Saturday, July 07, 2007

Tanya minyak atsiri (teori)

Taken from : milis teknik-kimia@yahoogroups.com

Pertanyaan dari : pisctinxsy@yahoo. com

salam semuanya,
kebetulan saya lagi research mengenai minyak atsiri dari kayu manis
dan dari literatur yg saya baca dari buku ketaren mengatakan bahwa
"Lama perendaman kulit di dalam larutan garam dapur berpengaruh sangat
nyata terhadap kadar minyak kayu manis yang diperoleh dari
penyulingan. Kadar minyak kulit kayu manis yang direndam dalam larutan
garam dapur lebih besar daripada kulit kayu manis tanpa perendaman.
Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena partikel garam yang
menempel pada permukaan kulit kayu manis, sehingga menyebabkan
kenaikan suhu pada proses penyulingan, dan sebagian oleoresin akan
tersuling. Faktor lain adalah pengaruh ion Na+ yang dapat mengikat
minyak dan menghambat proses penguapan."

mungkin temen2 (khususnya pak ferry yg ahli dl bidang essential oil)
bisa memberikan pencerahan mengenai argumen diatas????
sebelumnya terima kasih.

regards
martin (ms)

Jawaban Ferry :

Dear Martin...
Terima kasih untuk menyebut saya pakar....hehehe. Jadi terasa terbebani nih.

Kalau menurut saya, penambahan garam dan akhirnya menempel di permukaan kulit manis tidak berpengaruh terhadap perubahan suhu. Kenapa? Suhu di dalam penyulingan besar kecilnya tergantung pada temperatur steam yang digunakan. Kalau pakai steam 1 bar (jenuh) ya tentu saja suhunya sekitar 100oC, kalau 2 bar ya sekitar 121oC, dan seterusnya. Ngga mungkin khan kalau steamnya saja temperaturnya cuma, let's say 100oC tetapi di dalamnya terjadi kenaikan suhu katakanlah sampai 120oC. Salah-salah nanti menyalahi Hukum Termodinamika ke 2 ...hehe. Sama seperti kita mau memanaskan suatu aliran sampai suhu 120oC menggunakan steam jenuh 1 bar. Ya ngga akan mungkin terjadi kenaikan sampai 120oC.

Terus pengaruh ion Na+ yang mengikat minyak sehingga menghambat proses penguapan. lho kok bisa? Bukannya karena direndam oleh larutan garam maka rendemennya menjadi lebih baik? Itu artinya proses penguapan minyak tidak terhambat dong.

Lalu apa alasan yang lebih logis? Ini menurut logika saya, lho......
Perendaman kulit manis dalam larutan garam menyebabkan terjadinya proses difusi garam ke dalam dinding sel bahan tanaman (dalam hal ini kulit manis). Akibat adanya proses difusi ini, pori2 dinding sel akan membesar dan ada kemungkinan sedikit terpecah. Nah, minyak atsiri itu letaknya terjebak di dalam dinding sel tumbuhan (makanya kalau mau nyuling minyak atsiri dari rempah2 khususnya biasanya harus digerus dlu biar minyak atsiri cepat keluar dan rendemnenya baik). Pembesaran/pemecaha n pori2 tersebut akan mempermudah proses difusi uap air masuk ke dalam bahan tanaman sehingga proses hidrodifusi (konsep dasar pada penyulingan minyak atsiri) semakin cepat dan mudah. Dalam dunia penyulingan minyak atsiri dikenal prinsip distilasi tak saling larut. Mohon dibedakan dengan prinsip distilasi saling larut seperti distilasi etanol-air, metanol-air, etilen-propylen dll.
Pertanyaan mendasar, kalau kita nyuling minyak atsiri dengan uap 1 bar (100oC) sedangkan komponen2 di dalam minyak atsiri itu titik didihnya tingi-tinggi. paling rendah biasanya a-pinen, itupun titik didihnya sudah 156-157oC. Lho kok bisa minyak atsiri ikutan menguap?? Prinsip distilasi tak saling larut menjelaskan fenomena itu semua.

Apalagi aplikasi larutan NaCl ini dalam bidang minyak atsiri ini? Pernah jalan2 ke penyulingan minyak atsiri?? Coba perhatikan warna air kondensatnya? Putih kan? Itu karena ada sebagian minyak atsiri yang tersuspensi di dalam air. Penambahan garam dapat memperkecil kelarutan minyak di dalam air sehingga minyak yg tersusoensi itu dapat dipisahkan. Tetapi tidak banyak yg mengaplikasikan hal ini. Kemungkinan karena agak repot menampung kondesatnya yg sedemikian banyaknya, mencampurnya dengan garam, mengaduk2, lalu mendiamkannya dalam waktu cukup lama. Dan......dapat minyak hasil recovery-nya ngga seberapa.... hehe.

Mudah2an bisa jelas....
Mungkin ada sanggahan sehingga bisa menambah wacana diskusi kita.

salam,
-ferry-