Sunday, October 22, 2006

Mari Berbisnis Atsiri 1

Posted by Ferry to milis Atsiri-Indonesia
30 Nov 2005

Ditemani secangkir kopi panas, saya mencoba memberikan sebuah uraian yg menurut saya dapat dilakukan utk memulai bisnis minyak atsiri (dalam kasus ini minyak nilam, krn yg paling ngetrend). Msh banyak jenis minyak atsiri lainnya yg layak kita bahas di forum ini. Maybe later-lah, br ngga kehabisan bahan diskusi….hehehe.
Ini bukan pengalaman pribadi, lho. At least, hasil diskusi dengan orang2 atau hasil pengamatan selama ini di bidang perminyaknilaman yg bisa saya share pada rekan2.

Yg perlu diketahui oleh pembaca yg budiman bahwasannya minyak nilam selalu ada pasar dan jangan takut utk tidak bisa memasarkannya, bahkan minyak nilam terburuk sekalipun (asal ngga campuran) yg bisa dihasilkan. Hanya tentu saja harganya lebih “njomplang”. So, taken easy… bersabarlah lambat laun pasar akan ada kok asal kita rajin mengamati dan mencari informasi sebanyak2nya. Kata Mas Harris, harus serius memperhatikan segala aspek yg terkait.

Jika takut usaha penyulingan tidak berhasil, mulailah dengan skala kecil katakanlah 50 kg minyak/bulan dengan kapasitas alat suling 100 kg bahan baku kering/batch. Kembali ke hitung2an jumlah bahan baku yg dibutuhkan. Dengan asumsi rendemen minyak nilam rata-rata 2%, (sebab seperti kata Mas Harris kalau lagi mujur bisa dapat 2.5-3%, tp kalau lg apes hanya bisa 1% saja) maka setiap batch operasi (per batchnya paling lama 8 jam, waktu penyulingan yg dipilih juga ada bbrp factor yg menentukan seperti laju alir uap, tekanan uap, dan jumlah bahan baku yg disuling) akan menghasilkan 2 kg minyak. Jadi kalau 50 kg/bln dibutuhkan minimal 25 batch. Bahan baku per bulan ekivalen dengan 3000 kg daun nilam kering/bulan.

Bahan baku
Asumsi setiap 1 ha lahan akan menghasilkan 6 ton daun nilam kering/4 bulan, maka dibutuhkan 2 ha lahan utk mengcover kontinuitas supply bhn baku. Bagaimana kalau tidak punya lahan perkebunan sendiri? Buatlah penyulingan di sekitar lokasi bahan baku yg benar2 dimengerti karakteristik petani atau orang2 di sekitar lokasi penyulingan tersebut. Banyak kasus tertipunya para penyuling nilam oleh supplier bahan baku. Contohnya, daun nilam dijual per bal, tampak luar memang daun nilam tetapi dalamnya banyak campuran daun2 lain yg menyerupai nilam karena banyak sekali daun-daunan yg mirip dgn nilam kalau tidak jeli memperhatikannya. Kemudian penipuan yg lain adalah banyaknya batang yg terdapat dalam nilam. Banyaknya batang tentu mengurangi rendemen minyak karena kandungan minyak yg terdapat pada batang tidak sebesar pada daunnya. Kadang ada petani yg menjual daunnya saja dengan harga yg lebih tinggi, tetapi sebagian besar petani memang menjual campuran batang dan daun (harganya sekitar 2000 – 2500 per kg daun kering).

Lokasi penyulingan
Tentulah harus dekat dengan bahan baku utk menghemat biaya operasional dr sektor transportasi. Tidak mungkin saya buat penyulingan di Bandung, tetapi bahan bakunya ada di Garut atau Kuningan, saya rasa akan berat di ongkos saja. Kecuali…..ada kecualinya lho… Saya bisa jual minyak nilam kualitas baik ke end-user dengan harga lebih dari 1.5 kali lipat harga tengkulak….hehehe.

