pati atau karbohidrat yang tinggi. Sebut saja; ubi kayu/singkong, jagung, sorghum, molase/tetes tebu, kentang, sagu, sukun, nira (aren, kelapa, siwalan, lontar, nipah, dll). Pati yang terkandung di dalam bahan-bahan di atas terlebih dahulu dipecah menggunakan bantuan enzim pemecah pati seperti – yang paling umum – amilase  menjadi maltosa dan lebih lanjut menjadi glukosa. Dengan bantuan bakteri penghasil alkohol seperti Saccharomyces cereviseae, maka glukosa ini (dengan kondisi yang tepat) lebih lanjut akan terkonversi ethanol.  Lalu, kaldu fermentasi ini disuling deh (bahasa kerennya di-distilasi) untuk menciptakan kadar ethanol yang lebih tinggi. Apakah peristiwa atau reaksi-reaksi sejenis di atas “mungkin” terjadi pada daun nilam? Seperti yang sudah saya jelaskan pada bagian pertama tulisan ini, minyak nilam adalah satu kesatuan produk yang tersusun atas puluhan komponen kimia (mainly Patchouli Alcohol/PA). Bakteri apa yang cukup hebat mengkonversi selulosa, lignin, hemiselulosa, air, atau abu yang merupakan komposisi dari daun nilam menjadi aneka jenis komponen-komponen kimia penyusun minyak nilam yang cukup kompleks sehingga kadar minyaknya bisa menjadi 10-16%?? Mmmm….mungkin nggak ya? Saya sih kurang ahli pada masalah-masalah per-mikrobiologi-an seperti ini. Anggap saja mungkin terjadi yah…:)

Saya punya cerita lagi, nih? Mudah-mudahan tidak bosan menyimak cerita saya yang kali ini boleh dibilang ngelantur dan “ngomong jorok”. Saya alumni jurusan Teknik Kimia (tingkat sarjana, kalau masternya belum lulus udah mundur karena terlalu banyak ‘berkelana’). Waktu tingkat akhir ada mata kuliah yang namanya “Perancangan Proses”. Dosennya pada waktu itu adalah Prof. Ir. Saswinadi Sasmojo, Msc, PhD (sengaja saya tulis gelarnya lengkap biar keren…hehe, mudah-mudahan si empunya nggak baca karena beliau paling anti nulis-nulis gelarnya yang seabreg-abreg itu). Mata kuliah yang sangat filosofis dan fundamentalis mengenai pola-pola dan dasar pemikiran dalam merancang suatu proses. Salah satu studi kasus wajib pada mata kuliah ini adalah penemuan proses Solvay (nah, apa tuh??). 
Proses Solvay adalah proses pembuatan soda abu (natrium karbonat/Na2CO3) dengan bahan baku garam NaCl dan batu kapur (CaCO3) yang ditemukan oleh seorang industrialis Belgia bernama Ernest Solvay pada tahun 1861. Soda abu adalah bahan kimia anorganik dasar yang sangat tinggi permintaannya di dunia dan digunakan pada berbagai macam industri. Sebelum ditemukan proses Solvay, pembuatan soda abu ini merupakan proses yang sangat mahal karena menggunakan bahan baku yang harganya juga mahal. Proses Solvay menggunakan bahan baku yang sangat murah dan banyak tersedia berlimpah di alam yaitu garam NaCl dan batu kapur CaCO3. Tetapi yang meragukan para ahli pada waktu itu adalah bahwa garam NaCl dan kapur CaCO3 sama-sama berupa padatan. Bagaimana mungkin mereaksikan keduanya yang berupa padatan sehingga bisa berubah menjadi soda abu Na2CO3 menurut reaksi :
                  2 NaCl + CaCO3 → Na2CO3 + CaCl2
Padahal secara hukum alam, reaksi di atas sangat mungkin bisa terjadi. Menurut ilmu termodinamika yaitu konsep energy bebas Gibbs, jika DG dari reaksi tersebut negatif maka reaksi akan berjalan spontan (please, jangan tanya-tanya masalah ini….hehehe). Langsung pada esensinya, ternyata si Solvay ini mampu melakukan teknik-teknik dan strategi jitu lagi cerdik dengan memecah-mecah menjadi 6 reaksi yang pada intinya sebenarnya adalah pengejawahtahan dari reaksi di atas secara real. (Catatan = Tentunya saya tidak akan tulis keenam reaksi tersebut karena bikin pembaca merasa “tujuh keliling”. Blog ini khan untuk penggemar minyak atsiri, bukan untuk orang teknik kimia) Alhasil, dengan ditemukannya proses Solvay dengan jalur yang cerdik ini maka peta industri per-alkali-an (yang ngaku pernah sekolah sampai SMA - IPA harusnya tahu apa itu “alkali”) di dunia berubah total. Proses Solvay untuk produksi soda abu pun berkembang pesat sampai dengan saat ini. Dan hanya terkalahkan oleh tambang mineral soda abu (Trona) di Green River, Wyoming - USA karena langsung tersedia di alam tanpa dibuat melalui serangkaian reaksi kimia. Dan…masih banyak studi-studi kasus serupa yang intinya sama seperti di atas untuk aneka produk lainnya.

Jadi.....
Kembali ke masalah minyak nilam rendemen 10-16%. Bercermin (bercermin terus, sekarang diganti jadi berkaca.....) dari cerita saya di atas, jika memang terbukti benar tentunya teknik ini akan berkembang cukup pesat. Dan baru terkalahkan setelah ditemukannya tambang minyak nilam…hehe. Cukup disedot dari perut bumi, langsung saring pakai kain monel dan jadilah minyak nilam :). Mmmmh… kebutuhan soda abu dunia saat ini sekitar 48.000.000 ton per tahun, sedangkan minyak nilam cuma 1500-1800 ton per tahun. Entah, mungkin akan ada aplikasi-aplikasi lain dari minyak nilam selain untuk fiksatif dalam dunia perfumery. Teriring lagu dangdut buah karya Caca Handika……. Mandi NILAM tengah malam jangan kau lakukan kalau hanya mengharap maaf dariku……………

 
Well, saya cuma berharap di tengah ketidakmenentuan situasi dan anjloknya harga minyak nilam ini, mudah-mudahan tidak ada pihak-pihak tertentu yang mencoba untuk memanfaatkan situasi dari kegamangan para pelaku industri kecil minyak nilam atau pemain-pemain pemula dengan mengorbarkan berita-berita atau pernyataan-pernyataan yang yang belum teruji kebenarannya secara nyata untuk kepentingan jangka pendek semata.

1 comment:

  1. Kenapa mas ferry tidak mencoba saja teknik ini? Saya pikir, dengan adanya percobaan yg mas ferry lakukan, maka "kasus" ini ga jadi abu2 lagi....Apalagi kalau hasil percobaan tsb mas tuangkan dalam blog ini...pasti tambah mantab!! krn saya yakin, ulasan mas pasti sangat menarik apalagi selalu disertai dengan analisa2 yg ga bikin kepala berasap....

    Ayo mas, luangkan waktu utk melakukan percobaan.
    Kalau itu hitam...katakan hitam....
    kalau itu putih...katakan putih....
    kalau itu msh abu2...yaaah...kami bisa mencari informasi kemana lagi ya?hhehehehe.....

    ReplyDelete

Silakan memberikan komentar untuk tulisan ini.......