Sunday, December 21, 2008

HARGA MINYAK NILAM TURUN. KAPAN NAIK LAGI??

Akhir-akhir ini saya sering mendapatkan pertanyaan seperti di atas, baik via sms, telp, ataupun email. Dan tentunya saya tidak bisa menjawabnya dan tidak punya kompetensi berlebih untuk menjawab masalah ini. Karena menurut saya kondisi perdagangan minyak atsiri ini bukanlah sesuatu yang eksak ataupun bisa didekati dengan simulasi atau pemodelan matematis manapun. Cukup banyak variabel yang berpengaruh (jika tidak ingin dikatakan kompleks) untuk disederhanakan dalam suatu bentuk persamaan atau pemodelan matematis sederhana.

Saya hanya melihat dari sisi hukum ekonomi yang umum-umum saja, jika harga minyak nilam turun itu artinya pasokan (supply) sedang berlebih. Jika harga minyak nilam naik seperti beberapa waktu lalu, artinya pasokan berkurang. Sementara itu, demand minyak nilam dunia mestinya ya cuma segitu-segitu saja sekitar 1500-1600 ton/tahun. Kalau pun naik juga cuma 5% per tahun. Dan kondisi nyata di lapangan saat ini maupun beberapa waktu lalu cukup mendukung apa yang termaktub dalam pernyataan hukum ekonomi tersebut.

Waktu pertama kali saya terjun di bidang minyak atsiri, harga minyak nilam saat itu tidak jauh-jauh dari Rp 200an ribu per kg (tahun 2003). Dan memang sempat terjun bebas hingga di level Rp 130-150rb/kg. Ini sekitar pertengahan tahun 2006. Kemudian harga lambat laun naik sedikit demi sedikit dan sempat bertahan agak lama di sekitaran Rp 250rb/kg. Naik sedikit demi sedikit Rp 300rb, Rp 310rb, Rp 320rb............... Rp 400rb, Rp 450rb........................................... dan akhirnya mencapai level di atas Rp 1jt/kg akhir tahun 2007 dan awal 2008 lalu. Di situlah mulai bermunculan sentra-sentra nilam baru di Indonesia. Daerah-daerah yang sebelumnya tidak ada sejarah nilam berlomba-lomba mengikuti trend untuk memproduksi minyak nilam. Bukankah kondisi ini sama seperti komoditas hasil bumi lainnya secara umum? Masih ingat kasus melambungnya harga vanili sekitar 2-3 tahun yang lalu?

Jadi kapan harga minyak nilam naik lagi, Fer?? Yah..... saya harus jawab apa. Pendapat pribadi mungkin ada tapi bukan untuk dipublish di sini. Salah-salah nanti dijadikan acuan yang eksak...hehe. Sekedar berbagi dari hasil Konferensi Nasional Minyak Atsiri 2008 lalu dikatakan oleh beberapa eksportir bahwa permintaan akan minyak nilam dunia saat ini agak turun terkena dampak krisis global. Aplikasi minyak nilam sebagian besar untuk parfumery yang merupakan kebutuhan tertier dimana tingkat resapan pasarnya sangat tergantung pada daya beli masyarakat. Dengan adanya krisis ini, daya beli masyarakat terutama terhadap barang-barang kebutuhan tersier tentu saja akan melemah. Harapannya tentu saja adalah harga yang stabil dan menguntungkan bagi setiap pemain di bisnis ini, baik petani, penyuling, pengumpul, maupun eksportir.

Kalau saya sendiri saat ini tidak bergerak terlalu banyak di bidang minyak nilam. Saya hanya mengikuti perkembangan dan kebetulan punya banyak rekan atau kolega yang menjadi petani, penyuling, maupun pedagang minyak nilam. Core utama kami adalah produsen minyak pala dan bengkel pembuatan alat-alat produksi minyak atsiri. Dan mohon doa restunya saja mudah2an tahun depan sudah berkembang ke beberapa produk minyak atsiri jenis lainnya (tetapi bukan minyak nilam, lho...hehe).

Sangat wajar apabila banyak pemula di bisnis ini (yang kebetulan membuka lahan nilam) merasa khawatir dengan pergerakan harga minyak nilam akhir-akhir ini. Meskipun sebenarnya jika bertanam sendiri dengan sistem pertanian organik dan dikelola secara efisien, harga minyak turun sampai Rp 200rb/kg pun masih menghasilkan margin yang “cukup-cukup” lah.

Kembali kita bicara masalah idealisme ya. Dalam menjalankan usaha apapun, naik turunnya harga adalah sesuatu yang lumrah. Tinggal bagaimana kita sanggup bertahan pada saat harga rendah dengan mengerahkan aneka kreativitas dan potensi yang ada di diri kita (baca = melakukan aneka efisiensi yang masih mungkin dilakukan). Sementara kalau harga melambung tinggi, anggaplah itu sebagai sebuah anugrah dari Sang Pemberi Kuasa yang layak disyukuri dan dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis. Poin pentingnya adalah kita konsisten dengan bisnis yang dijalani dan mempelajari betul sampai ke akar-akarnya, mudah-mudahan semua masalah bisa ter-cover. Betapapun buruknya kondisi yang sedang berlangsung. Sukses selalu dan tetap semangat bagi rekan-rekan yang sedang bergulat dengan dunia minyak atsiri.