Harga minyak nilam
Informasi terakhir yg saya dapatkan dr penyuling di Kuningan, Ja-Bar (via mahasiswa saya yg pergi ke sana), harga di tingkat tengkulak Rp 170.000,- (lagi2 benar apa kata Mas Harris). Di tingkat eksportir lebih tinggi 10-20% dr harga penyuling. Dan saat ini harga ekspor ke negara lain sekitar 25 US$. Sudahkah anda memperhatikan gejala dan fluktuasi harga minyak nilam ini? Saya ceritakan sebuah fakta ttg harga (dalam kurung artinya harga ekspor internasional). Februari 2003, harga minyak nilam di tingkat eksportir Rp 130.000,- (19-21 USS). Juli 2003 menyentuh level Rp 160.000 (24 – 26 US$). Februari 2004 Rp 180.000 (27 – 31 US$). Juli 2004 msh di sekitar harga itu juga (28 US$). Februari 2005 lumayan tinggi, yaitu Rp 230.000 (35 US$). Juli 2005, back to 180.000-an ribu (26 – 29US$). Dan saat ini sekitar 170.000 (22 – 25US$). So, anda bisa analisis sendiri bagaimana perjalanan harga dari tingkat penyuling kecil sampai dengan ekspor ke luar negeri. Lebih seru lagi apa yg terjadi pada tahun 1998, dimana harga minyak nilam mencapai lebih dari Rp 1.000.000 / kg. Tapi ini khan insidental, sama seperti harga vanili yg setahun kemarin mencapai mencapai Rp 200.000 / kg basah.

Pemasaran
Kalau hanya memproduksi 50 kg/bulan bagi pemula (skala kecil), memasarkan ke tengkulak merupakan suatu alternatif awal yg cukup baik. Di mana ada perkebunan nilam, di situ ada penyuling, dan di situ pulalah tengkulak berkeliaran. Kita tidak bisa terlalu idealis dalam hal ini. Ah….ngapain gue capek2 nyuling kalau cuma dijual ke tengkulak. So….modal kerja utk 50 kg minyak/bulan, tidak bisa muluk2 jual langsung ke eksportir (misalnya Djasula Wangi, Sarana Bela Nusa, CV Aroma, dll). Mereka akan meminta pengiriman minimal 200 kg/kirim dan kontrak untuk menyuplai kontinu. Bagi penyuling pemula dengan kapasitas dan modal terbatas tentu tak sanggup utk memenuhi persyaratan ini. Andaikan dijual ke end-user lokal (misalnya Mustika Ratu, Indesso Aroma, Haldin, Sido Muncul, Unilever, IFF, dll), tentu pembayarannya tidak cash and carry (harus pakai in-voice dan tetek bengek lainnya) yg paling tidak pembayarannya menunggu waktu 2-3 bulan selanjutnya sehingga butuh modal kerja yg lebih besar lg. Persyaratan kualitasnya pun cukup kompleks. Dan yg pasti membutuhkan legalitas baik dalam bentuk PT atau CV dengan membuat surat penawaran terlebih dulu. Jadi, tengkulak mungkin cocok utk pemasaran awal. Nah…..apa tantangan selanjutnya? Sebagai seorang yang berpendidikan (saya yakin di milis ini semuanya orang berpendidikan karena sudah kenal internet….hehehe) selayaknya memikirkan alternatif2 pengembangan usaha mulai dari pemasaran, perluasan jaringan, efisiensi proses produksi, manajemen keuangan, dll. Contohnya, di milis ini anda bisa kenal Mas Harris atau siapapun yg mungkin bisa membantu pemasaran yg lbh baik lagi. Anda bisa surfing di internet utk mencari2 informasi pemasaran minyak atsiri.
Sebuah unit yg kecil bisa menjadi ajang pembelajaran dan pengalaman dalam berbisnis minyak atsiri drpd tidak ada sama sekali. Siapa saja yg mampu belajar dari pengalaman dgn baik, mudah2an usaha penyulingannya akan menjadi besar. Kebetulan saya dan tim di Bogor sedang meng-create unit penyulingan minyak pala (nutmeg oil) dan sedang dalam proses studi kelayakan utk penyulingan minyak daun cengkeh di Kab. Garut. Kita bukan orang kaya atau pemilik modal, hanya modal semangat dan kemauan saja…hehe. Selama 2 th kemarin tersandung di masalah investasi, akhirnya ada juga yg mau membiayai proyek pertama kita. Sebelumnya hanya makloon kecil2an saja.
Jika kebetulan dinas atau main di sentra2 usaha nilam, bisa menyempatkan waktu sejenak utk berdiskusi dengan para penyuling. Serendah apapun pendidikan mereka, mereka tetaplah “guru” yg sangat baik oleh karena pengalamannya dan tetap harus mengapresiasi usaha dan pengalaman mereka.

