Saturday, March 29, 2008

JAVA PALMAROSA OIL : Menapak Wangi yang Terlupakan

JAVA PALMAROSA OIL : Menapak Wangi yang Terlupakan

Malam ini di pelosok Ciawi yang sunyi, ditemani secangkir kopi krim, sebatang Surya Pro (sorry ya, bukan promosi..:p), dan deru burner boiler yang menyuplai uap ke ketel suling pala kami (sedang produksi, nih..:) saya iseng membaca buku Ernest Guenther – Mbahnya minyak atsiri – Volume IV (edisi asli Bahasa Inggris). Mmmhhh....sedikit terhenyak!! Apa pasal?

Begini bunyi dua paragraph awal (setelah saya terjemahkan) dalam risalah Minyak Palmarosa Jawa.

"Beberapa tahun menjelang Perang Dunia II, Pulau Jawa sudah melakukan produksi minyak palmarosa dari tanaman Cymbopogon martini Var. Motia yang merupakan palmarosa asli. Awalnya produksi relatif sangat kecil, tapi pada tahun 1937 Pulau Jawa mengekspor 2755 minyak, terutama ke Belanda dan Inggris. Tahun 1938, jumlah ekspor meningkat menjadi 4721 kg.

Minyak palmarosa Jawa disuling dari tanaman yang dibudidayakan. Sebelum Perang Dunia II, di Jawa terdapat 5 buah penyulingan yang semuanya milik orang Eropa dan salah satu yang utama terdapat di Padalarang (dekat Bandung) yang dapat menyuling 1000 – 2000 kg minyak per tahun. Produsen lain dalam jumlah yang lebih kecil terdapat di Mojoagung dekat Surabaya"

[Selanjutnya silakan membaca buku ini baik edisi asli maupun terjemahan oleh Pak Ketaren]

Minyak palmarosa Jawa?? Sekian lama saya mempelajari dan mengamati minyak-minyak atsiri di Indonesia, sejauh wawasan yang saya ketahui bahwa belum satupun saya jumpai sumber terkini yang mengatakan bahwa saat ini Indonesia memproduksi jenis minyak ini, meskipun saya sering dengar ada jenis minyak atsiri palmarosa tetapi tidak diproduksi di Indonesia (atau Pulau Jawa seperti yang diberitakan Guenther). Saya ikuti risalah ini lebih lanjut. Akhirnya...........

"Pada saat buku ini ditulis (1949), sulit untuk diketahui apakah keadaan Pulau Jawa di atas berubah selama penjajahan Jepang setelah Perang Dunia II. Menurut perbincangan tidak resmi dengan Dr. Nijholt di Bogor (Maret 1950), ada kemungkinan minyak palmarosa tidak lagi diproduksi di Pulau Jawa karena kehancuran tanaman akibat perang"

Kutifan di atas merupakan catatan kaki pada risalah minyak palmarosa Jawa. Lebih lanjut dikatakan oleh Guenther bahwa minyak palmarosa Jawa saat itu merupakan minyak yang sangat bermutu dalam perdagangan internasional dan mengalahkan minyak palmarosa India padahal India merupakan negara asal tanaman ini. Hal ini terutama disebabkan oleh tanaman palmarosa Jawa berasal dari perkebunan yang dirawat dengan baik sedangkan di India berasal dari tanaman liar. Minyak palmarosa Jawa juga diolah menggunakan ketel-ketel suling yang lebih modern dari India pada masa itu.

Penasaran, saya akhirnya mencari-cari via google. Bahkan Kang Google yang biasanya serta tahu pun ternyata tidak satupun bisa saya temukan informasi perihal keberadaan produksi minyak palmarosa di Pulau Jawa, dahulu maupun sekarang. Hanya dikatakan bahwa saat ini palmarosa juga tumbuh di Indonesia, Madagaskar, Brazil, dan Pulau Komoro (http://wellseo.com/essential-oils/essential-oil-of-Palmarosa.php?PHPSESSID=ccc500e12b892f2a08c034...). Saat ini minyak palmarosa yang juga dikenal sebagai East Indian Geranium atau Turkish Geranium diproduksi di negara India (bagian Utara dekat Nepal dan Pegunungan Himalaya) dan Pakistan. Komponen-komponen penyusun minyak ini adalah Geraniol (sekitar 80-an%), Citronellol, Farnesol, Citral, Citronellal, Geranyl Acetate, Dipentene and Limonene. Tanaman ini masih satu famili dengan sereh wangi (citronella), sereh dapur (lemongrass), dan akar wangi (vetiver) yang selama ini kita kenal sebagai famili gramineae (rumput-rumputan). Pengen tahu seperti apa tanaman palmarosa itu? Lihat gambar hasil googling di bawah ini.

Dan ternyata pula, minyak ini banyak lho kegunaanya. Minyak palmarosa memiliki efek menenangkan pikiran, meringankan, dan mencerahkan pikiran yang kacau balau dan berantakan. Sehingga digunakan untuk pereda kelelahan saraf dan fisik, masalah-masalah ketegangan (stress) maupun kegelisahan. Minyak ini juga berguna selama proses pemulihan kesehatan setelah sakit (convalescence), menyejukkan tubuh saat demam, membantu sistem pencernaan, membebaskan infeksi usus. Cukup efektif untuk mengurangi sakit pada luka dan keram otot.

Minyak palmarosa melembabkan kulit sehingga menyeimbangkan tingkat hidrasi dan merangsang regenerasi sel. Mengimbangkan produksi sebum untuk menjaga kelembutan dan keluwesan kulit. Cukup penting untuk perawatan jerawat, infeksi kulit, mencegah bekas luka, mempermuda dan menumbuhkan kembali kulit, melawan infeksi minor kulit, sakit pada kaki yang lelah dan kaki atlit.

Karena efek dan kegunaan di atas, maka minyak palmarosa banyak digunakan oleh industri parfumery dan aromatheraphy, sabun mandi dan sampoo, flavour (terutama pada tembakau), fragrance, balsem, minyak pijit, lotion, pengharum ruangan, spa, dll.

Bahkan karena minyak palmarosa beraroma mirip mawar (mungkin karena ada kata rosa-nya – "rose" juga) maka sering digunakan sebagai pencampur atau pemalsu (adulteran) minyak mawar.

Minyak ini kaya akan geraniol, sehingga sering digunakan sebagai sumber geraniol yang merupakan salah satu zat penting dalam dunia perfumery maupun bahan baku pembuatan geranyl-ester yang memiliki sifat wangi mirip mawar yang abadi.

Meskipun mengenai tren pasarnya itu sendiri saya belum ada gambaran. Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah bahwa negara kita ternyata menyimpan kenangan yang teramat manis seputar minyak palmarosa ini, bahkan lebih manis daripada negara asalnya. Apa mungkin buku minyak atsiri sekaliber Ernest Guenther itu mengada-ada...hehehe. Mungkinkah kita dapat memangku kembali kenangan manis tersebut, mengusap-usapnya, dan akhirnya menjelmakan dirinya menjadi sesuatu yang nyata pada saat ini atau saat yang akan datang?

Penasaran pengen lihat tanamannya. Coba ah tanya Balitro, apakah mereka punya koleksi tanaman palmarosa ini juga. Atau........ apa masih ada sedikit tersisa tanaman ini di daerah Padalarang (sebuah kota kecil tetangganya Bandung di sebelah Barat) yang luput dari mesiu-mesiu peperangan? Atau barangkali lucu juga jika dibuat film dokumenter dengan tajuk "Menapak Wangi yang Terlupakan".


Ciawi, 30 Maret 2008 (00.25)