JAVA PALMAROSA OIL : Menapak Wangi yang Terlupakan
Begini bunyi dua paragraph awal (setelah saya terjemahkan) dalam risalah Minyak Palmarosa Jawa.
"Pada saat buku ini ditulis (1949), sulit untuk diketahui apakah keadaan Pulau Jawa di atas berubah selama penjajahan Jepang setelah Perang Dunia II. Menurut perbincangan tidak resmi dengan Dr. Nijholt di Bogor (Maret 1950), ada kemungkinan minyak palmarosa tidak lagi diproduksi di Pulau Jawa karena kehancuran tanaman akibat perang"
Penasaran, saya akhirnya mencari-cari via google. Bahkan Kang Google yang biasanya serta tahu pun ternyata tidak satupun bisa saya temukan informasi perihal keberadaan produksi minyak palmarosa di Pulau Jawa, dahulu maupun sekarang. Hanya dikatakan bahwa saat ini palmarosa juga tumbuh di Indonesia, Madagaskar, Brazil, dan Pulau Komoro (http://wellseo.com/essential-oils/essential-oil-of-Palmarosa.php?PHPSESSID=ccc500e12b892f2a08c034...). Saat ini minyak palmarosa yang juga dikenal sebagai East Indian Geranium atau Turkish Geranium diproduksi di negara India (bagian Utara dekat Nepal dan Pegunungan Himalaya) dan Pakistan. Komponen-komponen penyusun minyak ini adalah Geraniol (sekitar 80-an%), Citronellol, Farnesol, Citral, Citronellal, Geranyl Acetate, Dipentene and Limonene. Tanaman ini masih satu famili dengan sereh wangi (citronella), sereh dapur (lemongrass), dan akar wangi (vetiver) yang selama ini kita kenal sebagai famili gramineae (rumput-rumputan). Pengen tahu seperti apa tanaman palmarosa itu? Lihat gambar hasil googling di bawah ini.
Minyak palmarosa melembabkan kulit sehingga menyeimbangkan tingkat hidrasi dan merangsang regenerasi sel. Mengimbangkan produksi sebum untuk menjaga kelembutan dan keluwesan kulit. Cukup penting untuk perawatan jerawat, infeksi kulit, mencegah bekas luka, mempermuda dan menumbuhkan kembali kulit, melawan infeksi minor kulit, sakit pada kaki yang lelah dan kaki atlit.
Karena efek dan kegunaan di atas, maka minyak palmarosa banyak digunakan oleh industri parfumery dan aromatheraphy, sabun mandi dan sampoo, flavour (terutama pada tembakau), fragrance, balsem, minyak pijit, lotion, pengharum ruangan, spa, dll.
Bahkan karena minyak palmarosa beraroma mirip mawar (mungkin karena ada kata rosa-nya – "rose" juga) maka sering digunakan sebagai pencampur atau pemalsu (adulteran) minyak mawar.
Minyak ini kaya akan geraniol, sehingga sering digunakan sebagai sumber geraniol yang merupakan salah satu zat penting dalam dunia perfumery maupun bahan baku pembuatan geranyl-ester yang memiliki sifat wangi mirip mawar yang abadi.
Meskipun mengenai tren pasarnya itu sendiri saya belum ada gambaran. Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah bahwa negara kita ternyata menyimpan kenangan yang teramat manis seputar minyak palmarosa ini, bahkan lebih manis daripada negara asalnya. Apa mungkin buku minyak atsiri sekaliber Ernest Guenther itu mengada-ada...hehehe. Mungkinkah kita dapat memangku kembali kenangan manis tersebut, mengusap-usapnya, dan akhirnya menjelmakan dirinya menjadi sesuatu yang nyata pada saat ini atau saat yang akan datang?
Penasaran pengen lihat tanamannya. Coba ah tanya Balitro, apakah mereka punya koleksi tanaman palmarosa ini juga. Atau........ apa masih ada sedikit tersisa tanaman ini di daerah Padalarang (sebuah kota kecil tetangganya Bandung di sebelah Barat) yang luput dari mesiu-mesiu peperangan? Atau barangkali lucu juga jika dibuat film dokumenter dengan tajuk "Menapak Wangi yang Terlupakan".