Bibit nilam
Jika ingin membuat kebun sendiri, bibit nilam bisa dicari di sentra2 perkebunan nilam. Di situ pasti ada petani yg juga membuat lahan persemaian nilam utk dijual sebagai bibit. Di mana sentra nilam? Jawa Barat = Kuningan, Garut, Tasikmalaya, Majalengka. Jawa Tengah & DIY = Banyumas, Bantul. Informasi ini mudah saja disearch via google (karena internet menurut saya adalah “guru” yg sangat luas). Atau silakan datang ke perpustakaan2 lembaga penelitian atau universitas yg intens mengkaji masalah ini, seperti Balitro, BBIA, LIPI, IPB, UGM, dll. Di sana banyak sekali sumber informasi perihal minyak nilam. Kalau sudah dapat informasinya, bolehlah menyempatkan waktu utk mengunjungi perkebunan dan silakan berdiskusi mengenai seluk-beluk pertanian nilam. Baca dari buku2 ttg budidaya Nilam di Gramedia saja mungkin kurang memadai karena kajian pada masalah2 teknis dan faktor X-nya yg terjadi di lapangan masih kurang. Buku2 dan hasil2 penelitian mengenai teknik budidaya dapat diterapkan saat sudah memiliki kebun sendiri sebagai salah satu upaya pengembangan produktivitas tanaman nilam. Itung2 memberikan pencerahan bagi petani nilam tradisional yg kadang2 enggan menerima hal2 baru dalam hal pembudidayaan nilam. Kalau memang terbukti berhasil dalam menerapkan teknik budidaya yg dihasilkan oleh para peneliti dan meningkatkan produktivitas lahan, tentunya ada nilai positif yg bisa diadopsi oleh petani. Inilah yg mungkin dimaksud oleh Mas Harris sebagai edukasi bagi para petani/penyuling utk membiasakan diri menyuling/bertanam dengan baik dan benar.

Proses produksi
Terutama adalah alat produksi utama dan pendukung. Untuk tahap awal mungkin bisa membuat alat suling sederhana dengan investasi serendah mungkin tetapi tetap menghasilkan minyak yg baik dan layak jual secara ekonomis. Berapa harga alat yg paling sederhana utk kapasitas 100 kg/batch. Saat ini saya blm punya data yg pasti, bisa disurvey pada bengkel2 logam terdekat. Kalau untuk penyulingan modern dengan kapasitas 250 kg/batch (2 alat suling) + boiler standar dengan bahan bakar yg bisa di-switch padat atau cair (atau keduanya sekaligus) + condenser + pemisah minyak + support + instalasi + lain-lain pernah ada yg menawarkan Rp 150 – Rp 250 juta. Tetapi, dengan biaya kurang dari 30 juta saya yakin masih bisa diwujudkan alat penyulingan nilam (cuma alatnya, lho) kapasitas 100 kg/batch dengan penyederhanaan di sana sini. Silakan dikonsultasikan dengan bengkel pembuatnya. Bengkelnyapun yg biasa2 saja, tdk perlu yg terlalu professional karena pasti akan mencharge harga professional juga..:)

Hitung2an ekonomi.
Siapa sih yg mau rugi dalam berbisnis. So…..hitung2an detail sebelum memulai mutlak diperlukan, disertai faktor resiko. Mulai dari hitungan optimis sampai pesimis…hehe. Semuanya disimulasikan. Tenang aja….sekarang khan sudah ada MS-EXCEL yg bisa membantu bikin hitung2an dan disimulasikan dengan mudah. Lalu data2nya darimana? Survey ke lapangan dan pengamatan mengenai bisnis nilam secara factual dan serius menurut saya cukup untuk menghasilkan data2 sebagai dasar perhitungan ekonomi.

