Kali ini saya pengen berceloteh sepotong-sepotong, ya. Mungkin akan ada sekitar 4 – 5 bagian. Warning…. tulisan ini tidak menggunakan bahan ilmiah dan Bahasa Indonesia sesuai EYD…hehe.
- Yang jelas ya....harus dekat dengan perkebunan cengkeh. Yah.... paling tidak dalam radius 15 km secara kumulasi terdapat sekitar 30-an ha tanaman cengkeh untuk menjamin produksi berlangsung secara kontinu karena bahan bakunya lancar. Daun cengkeh tidak mungkin diambil dari jarak jauh karena selain daunnya berharga murah, daun cengkeh juga bersifat kamba alias volume per satuan beratnya besar sekali. So....transportnya itu............nggak kuaaaaattt!!
- Menyediakan lahan sekitar 500 m2 untuk keperluan peralatan produksi, gudang minyak dan bahan baku, gudang kayu bakar, tempat duduk2 operatornya, kolam pendingin. Kalau bisa sih lahan produksinya itu di dekat sumber alir mengalir, misalnya saluran irigasi atau sungai/kali kecil supaya investasi untuk keperluan pendinginan tidak terlalu besar.
Mari kita bahas satu-satu dulu.
- harga daun cengkeh gugur itu bervariasi tergantung daerah, tetapi masih dalam kisaran Rp 300 – Rp 400 / kg. Sedangkan harga pangkang keringnya antara Rp 800 – Rp 1300 / kg.
- Rendemen daun cengkeh gugur kualitas baik bisa mencapai 2,5 – 3% (komersial). Kalau skala lab (kecil) saya pernah mencapai hampir 4% sih...hehe. Tapi kalau kualitas buruk, wah....bisa drop sampai cuma 1 – 1.5% saja. Kalau sudah gini,rugi deh bandar!! Sedangkan pangkangnya memiliki rendemen 4 – 6%.
- Harga minyak daun cengkeh di tingkat tengkulak/agen eksportir berada pada kisaran Rp 33.000 – Rp 38.000 / kg. Sedangkan minyak pangkangnya lebih tinggi Rp 3000 – Rp 5000 /kg dari minyak daunnya. Ini harga tergantung kadar eugenolnya juga, lho....:)
- Investasi?? Ini sebenarnya tergantung pada budjet yang dimiliki calon pengusaha, kapasitas produksi/bacth dan tingkat kemewahan pabrik penyulingannya....hehe. Kalau mau murah meriah, dengan dana 70-an juta bisa kok membuat penyulingan minyak cengkeh. Itu sudah termasuk alat-alat produksi, bangunan sederhana, tungku pembakaran, sistem pendinginan, sewa lahan, dan modal kerja selama 1 bulan. Tapi kalau mau lebih baik, bisa menyediakan dana di atas 100 juta . Bagaimana kalau cuma 50 juta? Mmmhh......bisa-bisa saja kok, tapi terpaksa kita harus berhitung-hitung utk efisiensi dan menerapkan kebijakan uang ketat....hehehe.
- Ini gambaran umum untuk biaya operasional : gaji operator per batch 2 – 3 orang dengan sistem borongan dengan biaya Rp 20.000 – Rp 35.000 /orang/batch. Bahan bakar (jika menggunakan kayu bakar) Rp 30.000 – Rp 70.000 /batch. Biaya listrik kita patok Rp 2000 / batch. Biaya lain-lain,misalnya komunikasi (Rp 100.000 / bulan), operasional kantor (Rp 50.000 /bulan, pemeliharaan alat (Rp 100.000 /bulan), transportasi/bhn bakar operasional kendaraan (Rp 500.000 – Rp 1.000.000 /bulan. Kalau yang ini tergantung tingkat mobilitas kendaraannya), gaji pengawas produksi (Rp 800.000 /bulan), biaya lain-lain (tak terduga) misalnya "dipalak" aparat (kelurahan, kepolisian, koramil, dll) dengan dalih macam-macam dan nyumbang ini dan itu utk keperluan warga setempat (Rp 150.000 /bulan). Hampir semua aspek biaya disebutkan pada rentang nominal tertentu karena memang tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya.
- Mau tahu analisis ekonomi lengkap ala perbankan dan studi kasus keekonomian sebuah penyulingan minyak cengkeh? Tunggu ya bagian-bagian tulisan ini selanjutnya.
Next akan kita bahas sistem produksi dan mekanisme penyediaan bahan baku.