Wednesday, August 01, 2007

Tanya : Minyak Nilam

Question from Joni Minggu
Salam kenal Mas Ferry,Saya Jon dari makassar dan saat ini mencoba memulai usaha minyak nilam. Saya menjalin kerjasama dengan para petani dari daerah saya, dan saat ini mereka mulai menanam nilam (sebagian sudah siap panen) dan mereka meminta saya untuk memasarkan daun nilam kering, tapi pertimbangan saya biaya transportasi ke luar sulawesi lumayan besar maka saya berpikir untuk menyediakan alat penyulingan. Saya mau membuat alat penyulingan untuk kapasitas 200 kg/batch dan sedang mencari jalur pemasaran minyak nilam.Saya mulai surfing dan ketemu sama blognya mas Ferry dari PT Pavettia dan tentunya berharap saya bisa menjalin kerjasama dalam jangka panjang dengan Mas Ferry. Apakah Mas Fer bisa membantu saya desain alat penyulingan minyak nilam sesuai kapasitas 200 kg/batch (desain teknis dan sistim kontrolnya), dan apakah Mas Fer bisa menampung hasil produksi kami nantinya. Kemudian apakah sekarang ini minyak nilam masih prospek untuk dikembangkan?
Sekian dulu Mas Fer, saya tunggu jawaban secepatnya.

Joni Minggu

Jawaban Ferry
Dear Pak Joni…
Terima kasih atas emailnya dan salam kenal kembali. Langsung saja.....
Untuk membuat unit produksi minyak nilam kapasitas 200 kg daun kering (campuran batang dan daun yang dirajang)/proses dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Membuat 2 unit penyulingan masing-masing 100 kg/proses
2. Membuat langsung 1 ketel suling ukuran besar untuk 200 kg/proses
Cara penyulingannya pun biasanya dilakukan 2 cara :
1. Sistem kukus (tanpa boiler)
2. Sistem penyulingan uap (menggunakan boiler).
Sistem kukus tentu saja lebih murah karena tidak menggunakan boiler. Untuk sistem kukus ini dengan ketel suling yang memuat 200 kg nilam/proses dengan bahan stainless steel (SS-304) 3 mm membutuhkan dana pembuatan sekitar 35 juta rupiah (termasuk ketel suling, kondensor, dan pemisah minyak), tetapi tidak termasuk pembuatan tungku pembakaran. Sedangkan sistem boiler tinggal ditambahkan saja untuk harga boiler sekitar 35 juta utk boiler yang otomatis dan lebih modern atau boiler sederhana 8 - 15 juta (tergantung desain). Keduanya dari material mild steel/carbon steel. Itu hanya contoh-contoh saja Pak Joni.

Menurut saya, untuk membuat/mendesain alat penyulingan nilam kapasitas 200 kg/proses, biayanya bisa bervariasi antara 15 juta – sekitar 100 juta. Jadi tergantung budjet yang diinginkan untuk investasi alat. Semakin besar investasinya maka alatnyapun semakin modern dan penanganannya lebih mudah/praktis.

Contoh : untuk 15 juta (ketel suling dari besi biasa/mild steel 3 mm, pendingin/kondenser stainless steel model spiral, tidak menggunakan boiler alias sistem kukus). Harga tersebut berlaku untuk di Jawa, Pak. Dan belum termasuk untuk pembuatan tungku pembakarannya.

Mungkin begini Pak Joni, saya nanti akan membantu mendesainkan alat sulingnya tergantung pada budjet yang dianggarkan. Karena seperti saya katakan tadi bahwa investasi untuk unit produksi minyak nilam ini sangat bervariatif.

Mengenai pemasaran, kebetulan di Jawa banyak yang menerima minyak nilam. Untuk masalah pemasaran akan saya bantu selama masih dipasarkan di pedagang-pedagang atsiri di Jawa. Hanya saya harus memastikan dulu kualitas minyak nilam yang ditanam di Sulawesi ini masuk spek tidak untuk diperjualbelikan di Jawa. Mungkin Pak Joni pernah mencoba untuk mengecek kualitas minyak nilam asal Sulawesi.

Salam,
-ferry-

Tanggapan Joni Minggu
terima kasih mas ferry atas tanggapannya....
Saya memulai bisnis minyak nilam ini sama seperti yang mas Ferry ceritain di blognya saat mas Ferry merintis minyak nilam dulu... kesulitan pendanaan :) Dana yang dianggarkan pun tidak gede2 amat (sktr 20 jutaan)... itupun dengan susah payah nyodorin proposal kesana kemari. Supaya biayanya murah saya ingin membuat alat suling sendiri di bengkel2 las lokal. Design kasarnya sudah saya diskusikan dengan pemilik bengkel las, tapi masalahnya belum selesai... metode pengisian air ketel. Sekali lagi mohon bantuan mas Ferry.... jika diisi dengan pompa cara manual apakah untuk mengetahui level air di ketel bisa menggunakan glass level indikator atau ada instrumen lain? Atau mas Ferry ada saran lain? Oh iya, standar spesifikasi minyak nilam yang diperdagangkan seperti apa mas? sekedar informasi daerah pengembangan nilam tempat petani2 mitra saya berada pada ketinggian 600-900 meter dpl, dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Apakah kondisi ini akan mempengaruhi kualitas minyak nilamnya?
Mohon maaf mas Ferry kalo kepanjangan, saya senang sekali atas responnya... dan terima kasih atas bantuan saran pembuatan dan kesediaan membantu dalam hal pemasarannya.

Hormat saya,
Joni Minggu

Tanggapan Ferry:
Mas Joni.....
Kalau standar spesifikasinya sih biasanya kadar PA-nya di atas 30% itu sudah cukup. Dari informasi yang saya dapatkan, nilam dari Sulawesi katanya cukup baik kok, baik ditinjau dari sisi rendemen maupun kualitasnya. Di Jawa juga banyak kok yang ditanam di ketinggian 600 - 900 dpl seperti yang Mas ceritakan. O ya, itu lokasinya di SulSel ya? Bone, Maros, Soppeng?

Mengenai level air, dapat diketahui menggunakan glass level indikator biasa untuk penyulingan sistem kukus. Sedangkan pengisian airnya dapat menggunakan pompa manual biasa. Namun alangkah lebih baik jika air yang diisikan itu adalah air kondensat yang sudah dipisahkan dari minyaknya. Karena air kondensat (biasanya berwarna keruh/berawan) itu masih mengandung sejumlah minyak atsiri yang teremulsi dalam air sehingga jika air yang dikembalikan ke ketel, minyak yang terlarut tersebut dapat di-recovery kembali.
O ya Mas Joni, harga daun nilam kering di sana berapa ya?

salam,
-ferry-