Sudah malam, capek nih….hehehe. Mungkin sekian dulu dongengnya. Bolehlah dikatakan konsep teoritis alias “di atas kertas” tulisan saya di atas. Bagaimanapun juga tergantung niat dan keseriusan dalam mewujudkan impian itu semua dalam tataran real. Bagaimana mungkin jika ingin berhasil membuat suatu usaha penyulingan, tetapi hanya duduk2 saja di kantor. Jalan-jalan ke lapangan enggan. Mengunjungi pusat2 informasi tidak ada waktu. Searching di internet tidak pernah. Buka-buka buku tentang atsiri, capek. Yah…apapun itu dengan bergabungnya di milis ini saya kira sudah ada niatan utk terjun ke bisnis minyak atsiri, baik sebagai pedagang maupun penyulingnya. Saya jadi teringat, ada beberapa mahasiswa saya yg memiliki keinginan untuk terjun di bisnis minyak atsiri. Tetapi hanya 2 orang saja yg cukup serius mengerjakan ini sehingga saya terus menemaninya diskusi dan memberikan motivasi2 saat mereka mengalami beberapa kegagalan dan kebimbangan. Mereka survey ke sana-sini, menginap beberapa hari di lokasi perkebunan dan penyulingan demi utk mempelajari aspek2 teknisnya, searching2 di internet, melakukan percobaan penyulingan pada alat milik orang lain dan coba dijual sendiri ke tengkulak, menghubungi orang2 yg kiranya dapat memberikan informasi pasar, mencari2 celah investasi, dan banyak hal yg mereka lakukan. Meskipun saat ini blm punya unit penyulingan sendiri, mereka tetap trs mencari-cari segala kemungkinan. Kelak akan saya ceritakan juga pengalaman mereka di milis ini, terutama saat menyuling kaffir lime oil (minyak daun jeruk purut) secara makloon dan dijual ke eksportir pada kesempatan yg lain pada pembahasan ttg diversifikasi produk minyak atsiri.

Mohon maaf kalau menggurui rekan2 dan seakan2 saya adalah pengusaha minyak atsiri sukses, padahal saya ini juga baru memulai dan belum ada apa2nya. Hanya seseorang yg kebetulan masih menyisakan setitik idealisme utk mengembangkan bisnis ini semaksimal mungkin. Mencoba share dengan yg lain. Siapa tahu ada yg memberikan masukan atau tips-tips yg lebih OK dan bisa diadopsi. Siapa tahu pula ada yg mewujudkan usaha-usaha sejenis dan bisa menjadi mitra bisnis kelak. Siapa tahu bisa membangkitkan semangat orang dalam memulai bisnis atsiri sehingga turut menciptakan lapangan kerja. Siapa tahu….siapa tahu….dan banyak siapa tahunya. Semoga milis-ers tidak bosan membacanya.

Salam,
-ferry-

5 comments:

  1. Ferr, minta tolong diulas tentang melati dong? tentang cara ambil jasmine absolute. dan sekalian cara isolasi komponen-komponen jasmine absolute, seperti linalool,
    Benzil asetat
    D linalool
    Linalool asetat
    Benzil alkohol
    Jasmone
    Indole
    Metil anthramilate,dsb. Thx bgt ya ferr.

    ReplyDelete
  2. mas fery, bisa minta jelasin pemasarannya lagi ga? aku baru mulai bisnis nilam dan lagi cari pasarnya. kalo pasar dalam negeri emang ga terlalu besar ya? kalo ke end user kemungkinannya bagus ga?makasih lho.
    oya, mas fery kalo ditelp boleh ga?aku ga enak, jadi nanya dulu.
    btw, sebelumnya aku dah pernah email juga.

    prima
    p_swastyastu@yahoo.com

    ReplyDelete
  3. Fery,
    singkat kata saya di'warisi' sebuah distiller kapasitas besar (500kg bahan mentah) dan distiller kecil (20kg bahan mentah), yang istilahnya hanya 'sit there and do nothing' banyak yg ingin saya pelajari untuk bisa memaksimalkan distiller2 ini.. boleh saya kontak? or mungkin via email?

    ReplyDelete
  4. Dear Pak/Bu Anynymous.....(maaf saya belum tahu nama Bapak/Ibu).

    Silakan saja kontak ke no saya ataupun via email. Mudah2an saya bisa membantu mewujudkan pemberdayaan distiler "warisan" yang Bapak/Ibu miliki. Sayang kalau tidak termanfaatkan.

    salam,
    -ferry-

    ReplyDelete
  5. Pak,saya mau sedikit bertanya nich...
    Saya mahasiswa yang baru mau memulai penelitian mengenai akar wangi. saya mau bertnaya mengenai istilah-istilah yang dipake dalam penyulingan minyak atsiri.
    (1) Apakah yang disebut dengan laju penyulingan itu adalah jumlah destilat (campuran minyak dan air) per satuan waktu, ataukah jumlah volume minyak yang dihasilkan per satuan waktu?
    (2) Apakah laju penyulingan itu sama dengan laju alir steam?
    (3) Apakah peningkatan laju steam dari boiler itu akan berpengaruh terhadap jumlah minyak yang dihasilkan? Bagaimanakah hubungannya?
    Terimakasih atas jawabannya...
    Saya berharap Pak Ferry ga bosan dengan pertanyaan2 dari saya sekarang maupun nanti-nanti....

    Toet

    ReplyDelete

Silakan memberikan komentar untuk tulisan ini.......